Laman

Sabtu, 06 November 2010

Becoming A Billionaire (Episode 7)


Suk Bong terkejut saat Tae Hee menanyakan tentang kalungnya. Sepertinya Tae Hee tahu mengenai kalungnya.


Shin Mi datang ke kantor. Tapi saat ia hendak naik lift. Petugas memberitahu bahwa lift sedang rusak. Shin Mi dan So Jung naik melalui tangga. So Jung berjalan ogah-ogahan. Ia terlihat tersiksa dengan sepatu yang dikenakannya. Shin Mi melihat itu dan menyuruhnya membuka sepatunya. Lalu ia melihat tas So Jung yang bermerek dan menasehati So Jung agar lain kali membeli barang murah saja daripada barang tiruan. So Jung protes dan bilang tasnya barang asli yang ia beli dengan uang cash. Shin Mi meminta tas So Jung dan memakainya.
"Tentu saja terlihat asli. Walaupun anda memakai barang palsu, tetap terlihat asli," komentar So Jung.



Suk Bong berbicara dengan Tae Hee di kedai kopi.
"Dari mana kau dapatkan kalung itu?" tanya Tae Hee.
"Mengapa kau tanya mengenai kalung itu? tanya balik Suk Bong.
"Aku dulu yang bertanya!"
Suk Bong memberitahu bahwa kalung itu pemberian ibunya. Tae Hee terkejut dan kembali menanyakan ibu Suk Bong mendapatkan kalung itu dari mana. Suk Bong hanya diam saja. Tae Hee marah. Suk Bong tetap bungkam dan ia mau menjawab jika Tae Hee memberitahunya mengapa ia kenal kalung miliknya. Tae Hee hanya memberi jawaban jika Suk Bong tak cocok dengan kalung yang telihat mahal itu. Tae Hee mengira pasti Suk Bong telah mencurinya. Suk Bong kesal dan pergi setelah membayar kopi yang diminumnya.

Oh Sung sedang mengadakan rapat. Para direksi Oh Sung ingin menghentikan salah satu perusahaan mereka yang bergerak di bidang produksi kopi. Produksi kopi dalam negeri sudah kalah saing dengan datangnya impor kopi dari luar negeri. Perusahaan Bo Hoo merupakan pesaing Oh Sung yang memasarkan kopi impor. Shin Mi tidak setuju. Ia ingin mempertahankan perusahaan itu.
Setelah rapat Shin Mi mengikuti ayahnya ke ruang kerjanya. Ia meminta izin ayahnya untuk menyerahkan masalah ini padanya. Ayahnya menolak. Presdir tak mau menanggung kerugian yang lebih banyak lagi. Shin Mi terus memaksa bahkan ia berjanji akan meninggalkan pekerjaannya dan tinggal di rumah sesuai permintaan ayahnya (Ayahnya Shin Mi neh tipikal ortu yang kolot. Ia menanggap kalo anak gadis tuh tempatnya di rumah dan jadi ibu rumah tangga). Presdir jelas setuju.

Woon Suk mendapat fax. Ia diam-diam mencari informasi mengenai Suk Bong. Ia membaca kertas fax itu yang memberitahukan Choi Suk Bong bukanlah putra dari Lee Jong Heon. Ia mulai tak menyukai Suk Bong dan sepertinya mulai menganggapnya sebagai saingan.

Ibu Kang Woo diam-diam masuk ke kamar Suk Bong guna mengambil kembali surat pembebasan uang sewa kamar yang pernah ia berikan pada Suk Bong. Ia kaget saat mendapati Byung Do tengah berdiri terbalik (Ada-ada aja neh orang. Dasar orang aneh). Ternyata Byung Do tengah menggigit surat yang Ibu Kang Woo cari. Ibu berusaha mengambil surat itu, tapi Byung Do malah memakan surat itu hingga habis. Ibu ketakutan dan buru-buru memberinya minum.

Shin Mi diundang makan siang di rumah Woon Suk. Woon Suk sudah menyiapkan makan siang untuk mereka. Ia mempersilahkan Shin Mi duduk dan menuangkan kari untuknya. Shin Mi bertanya kopi apa yang Woon Suk minum. Woon Suk hanya tersenyum. Shin Mi langsung menebak bahwa Woon Suk suka meminum kopi dari Bo Hoo.
Woon Suk cakep juga kalo lagi senyum.
Woon Suk membahas mengenai Presdir Lee. Shin Mi kaget saat tahu Woon Suk tahu mengenai hal itu.
"Bagaimana kau tahu?"
"Bukankah aku sudah bilang aku mempercayai paman," jawab Woon Suk.
"Aku tak tahu kenapa selalu berpikiran negatif."
"Sudahlah. Bukankah kesalahpahaman sudah selesai."
"Sebenarnya aku juga sudah salah paham pada Choi Suk Bong. Aku kira ia berbohong saat bilang kena kanker."
Woon Suk jelas kaget. "Kanker?"
Shin Mi terus berbicara dan terlihat mengkhawatirkan Suk Bong. Woon Suk cemburu.

Tae Hee sedang berpikir di kamarnya. Ia membuka laci dan mengeluarkan kotak perhiasan. Di dalamnya terdapat sebuah anting-anting yang ternyata motifnya sama seperti yang ada di kalung Suk Bong.
"Bentuknya benar-benar sama. Sebenarnya apa yang terjadi?"

Suk Bong pulang ke rumahnya di lantai atas. Ia kaget saat mendapati Byung Do ada disana tengah memanggang daging. Byung Do menawari Suk Bong daging, tapi Suk Bong sedang tak berselera. Ia mengusir Byung Do pergi. Suk Bong mengambil daging dan memakannya. Ia sangat terkejut saat tahu buku-bukunya digunakan unutk membakar daging. Ia segera menyelamatkan buku-bukunya itu yang sebagian sudah habis terbakar. Suk Bong mauk ke kamarnya dan ia lebih terkejut ketika melihat lemari bukunya sudah kosong dan digantikan oleh aquarium. Dinding kamarnya sudah penuh oleh poster-poster cewek sexy. Suk Bong naik pitam. Ia langsung mencengkeram kerah baju Byung Do dan berteriak marah. Merobek semua poster dan melempar Byung Do keluar.

Shin Mi sedang membuat kopi. Tiba-tiba ia teringat Suk Bong. Ia mulai merasa bersalah pada Suk Bong. Ayahnya datang dan minta dibuatkan segelas kopi juga.

Suk Bong terlihat sangat sedih (Mungkin merasa nasibnya sial banget kali ya. Jadi kasian...). Kang Woo datang bersama ayahnya. Ayah Kang Woo menyerahkan rekening tabungannya untuk pengobatan kanker Suk Bong. Jumlahnya memang tidak banyak bahkan belum cukup untuk biaya pengobatan yang sangat mahal. Suk Bong tersenyum senang masih ada orang yang peduli padanya.

Shin Mi sedang bersama So Jung. So Jung mengatakan bahwa Suk Bong sudah pulang ke rumah (dari kemarin Shin Mi stress memikirkan Suk Bong yang nggak pulang2 ke rumah). So Jung juga bilang uang yang didapat dari Shin Mi sudah Suk Bong berikan untuk menolong orang lain. Shin Mi kaget mendengar kabar ini. Ia masuk kamar. Ia tak habis pikir Suk Bong masih bisa menolong orang lain sedangkan nyawanya sendiri sedang terancam. Lalu ia mencoba menelepon Suk Bong, tapi nggak jadi karena gengsi.

Di kamarnya Suk Bong tengah memandangi buku tabungan pemberian ayah Kang Woo.
Sementara itu keluarga Kang Woo tengah berkumpul. Ibu marah saat tahu ayah memberi buku tabungannya pada Suk Bong tanpa sepengetahuannya. Ia berniat mengambil buku itu, tapi langsung di cegah oleh ayah. Ponsel Kang Suk berbunyi. Ia mendapat panggilan kerja di Bank Partner. Bank yang cukup bonafit. Mereka sekeluarga senang mendengar kabar itu.

Woon Suk tengah berbicara pegawainya. Kemudian seseorang datang. Pria itu adalah Ketua Yoo. Ternyata ia kaki tangan Woon Suk. Punya bos kayak Shin Mi bahaya juga. Merasa di tindas (dengan sifat pelitnya itu) bisa berbelok menyerangnya dari belakang. Tapi nggak bisa di benarkan juga tindakan ini (duh, Woon Suk kok jahat ya?)
Ini neh musuh dalam selimut
Ketua Yoo menerima telepon dari Presdir Lee. Presdir meminta ketua Yoo membawakan data-data Suk Bong yang pernah di selidiki oleh Shin Mi.
Presdir Lee sedang berada di ruang kerjanya tengah memandangi sebuah foto (aku tahu yang ditengah itu ayah Suk Bong). Pasti Presdir Lee juga salah satu dari ketiga pria di foto itu (jangan2 ia tahu siapa ayah kandung Suk Bong).

Pagi-pagi Shin Mi jogging. Pikiran tentang Suk Bong masih belum juga hilang. Ia mencoba menelepon Suk Bong, tapi tak diangakat. Jadi ia memutuskan pergi kesana. Saat tiba di depan rumah Suk Bong, Shin Mi ragu-ragu untuk masuk dan berniat pergi. Tapi tiba-tiba ia melihat Byung Do tertidur di luar berselimutkan koran tengah kedinginan.
Suk Bong membawa Byung Do masuk. Shin Mi bertanya apa perlu membawanya ke rumah sakit. Suk Bong menjawab Byung Do hanya ketiduran. Lalu ia menanyai Shin Mi yang datang ke rumahnya.
Shin Mi terlihat salah tingah dan langsung berseru galak "Kamu kenapa tak mengangkat teleponku?"
"Maaf..." ucap Suk Bong.

Direktur Boo tengah mandi sauna dengan putra bungsunya. Mereka saling menggosok punggung dengan bergantian. Putranya bercerita bahwa ia di hukum oleh gurunya karena telah memukul teman sekelasnya dan memberinya uang agar tidak menangis. Direktur kaget saat tahu kenakalan anaknya. Adik Tae Hee bilang ia meniru perlakuan ayahnya yang kerap memberi uang pada kakanya ketika sedang menangis (nah, lho!). Direktur Boo tidak bisa berkata apa-apa hanya bisa mengumpat kesal.
Eh, ini kan yang jadi Eun Jo adiknya Baek Seung Jo kan?
Shin Mi berbaik hati mau meminjamkan uangnya untuk biaya pengobatan Suk Bong. Mungkin untuk menebus rasa besalahnya sama Suk Bong.
"Terima pengobatan. Lalu cepat kembalikan uangku. Ditambah bunga. Harus sama dengan bunga bank!"
Byung Do bangun dari tidurnya dan minta dibuatkan kopi.

Direktur Boo Kwi Ho baru pulang dari mandi sauna. Tae Hee langsung memeperlihatkan anting-anting warisan ibunya. Anting itu merupakan pemberian Direktur Boo untuk mendiang istrinya. Tapi tampaknya Direktur Boo sudah lupa pernah memberikan anting-anting itu pada istrinya. Melihat Tae Hee sedang marah ia berpura-pura ingat.
"Ibu bilang benda ini hanya ada satu didunia?" tanya Tae Hee. Ayahnya langsung mengiyakan dengan mimik wajah nggak menyakinkan. Setelah itu Tae Hee langsung pergi.

Suk Bong membuat kopi untuk Byung Do. Byung Do menyuruh Suk Bong menawarkan pada Shin Mi. Suk Bong menjawab jika Shin Mi hanya menyukai kopi dari vending mechine. Byung Do menghirup aroma kopinya yang terlihat nikmat. Ia meminumnya lalu tiba-tiba memuntahkannya (weuw...jijay). Shin Mi langsung mengernyit jijik. Suk Bong marah dan bilang itu kopi mahal.
"Ini kopi mahal Kona Fancy." ucap Suk Bong.
"Hawaii Kona Extra Fancy," ralat Byung Do. "Kopi yang di tanam di tanah vulkanik dengan iklim yang bagus. Kopi terbaik kedua di dunia, kebanggaan Hawaii. Tapi belum bisa menandingi kopi hadiah gaib (magic gift)."
lalu Byung Do melanjutkan tidurnya yang membuat Suk Bong makin kesal.
Shin Mi berpamitan pulang. Setelah Shin Mi pergi, Kang Suk keluar dengan pakain rapi. Ia hendak interview di Bank Partner dan minta dukungan Suk Bong.
Suk Bong masuk ke kamar dan mendapati Byung Do tengah menelepon anaknya. Ia merampas telepon itu dan menyuruh anak Byung Do datang menjemput ayahnya.

Tae Hee memandangi anting-anting miliknya. Ia masih kesal mengapa Suk Bong mempunyai kalung dengan motif yang sama. Sekretaris Yoon menyarankan Tae Hee bertemu langsung dengan Suk Bong di hotel Oh Sung.
Dari Kepala Hotel Tae Hee mendapat informasi bahwa Suk Bong sudah mengundurkan diri. Kepala Hotel juga memberitahu Suk Bong bukan putra dari Oh Sung Group. Tae Hee marah mendengar berita ini.

Suk Bong menemui Presdir Lee. Ia mengatakan ingin bertemu dengan adik dari Presdir.
"Adikku..." ucap Presdir. "Aku juga ingin bertemu."
"Apa maksud anda?"
"Dia sudah tidak ada di dunia ini. Sudah mati."

Shin Mi sedang mengadakan rapat daengan para staf-nya. Perusahaan kopi mereka sangat terpuruk. Berada diurutan paling akhir dari 8 merek kopi dalam negeri. Shin Mi meminta staf-nya meninjau ulang kopi mereka. Ia keluar untuk menemui Presdir. Di luar ia malah berpapasan dengan Suk Bong yang baru keluar dari ruangan Presdir.
"Untuk apa kau datang kesini?" tanya Shin Mi. Ia mengira Suk Bong menagih uang yang akan dipinjamkannya.
Suk Bong memeriksa saldo rekeningnya. Saldonya sudah bertamah 100 juta won. Ia mendapat SMS dari Shin Mi 'Jika kau menggunakan uang ini untuk orang lain. Mati kau!'. Suk Bong tersenyum membaca pesan Shin Mi.

Suk Bong memulai pengobatan kankernya. Ia masuk rumah sakit dengan ditemani oleh Kang Woo, Kang Sook dan ayah. Mereka memberi semangat padanya. Kang Woo selalu setia menemaninya (tipe sahabat sejati neh. ada nggak cuma saat senang doang).
Suk Bong menjalani pemeriksaan dengan alat-alat medis yang canggih. Kang Sook juga ikut menjaganya. Membantu Suk Bong mengoles lotion ke tangannya.

Sementara Shin Mi tengah disibukkan dengan masalah perusahaan kopinya yang hampir bangkrut. Ia sampai kerja lembur bersama So Jung yang mulai terkantuk-kantuk. Ia juga terjun langsung ke lapangan melakukan survei dengan mendatangi beberapa kedai kopi. Di kantor ia bersama para staf-nya, mencoba beberapa merek kopi untuk mengetahui kualitas produk kopi saingannya. Ketua Yoo berpendapat bahwa mereka orang awam yang kurang mengerti masalah kopi bukan seperti ahli kopi atau pencinta kopi yang bisa membedakan cita rasa kopi dengan baik.

Presdir Lee memanggil Kepala Hotel datang ke rumah. Ia menaikkan pangkat Kepala Hotel menjadi pengurus rumah (lha bukannya enakan kerja di hotel). Kepala Hotel sangat senang berteriak kegirangan di luar rumah.
Presdir menanyakan perkembangan perusahaan kopinnya pada Shin Mi.
"Jika ibumu masih hidup. Pasti ia akan membantu bisnis ini. Ibumu sangat menyukai kopi. Ia menyukai kopi dari Angel Cafe." ucap Presdir.
"Angel Cafe?" Shin Mi mulai berpikir.

Shin Mi datang ke Angel Cafe. Kafe itu terancam tutup karena sepi pengunjung. Kafe itu juga yang dulu di datangi Tae Hee dan Suk Bong saat membicarakan mengenai kalung. Shin Mi mencoba rasa kopi itu bersama So Jung.
"Aku ingat sekarang, dulu ibuku sering datang kesini."

Shin Mi membawa sampel kopi dari Angel Cafe ke kantornya. Ia ingin meminta pendapat dari para staf-nya. Mereka mencoba kopi itu bersama-sama.
Ketua Yoo. "Aku tidak bisa menbedakan rasanya."
Staf wanita "Takarannya sangat pas."
Staf Pria "Kesegaran sangat penting."
Shin Mi menanyai So Jung "Lumayan enak."
"Aromanya tidak buruk," tambah staf pria terakhir.
Shi Mi memanggil ahli kopi untuk mencicipi kopi dari Angel Cafe "Kopi yang enak adalah kopi yang terbuat dari biji kopi yang berkulitas baik.

Shin Mi kembali ke Cafe Angel. Ia bertanya pada pegawai kafe dimana pabrik pemanggangan kopi itu. Pegawai kafe itu tak tahu. Selama ini cuma managernya yang tahu tempat itu dan sayangnya managernya sudah melarikan diri.

Dokter menyatakan Suk Bong telah terbebas dari kankernya. Pengobatan berjalan sukses. Ia sangat senang mendengar kabar itu dengan di temani Kang Woo dan ayahnya. Kang Woo memeluknya dan memberinya ucapan selamat. Suk Bong masuk ke kamar pasien. Ia mencoba menghubungi Shin Mi ingin memberitahu tahu kabar gembira, tapi urung karena Shin Mi sepertinya juga tak peduli padanya.

Di Angel Cafe Shin Mi termenung sedirian. Ia kalut belum bisa menemukan kopi yang pas untuk produksi kopinya
"Ibu, aku ingin melakukan hal ini dengan baik. Tapi sangat sulit. Aku harus menemukan tempat itu." ucap Shin Mi meminta petunjuk pada mendiang ibunya. Tiba-tiba matanya terpaku pada tulisan di bungkusan kopi yang tergeletak di meja. Ia teringat ucapan Byung Do yang pernah menyebut soal kopi hadiah gaib (magic gift).

Suk Bong pulang ke rumah. Ia mendapati Byung Do sedang bertingkah aneh dengan berdiri terbalik. Shin Mi datang. Ia mencari Byung Do dan menanyakan kopi yang di bawanya. Byung Do meneliti biji kopi itu dengan mencoba memakannya dan memberi penilaian.
"Belum dipanggang dengan baik." ucapnya. "Umumnya, kopi dipanggang dengan metode lama. Dimasukkan ke dalam panci dan dipanggang sehingga tidak matang secara merata. Tapi yang ini berbeda. Dipanggang dengan suhu panas sehingga tidak membakar biji kopi dan matang secara merata. Hanya ada satu tempat di Korea yang memanggang dengan cara itu."
"Dimana?" tanya Shin Mi antusias. Ia bahkan berjanji akan mentraktir makan 3 kali jika Byung Do mau menunjukkan tempatnya.
Byung Bo membawa Shin Mi ke tempat itu. Di mobil Suk Bong yang kebagian nyetir protes pada Shin Mi kenapa dirinya harus ikut. Byung Do yang menjawab.
"Ini sudah tengah malam. Apa kau mau kami hanya pergi berdua saja. Aku takut pada perempuan."
Shin Mi menyetel lagu. Byung Do ikut menyanyi. Shin Mi dan Suk Bong cuma bisa menyumpal kuping mereka mendengar suara Byung Do yang nggak ada merdu-merdunya.
Mereka sampai di pabrik. Tapi pabrik itu tutup. Mereka terpaksa menginap disana untuk menunggu pagi hari. Kebetulan juga hanya ada satu kamar yang bisa mereka sewa.
Shin Mi terlihat tak nyaman harus sekamar dengan dua orang pria. Ia berniat tidur di mobil, tapi langsung dicegah oleh Suk Bong. Ia tak mau Shin Mi kedinginan diluar. Sejak keluar dari rumah sakit, baginya kesehatan sangat penting. Shin Mi tetep keukeuh. Ia tak mau meninggalkan mobilnya tanpa penjagaan. Suk Bong menimpali bahwa menyalakan pemanas mobil semalaman adalah pemborosan bensin. Ternyata cara itu ampuh membuat Shin Mi menuruti ucapannya.
Shin Mi mulai ketakutan saat Byung Do hendak membuka bajunya (padahal mah cuma kepanasan). Ia mengajak Byung Do dan Suk Bong bermain agar mereka tak tidur. Mereka main tangkap tangan (tau deh namanya apa). Kalau yang kalah (tangannya ketangkep) harus siap-siap disentil dahinya. Shin Mi kalah saat bermain dengan Byung Do. Tanpa rasa kasihan Byung Do menyentil dahi Shin Mi dengan keras. Suk Bong yang sedari tadi hanya menjadi penonton ikut meringis (gue ikut-ikutan ngusap jidat).
Byung Do memberikan giliran untuk Suk Bong. Permainan pertama Shin Mi yang menang. Ia kegiraran saat memberi hukuman pada Suk Bong. Kemudian mereka main lagi. Kali ini Suk Bong berhasil menangkap tangan Shin Mi. Dia berteriak senang karena akhirnya bisa mengalahkan Shin Mi. Shin Mi berusaha menarik tangannya, tapi malah semakin mendekatkan tubuh mereka. Shin Mi dan Suk Bong salah tingkah. Byung Do mengomentari kelakuan mereka berdua yang langsung sadar dan saling melepaskan diri.
Shin Mi tetap memaksa Suk Bong bermain walau mereka sudah sangat mengantuk. Sementara Byung Do sudah terlelap di samping mereka. Dahi Shin Mi juga sudah memerah. Suk Bong minta berhenti. Karena sudah nggak kuat menahan kantuk Suk Bong jatuh tertidur. Shin Mi juga demikian di depannya.
Pagi hari Byung Do bangun terlebih dahulu. Ia melihat Suk Bong dan Shin Mi tertidur saling berhadapan dengan lengan terjulur. Tiba-tiba saja ia menaruh tangan Suk Bong dalam genggaman tangan Shin Mi. Lalu ia membangunkan mereka berdua yang langsung kaget saat mendapati tangan mereka saling terpaut. Mereka buru-buru bangun dengan wajah malu.

Kang Sook mencari Suk Bong di kamarnya. Tentu saja ia tak menemukan Suk Bong disana. Ia ingin memberi tahu kabar gembira bahwa ia diterima kerja di Bank Partner. Ia keluar kamar itu dan berpapasan dengan cowok ganteng yang membawa gitar. Cowok itu tersenyum manis padanya.

Pagi harinya mereka masuk ke dalam pabrik. Byung Do memperlihatkan mesin pemanggang kopi kuno pada Shin Mi dan Suk Bong.
Apa ini barang antik?" tanya Shin Mi.
"Pemahamanmu tentang mesin sangat buruk," ejek Byung Do.
Kemudian ia membersihkan mesin, memilih biji kopi dan memulai memanggang kopi dengan cekatan. Kayaknya Byung Do sudah terbiasa dengan pekerjaan ini.


Setelah kopi selesai di panggang, ia memperlihatkan pada Shin Mi dan Suk Bong.
"Kopi yang di panggang di Amerika membutuhkan waktu 3 bulan untuk diangkut kesini. Dengan memanggang kopi disini apa bedanya?"
Jadi, ini yang namanya kopi hadiah gaib?" tanya Shin Mi.
Mereka pindah ke Angel Cafe. Byung Do mempraktekkan cara menyeduh kopi yang benar. Kopi yang bagus adalah kopi yang menghasilkan busa saat diseduh. Setelah ia berbagi ilmu lalu ia pergi dari kafe itu untuk beristirahat.

Woon Suk naik ke mobilnya. Ia juga mendapat informasi mengenai Angel Cafe dan meminta supirnya mengantarkannya kesana.

Suk Bong dan Shin tengah mencoba membuat kopi dengan mesin kopi. Suk Bong memberi Shin Mi segelas kopi memintanya menambahkan krim. Shin Mi menuangkan krim pada kopi itu, tapi krimnya habis. Shin Mi memukul-mukul kaleng krim untuk mengeluarkan krimnya yang malah memuncrat mengenai wajahnya (bwahaha...). Suk tertawa geli saat melihat wajah Shin Mi penuh krim (suka deh liat Suk Bong tersenyum, keliatan manis banget...). Shin Mi marah dan melarangnya tertawa.
Suk Bong mengambil serbet hendak membersihkan wajahnya, tapi Shin Mi menolak. Ia nggak suka bergantung pada laki-laki. Shin Mi mengatakan bisa membersihkan wajahnya sendiri. Padahal tangannya juga kena krim. Suk Bong mengelap wajahnya dan Shin Mi langsung memprotes, berusaha mendorong tubuh Suk Bong. Yang terjadi malah hidung mereka saling menempel. Mereka kaget dan saling pandang dalam diam.
"Sepertinya hidung kita saling menempel. Bisakah kau menyingkir?" ucap Shin Mi grogi.
"Aku kira aku harus..." ucap Suk Bong tak meneruskan ucapannya. Ia mulai melancarkan pesonanya (cie...) Shin Mi hanya pasrah dan memejamkan matanya. Suk Bong tersenyum dan mulai memiringkan kepalanya.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...