Senin, 18 Oktober 2010
Hwang Jin Yi (Episode 8)
Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya gubernur mendapatkan surat dari Eun-ho. Meski telah mengalah dengan menyebut kalau Eun-ho boleh memiliki Ji-ni namun tetap harus menikahi Gae-yeon, pria itu tidak berkutik ketika EUn-ho menolak dan menyebut kalau hanya Ji-ni yang ada dihatinya.
Tidak kehabisan akal, gubernur malah memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap dan mengeksekusi Ji-ni. Untungnya di saat genting, muncul Baek-moo yang berhasil membuat para pengawal mengurungkan niat. Tidak cuma tegas, Baek-moo ternyata juga sangat mahir berdiplomasi karena pendapatnya berhasil mempengaruhi gubernur. Saat kembali, pimpinan kelompok Song Do itu kembali menantang Ji-ni untuk melepas cintanya.
Rupanya Baek-moo punya tujuan lain lewat latihan berat yang diberikannya pada murid-murid. Sadar kalau tarian bangau sangat sulit hingga bahkan dirinya yang telah berlatih puluhan tahun tidak mampu menguasai, Baek-moo berharap bahwa gemblengannya paling tidak mampu membuat para calon gisaeng terutama Ji-ni mampu menari dengan cara yang berbeda.
Tidak sadar kalau ibu Eun-ho menyiapkan siasat licik untuk memisahkan dirinya dan pria yang dicintainya itu, Ji-ni kembali ke biara tempat ia dibesarkan untuk melakukan penyembahan sebanyak tiga ribu kali seperti yang telah dilakukannya saat kecil. Tidak cuma itu, biksu yang telah membesarkannya dengan disiplin bahkan memberi Ji-ni nama baru : Myeong-wol.
Kembali menghadap untuk memuluskan niatnya menikahi Ji-ni, Eun-ho diberitahu bahwa ia harus mendapat ijin dari kedua orangtuanya yang sedang berada di ibukota kerajaan. Rupanya, itu bagian dari strategi gubernur demi memuluskan kehadiran Ji-ni di pesta. Setelah mendengar penuturan itu, Baek-moo cuma bisa termenung karena sadar kalau keadaan bakal menjadi lebih sulit bagi Ji-ni dan Eun-hoo.
Ambisi Bu-young akan kekuasaan yang begitu besar akhirnya membuat gadis itu kena batunya. Berdandan cantik dan mengira bakal kembali dipertemukan dengan Gae-soo, ia sangat terkejut saat tahu bakal memberikan malam pertamanya pada pria tua pemabuk. Rupanya, itulah hukuman yang diberikan oleh Mae-hyang atas tindakan gegabah sang murid yang dianggapnya sebagai pengkhianatan.
Di kediaman kelompok So Dong sendiri, para calon gisaeng tidak bisa tidur karena berdebar memikirkan apa yang bakal terjadi saat rambut disasak tinggi, yang berarti kalau mereka telah memberikan malam pertama pada seorang pria, keesokan harinya. Siapa sangka, di malam itu terjadi tragedi : Sum-sum yang sudah tidak sanggup lagi menahan kepedihan hati gantung diri.
Bisa dibayangkan, bagaimana besarnya pukulan mental yang dirasakan oleh murid-murid Baek-moo, yang sebetulnya juga terpukul namun terpaksa mengambil keputusan drastis. Pemandangan memilukan dirasakan oleh Jang-yi, pria yang terus mencintai Sum-sum tanpa syarat, yang harus membopong tubuh gadis yang dicintainya yang masih memegang erat pita yang diberikan.
Melihat nasib tragis yang menimpa sahabatnya, Ji-ni mulai mmpertanyakan apa arti cinta. Namun apapun yang terjadi, semua tetap harus dijalankan dan para calon gisaeng harus tetap hadir di pesta untuk menghibur para pejabat. Keadaan semakin panas setelah Eun-ho yang baru sadar kalau dirinya dibohongi bergegas pulang untuk menemui Ji-ni.
Tidak cuma harus melihat Ji-ni menari dihadapan para pembesar yang kebanyakan telah berusia lanjut, pukulan terberat didapat Eun-ho saat melihat sang ayah justru tergiur pada Ji-ni dan berniat mengambil tali rambut (yang juga berarti berhak untuk menghabiskan malam pertama bersama) Ji-ni.
Sumber :
http://www.indosiar.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar