Saat dipanggil, Ji-ni terkejut saat mendengar kalau Baek-moo ternyata sudah tahu dengan aksinya berjalan diatas tali saat berada di pasar. Namun yang lebih terkejut lagi adalah Baek-moo begitu mendengar apa alasan Ji-ni melatih aksi yang menurutnya tidak berguna itu : melatih konsentrasi terutama dibagian kaki.
Sadar kalau bakat Ji-ni sangat sayang untuk disia-siakan terutama setelah sekian tahun bersama, Baek-moo yang dipanggil oleh petinggi istana mengusulkan untuk diadakan kompetisi antara kelompok perempuan penghibur dimana si pemenang bisa menjadi kepala kelompok lain. Sudah tentu, usul tersebut membuat musuh bebuyutannya Mae-hyang marah besar.
Sikap permusuhan tidak cuma ditunjukkan oleh Mae-hyang tapi juga oleh Bu-young, muridnya yang kini telah tumbuh dewasa. Karena itu, mereka sangat terkejut mendengar ungkapan Ji-ni yang menyebut tidak perduli akan menang-kalah tapi berharap bisa mendapat hadiah utama dari putra mahkota. Sambil menunggu, Ji-ni mendapat pelajaran filosofi berharga tentang arti menjadi gisaeng dari Baek-moo.
Begitu kembali, Baek-moo langsung mempersiapkan murid-muridnya untuk kompetisi. Salah satu yang paling serius adalah Ji-ni, yang bahkan rela menolak bertemu dengan Eun-ho yang sudah memendam kerinduan. Lewat perantaraan Gae-dong, gadis itu menyebut tidak bisa bertemu Eun-ho lagi.
Penolakan tersebut membuat Eun-ho patah semangat, ia bahkan berani melawan perintah gurunya sehingga mendapat hukuman sabetan. Bahkan didepan pembantunya, pemuda itu sampai menitikkan air mata. Keruan saja, Ji-ni yang mendengar hal itu merasa bersalah dan memutuskan untuk menemui Eun-ho sambil membawa harpanya.
Keduanya menghabiskan waktu seharian bersama-sama, Ji-ni memetik harpa sementara Eun-ho melukis sosok gadis itu yang sedang bermain musik. Ketika kembali, kebahagiaan Ji-ni bisa dirasakan oleh sang ibu Hyeun-geum. Mampu merasakan kalau sang putri sedang jatuh cinta, wajah Hyeun-geum berubah kuatir ketika Ji-ni mulai menanyakan soal ayahnya dan apakah bisa seorang gisaeng tetap menghibur sekaligus menjadi istri seorang pria.
Tahu akan betapa pekanya perasaan Hyeun-geum, Ji-ni berpesan pada Gae-dong untuk tidak membocorkan perasaan bahagianya pada sang ibu. Namun dasar Gae-dong, ia malah tidak sengaja membocorkan rahasia tersebut kepada Hyeun-geum saat dirinya dipanggil menghadap.
Kepada asisten Baek-moo yang kerap melindunginya, Hyeun-geum memohon sang sahabat untuk menyelidiki ketulusan pemuda misterius yang telah mencuri hati Ji-ni. Di tempat lain, Eun-ho yang langsung terpesona melihat tarian Ji-ni meminta gadis itu untuk tidak menari bagi orang lain selain dirinya.
Ketika berjalan pulang, terjadi dua hal pada diri Eun-ho. Yang pertama adalah pertemuannya dengan asisten Baek-moo yang menanyakan sejauh mana keseriusan hubungannya dengan Ji-ni, sementara yang kedua adalah percintaannya yang diketahui oleh ibunya. Yang terakhir cukup fatal, pasalnya sang ibu memutuskan untuk melabrak Ji-ni.
Sadar kalau bakat Ji-ni sangat sayang untuk disia-siakan terutama setelah sekian tahun bersama, Baek-moo yang dipanggil oleh petinggi istana mengusulkan untuk diadakan kompetisi antara kelompok perempuan penghibur dimana si pemenang bisa menjadi kepala kelompok lain. Sudah tentu, usul tersebut membuat musuh bebuyutannya Mae-hyang marah besar.
Sikap permusuhan tidak cuma ditunjukkan oleh Mae-hyang tapi juga oleh Bu-young, muridnya yang kini telah tumbuh dewasa. Karena itu, mereka sangat terkejut mendengar ungkapan Ji-ni yang menyebut tidak perduli akan menang-kalah tapi berharap bisa mendapat hadiah utama dari putra mahkota. Sambil menunggu, Ji-ni mendapat pelajaran filosofi berharga tentang arti menjadi gisaeng dari Baek-moo.
Begitu kembali, Baek-moo langsung mempersiapkan murid-muridnya untuk kompetisi. Salah satu yang paling serius adalah Ji-ni, yang bahkan rela menolak bertemu dengan Eun-ho yang sudah memendam kerinduan. Lewat perantaraan Gae-dong, gadis itu menyebut tidak bisa bertemu Eun-ho lagi.
Penolakan tersebut membuat Eun-ho patah semangat, ia bahkan berani melawan perintah gurunya sehingga mendapat hukuman sabetan. Bahkan didepan pembantunya, pemuda itu sampai menitikkan air mata. Keruan saja, Ji-ni yang mendengar hal itu merasa bersalah dan memutuskan untuk menemui Eun-ho sambil membawa harpanya.
Keduanya menghabiskan waktu seharian bersama-sama, Ji-ni memetik harpa sementara Eun-ho melukis sosok gadis itu yang sedang bermain musik. Ketika kembali, kebahagiaan Ji-ni bisa dirasakan oleh sang ibu Hyeun-geum. Mampu merasakan kalau sang putri sedang jatuh cinta, wajah Hyeun-geum berubah kuatir ketika Ji-ni mulai menanyakan soal ayahnya dan apakah bisa seorang gisaeng tetap menghibur sekaligus menjadi istri seorang pria.
Tahu akan betapa pekanya perasaan Hyeun-geum, Ji-ni berpesan pada Gae-dong untuk tidak membocorkan perasaan bahagianya pada sang ibu. Namun dasar Gae-dong, ia malah tidak sengaja membocorkan rahasia tersebut kepada Hyeun-geum saat dirinya dipanggil menghadap.
Kepada asisten Baek-moo yang kerap melindunginya, Hyeun-geum memohon sang sahabat untuk menyelidiki ketulusan pemuda misterius yang telah mencuri hati Ji-ni. Di tempat lain, Eun-ho yang langsung terpesona melihat tarian Ji-ni meminta gadis itu untuk tidak menari bagi orang lain selain dirinya.
Ketika berjalan pulang, terjadi dua hal pada diri Eun-ho. Yang pertama adalah pertemuannya dengan asisten Baek-moo yang menanyakan sejauh mana keseriusan hubungannya dengan Ji-ni, sementara yang kedua adalah percintaannya yang diketahui oleh ibunya. Yang terakhir cukup fatal, pasalnya sang ibu memutuskan untuk melabrak Ji-ni.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar