Senin, 18 Oktober 2010
Hwang Jin Yi (Episode 6)
Kepada Ji-ni, Eun-ho meminta maaf atas perlakuan ibunya dan meminta gadis yang dicintainya itu mengerti akan penderitaan sang ibu yang selama hidupnya memendam kepedihan. Sambil meminta Ji-ni menunggunya, Eun-ho berjanji akan memberi pengertian supaya bisa meminang Ji-ni.
Eun-ho tidak sadar kalau posisinya justru semakin berbahaya, pasalnya Gae-yeon yang sudah tidak tahan lagi akhirnya menyampaikan surat yang ditulis pemuda itu pada ibunya. Bisa ditebak, niat Eun-ho untuk melamar Ji-ni langsung mendapat tentangan dari sang ibu yang tanpa sungkan-sungkan menghina status Ji-ni sebagai seorang perempuan penghibur.
Di kediaman kelompok Song Do, akhirnya diumumkan bahwa kompetisi perempuan penghibur akan digelar dalam waktu dekat namun sebelumnya mereka harus terlebih dahulu menghibur para tamu di kediaman gubernur wilayah. Sudah tentu selain aroma persaingan yang makin tinggi, masing-masing peserta juga merasa cemas.
Dipanggil oleh istri pejabat Kim yang tak lain adalah ibu Eun-ho, Baek-moo kembali dipersalahkan atas kekisruhan yang terjadi pada Eun-ho. Siapa sangka meski dianggap berstatus sebagai perempuan dari kasta yang lebih rendah, pimpinan kelompok Song Do itu mampu memberi jawaban telak yang langsung membuat ibu Eun-ho terdiam.
Di ibukota, Bu-yong secara mengejutkan berani mengkritik pilihan vas bunga Byeok Gae-soo, kerabat sekaligus orang kepercayaan raja yang dikenal memiliki perasaan seni yang tinggi. Langsung terkesan dengan kecerdasan gadis muda itu, Gae-soo langsung mengiyakan ketika Bu-yong meminta supaya ia ditunjuk untuk melayani pria itu saat pesta. Siapa sangka, semua ternyata merupakan rencana Bu-yong untuk memenangkan persaingan.
Dengan hati yang kalut karena memikirkan kompetisi dan Eun-ho yang dicintainya, Ji-ni memeluk Hyeon-geum yang sedang mencarinya. Saat keduanya berbincang-bincang dengan santai, Ji-ni menyebut siap menempuh konsekuensi dari pilihan hidupnya. Sadar kalau sang putri sedang gundah, Hyeon-geum mengingatkan Ji-ni akan cinanya dan Eun-ho yang begitu lemah.
Kegundahan hati Ji-ni juga bisa dirasakan oleh salah seorang calon gisaeng Sum-sum, yang sebenarnya juga punya masalah yang tak kalah pelik. Demi mengalihkan pikiran, gadis itu mengajak Ji-ni untuk menari bersama. Siapa sangka, lewat tarian keduanya sama-sama berhasil mengeluarkan air mata meski itu tidak berarti kegundahan berakhir.
Niat Eun-ho untuk menjadikan istri semakin bulat, bahkan sang ibu yang telah berusaha menasehatinya secara baik-baik tidak lagi didengarkan. Meski tahu kalau bakal kehilangan posisi terhormat, ia rela melepas semuanya demi bersama Ji-ni. Tidak cuma itu, ia bahkan menemui Gae-yeon, meminta maaf, sambil menyebut tidak bisa bersama sang tunangan lagi.
Memanggil Ji-ni untuk menemuinya, Gae-yeon menyebut siap menerima gadis itu sebagai istri kedua walau hatinya sakit. Siapa sangka, tawaran itu ditolak Ji-ni yang menyebut bahwa hati tidak bisa dibagi. Sama-sama terluka oleh kenyataan hidup dimana status memegang peranan utama, Gae-yeon dan Ji-ni berpisah dengan hati yang sama-sama panas.
Ji-ni sendiri bukannya tidak mengerti akan hancurnya perasaan Geun-yeon yang tidak diterima oleh pria yang dicintainya. Kembali menemui Eun-ho sambi meminta pemuda itu mau melepaskan cintanya supaya tidak terjerumus dalam kesulitan, jawaban Eun-ho membuat dirinya semakin menghadapi dilema.
Sumber :
http://www.indosiar.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar