Selasa, 19 Oktober 2010
Hwang Jin Yi (Episode 11)
Siapa sangka, Myeong-wol punya alasan tersendiri. Tidak cuma mampu menghapal sajak yang dituliskan dalam waktu singkat, kecerdasannya dalam berdiplomasi dengan mengatakan bahwa ia hanya berharap bisa mendapatkan rekan berbagi karya sastra membuat utusan dari kekaisaran Cina berdecak kagum dan tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah utusan dari kekaisaran Cina kembali ke negaranya, pujian setinggi langit langsung disampaikan ke Myeong-wol. Namun dengan pongah, gisaeng itu bahkan berani mencela gurunya Baek-moo sambil mengatakan bahwa penyebabnya tidak mau menari adalah karena belum ada satu tarian pun yang bisa menggerakkan hatinya. Keruan saja, ucapan itu membuat para gisaeng di Song Do jengkel.
Merasa mendapatkan sekutu, Mae-hyang mulai memikirkan siasat untuk mengangkat status Myeong-wol menjadi lebih tinggi lagi. Berbeda dengan gisaeng istana itu, Jeong-han malah sempat menampar Myeong-wol sambil memarahi sikap pongahnya. Dengan wajah serius, Myeong-wol menyatakan tidak rela bila pria yang dianggap musuh besarnya dikalahkan lebih dulu oleh orang lain.
Sikap keras hati Myeong-wol keruan saja membuat Jeong-han penasaran akan apa yang terjadi sebenarnya. Di saat yang sama, ucapan pria yang menjabat sebagai menteri itu membuat Myeong-wol alias Ji-ni teringat akan kepolosan hati mantan kekasihnya Eun-ho yang telah meninggal.
Sifat Myeong-wol yang tidak lazim bagi seorang gisaeng membuat dua pria siap menjadi korbannya, yang pertama adalah Jeong-han yang bergeming meski Bu-yong berada didekatnya dan berusaha memperingatkan pria itu akan bahayanya mendambakan sosok Myeong-wol. Pria kedua adalah Byeok Gae-soo, yang terkaget-kaget ketika Myeong-wol menolak untuk bermain harpa untuknya hanya dengan alasan simpel : tidak berminat.
Berkat kesuksesannya, Jeong-han diminta untuk kembali mengumpulkan karya seni Joseon yang tercecer dengan mengadakan sayembara yang digelar di kediaman kelompok Song Do. Sudah tentu, kesempatan itu dianggap sebagai peluang emas bagi Baek-moo untuk melejitkan nama kelompoknya.
Namun, Myeong-wol yang diminta untuk menari menolak mentah-mentah dan malah melontarkan pernyataan yang membuat ketua kelompok Song Do itu marah. Tidak cuma itu, Myeong-wol bahkan mendatangi kediaman Mae-hyang untuk belajar menari disana. Syaratnya cuma satu : seandainya bisa mengalahkan Baek-moo, maka Mae-hyang harus mau menyerahkan jabatan paling prestisius di dunia gisaeng kepadanya.
Bisa dibayangkan, bagaimana raut muka Baek-moo dan kelompok Song Do begitu melihat Ji-ni muncul bersama Mae-hyang dan anak buahnya. Didepan Hyeon-geum ibunya, Myeong-wol alias Ji-ni menuturkan bahwa tujuannya memainkan permainan berbahaya itu adalah demi menyakiti hati Baek-moo alias balas dendam.
Kesempatan itu digunakan Mae-hyang untuk menekan. Tidak cuma meminta Baek-moo mundur dari jabatan ketua Song Do bila dirinya sukses menempa Myeong-wol alias Ji-ni membawakan tarian pedang dalam jangka waktu tertentu, ia juga meminta perempuan setengah baya itu untuk menyerahkan semua buku musiknya. Tak dinyana, Baek-moo langsung menyetujui permintaan itu.
Sadar kalau Myeong-wol pasti menolak bila diundang, Gae-soo melakukan sejumlah siasat yang membuat gisaeng itu tidak bisa menolak permintaannya. Bisa dibayangkan, bagaimana marahnya Myeong-wol saat tahu tamu yang hendak didatanginya ternyata membatalkan perjanjian karena diancam Gae-soo.
Walau geram, Myeong-wol mampu memikirkan siasat untuk membalas perbuatan Gae-soo. Datang ke kediaman pejabat itu saat dirinyamenjamu beberapa kolega termasuk Jeong-han, Myeong-wol menyebut dirinya siap menghabiskan malam bersama.
Sumber :
http://www.indosiar.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar