Laman

Selasa, 19 Oktober 2010

Hwang Jin Yi (Episode 18)

Kenekatan Baek-moo yang tidak seperti biasanya membuat para pejabat daerah mulai bertanya-tanya. Namun, Baek-moo yang sudah merasa kalah karena melanggar sendiri aturan gisaeng yang telah dibuatnya, yaitu dengan menyembunyikan perasaan sedalam-dalamnya, menolak untuk mengajukan pembelaan.

Keruan saja, hal itu membuat para gisaeng kelompok Song Do menangis sejadi-jadinya. Baek-moo lagi-lagi berusaha tegar, dan mengingatkan supaya murid-muridnya tersebut mengingat aturan utama bagi seorang gisaeng. Masih belum puas, Gae-soo memutuskan untuk memberi hukuman yang lebih berat yaitu dengan mematahkan kaki Baek-moo supaya tidak bisa menari lagi.

Sudah tentu, yang jadi sasaran kemarahan adalah Myeong-wol, yang sebenarnya juga terpukul. Mendengar kabar yang tidak menyenangkan itu, Hyeon-geum mengutus dua anak buahnya untuk menghubungi Mae-hyang. Usaha untuk membebaskan Baek-moo juga dilakukan Dan-shim. Namun bukannya mendapat sambutan, ia malah dihina oleh Gae-soo ketika membuka fakta soal kandungannya yang semakin besar.

Diam-diam, Myeong-wol mendatangi kediaman Gae-soo dan berjanji bila Baek-moo dilepaskan, ia siap mengikuti pejabat itu kembali ke ibukota sebagai selir. Begitu mendengar kabar tersebut, Baek-moo meminta sisir pada Dan-shim yang datang mengunjunginya. Tak berapa lama, Hyeon-geum masuk ke dalam sel dan sambil menyisirkan rambut sang ketua, bisa menebak apa yang bakal dilakukan Baek-moo.

Meski bermusuhan, Mae-hyang tidak tinggal diam begitu mendengar petaka yang dialami Baek-moo dan langsung bergerak cepat menghubungi Jeong-han. Sementara itu di kediaman kelompok Song Do, Baek-moo minta ijin dilepaskan demi merasakan saat-saat terakhir di tempat yang begitu dicintainya.

Siapa sangka, disana ia malah bertemu Myeong-wol dan keduanya kembali beradu mulut. Sama-sama keras kepala, Baek-moo akhirnya tinggal sendirian dengan meninggalkan dua hal : sebuah surat yang dikirim ke Gae-soo dan buku tulis kosong dimana Myeong-wol alias Ji-ni diminta untuk menuliskan gerakan tarian bangau yang sesungguhnya.

Mendadak tersadar apa maksud Baek-moo yang sesungguhnya, Myeong-wol langsung bergegas kembali ke kamar sang ketua namun yang dicari menghilang. Tidak cuma Myeong-wol dan para gisaeng, Mae-hyang juga ikut bergegas menuju kelompok Song Do demi menyelamatkan sang saudara seperguruan.

Namun, Baek-moo sudah memilih jalan yang ingin ditempuhnya. Dengan mengenakan pakaian kebesarannya, ia menarikan tarian bangau untuk terakhir kalinya sebelum kemudian terjun bebas dari atas karang. Bisa dibayangkan, bagaimana terpukulnya semua orang melihat yang kembali ke Song Do adalah jenazah sang ketua yang begitu dihormati.

Setelah Myeong-wol yang sempat histeris karena tidak bisa menerima apa yang terjadi, diam-diam Mae-hyang yang di masa lalu begitu memusuhi Baek-moo juga meneteskan air mata karena merasa begitu kehilangan sang saudara seperguruan. Dengan sebuah perahu, Hyeon-geum menebarkan abu sang ketua dengan perasaan yang begitu sedih.

Untuk kesekian kalinya, para gisaeng yang sedang mengenakan pakaian putih tanda berduka dibuat marah oleh kemunculan Myeong-wol dengan pakaian lengkap. Untungnya niat melampiaskan kemarahan berhasil ditahan, karena Myeong-wol ternyata melakukan itu untuk memberikan tarian persembahan untuk mengantar kepergian sang guru.

Sumber : http://www.indosiar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...