Geram mendengar Ji-ni berani membantah bahkan menyerang balik dengan mengatakan bahwa Eun-ho yang lebih dulu mengiriminya puisi, ibu Eun-ho langsung mengambil sebaskom air panas dan menyiramkannya ke Ji-ni. Siapa sangka, muncul Baek-moo yang langsung melindungi Ji-ni dengan tubuhnya.
Ji-ni langsung mencucurkan air mata melihat sang guru tanpa malu-malu bersimpuh dihadapan kaki ibu Eun-ho, dan yang lebih menyakitkan lagi, pemuda yang mulai disukainya itu hanya bisa berdiri mematung tanpa berbuat apa-apa. Saat mengobati luka bakar di punggung Baek-mo, Ji-ni mendapat nasehat berharga tentang kehidupan seorang gisaeng.
Sudah tentu, yang paling kuatir dengan keadaan Ji-ni adalah ibunya Hyeon-geum, yang sadar kalau cinta putrinya dan Eun-ho tidak cukup kuat. Belakangan, ia dipanggil oleh Gae-yeon tunangan Eun-ho yang putri petinggi wilayah sekaligus gadis yang pernah ditemui Ji-ni di perpustakaan, yang memberi ultimatum supaya insiden yang terjadi tidak sampai di kuping sang ayah.
Melihat muridnya terduduk sedih sambil menangis, Bak-moo mendatangi Ji-ni dan mengajarinya sebuah tarian sulit untuk mengatasi rasa cinta pertamanya. Sementara itu di kediaman kelompok, Mae-hyang melatih murid-muridnya dengan keras sambil memperhatikan Bu-yong yang memang memiliki bakat besar dalam hal menari.
Ambisinya cuma satu : ia tidak ingin murid kesayangannya itu kalah bersaing dengan Ji-ni yang sudah berani menyebut impiannya untuk bisa mendapatkan hadiah dari pihak kerajaan. Namun, yang paling diharapkan Mae-hyan adalah supaya Bu-yong bisa memikat Byeok Gae-soo, kerabat kerajaan yang memiliki wawasan luas dan diduga bakal menjadi ketua dewan juri kompetisi antar kelompok penghibur.
Dasar sudah kehilangan akal sehat, Eun-ho nekat mendatangi kediaman kelompok Song Do untuk bertemu Ji-ni setelah sebelumnya menitipkan surat perpisahan ke Gae-yeon. Untungnya, kenekatan itu bisa diatasi oleh pengawal Baek-moo yang juga bertugas menjaga Hyeon-geum.
Kenekatan Eun-ho ternyata harus dibayar mahal. Saat pulang, ia mendapati sang ibu telah memerintahkan pengawal untuk memukuli Duk-pal pria yang biasa mengiringinya. Kejadian itu membuat mata Eun-ho semakin terbuka akan hidup tentang status yang berlaku di Korea, dan merasa semakin sedih dengan kenyataan.
Melihat kesungguhan hati sang majikan, Duk-pal luluh dan menyebut siap mengantarkan surat kepada Ji-ni. Dasar nekat, Ji-ni memutuskan untuk menemui Eun-ho yang diharapkannya untuk terakhir kali. Saat berjalan menuju tempat yang disepakati, betapa terkejutnya Ji-ni melihat jalanan telah ditaburi bunga yang indah dan di pondok, ada sebuah tali yang diujungnya terdapat cincin yang menunjukkan keseriusan cinta Eun-ho.
Ji-ni langsung mencucurkan air mata melihat sang guru tanpa malu-malu bersimpuh dihadapan kaki ibu Eun-ho, dan yang lebih menyakitkan lagi, pemuda yang mulai disukainya itu hanya bisa berdiri mematung tanpa berbuat apa-apa. Saat mengobati luka bakar di punggung Baek-mo, Ji-ni mendapat nasehat berharga tentang kehidupan seorang gisaeng.
Sudah tentu, yang paling kuatir dengan keadaan Ji-ni adalah ibunya Hyeon-geum, yang sadar kalau cinta putrinya dan Eun-ho tidak cukup kuat. Belakangan, ia dipanggil oleh Gae-yeon tunangan Eun-ho yang putri petinggi wilayah sekaligus gadis yang pernah ditemui Ji-ni di perpustakaan, yang memberi ultimatum supaya insiden yang terjadi tidak sampai di kuping sang ayah.
Melihat muridnya terduduk sedih sambil menangis, Bak-moo mendatangi Ji-ni dan mengajarinya sebuah tarian sulit untuk mengatasi rasa cinta pertamanya. Sementara itu di kediaman kelompok, Mae-hyang melatih murid-muridnya dengan keras sambil memperhatikan Bu-yong yang memang memiliki bakat besar dalam hal menari.
Ambisinya cuma satu : ia tidak ingin murid kesayangannya itu kalah bersaing dengan Ji-ni yang sudah berani menyebut impiannya untuk bisa mendapatkan hadiah dari pihak kerajaan. Namun, yang paling diharapkan Mae-hyan adalah supaya Bu-yong bisa memikat Byeok Gae-soo, kerabat kerajaan yang memiliki wawasan luas dan diduga bakal menjadi ketua dewan juri kompetisi antar kelompok penghibur.
Dasar sudah kehilangan akal sehat, Eun-ho nekat mendatangi kediaman kelompok Song Do untuk bertemu Ji-ni setelah sebelumnya menitipkan surat perpisahan ke Gae-yeon. Untungnya, kenekatan itu bisa diatasi oleh pengawal Baek-moo yang juga bertugas menjaga Hyeon-geum.
Kenekatan Eun-ho ternyata harus dibayar mahal. Saat pulang, ia mendapati sang ibu telah memerintahkan pengawal untuk memukuli Duk-pal pria yang biasa mengiringinya. Kejadian itu membuat mata Eun-ho semakin terbuka akan hidup tentang status yang berlaku di Korea, dan merasa semakin sedih dengan kenyataan.
Melihat kesungguhan hati sang majikan, Duk-pal luluh dan menyebut siap mengantarkan surat kepada Ji-ni. Dasar nekat, Ji-ni memutuskan untuk menemui Eun-ho yang diharapkannya untuk terakhir kali. Saat berjalan menuju tempat yang disepakati, betapa terkejutnya Ji-ni melihat jalanan telah ditaburi bunga yang indah dan di pondok, ada sebuah tali yang diujungnya terdapat cincin yang menunjukkan keseriusan cinta Eun-ho.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar