Laman

Rabu, 01 Desember 2010

Becoming A Billionaire (Episode 19)

Shin Mi menunjuk foto pria yang berada di posisi tengah.
"Kalau begitu ini..."
"Tentu saja itu Ha Jeong Tae," seru Suk Bong. "Waktu masih muda kau sangat tampan. Ayahku pasti akan marah mendengarnya, tapi sejujurnya kau lebih tampan daripada ayahku."
Jeong Tae memberikan foto itu pada Suk Bong. Suk Bong menolak karena ia sudah mempunyai foto seperti itu dari Lee Jong Heon.
Shin Mi ingat tujuannya datang ke rumah sakit. Ia menyerahkan cincin titipan ayahnya pada Jeong Tae. Jeong Tae membuka kotak cincin itu dan meminta tangan Shin Mi. Shin Mi ragu-ragu. Ia merasa tak berhak memakai cincin itu. Suk Bong meraih tangan Shin Mi agar ia mau menerima cincin itu. Jeong Tae memakaikan cincin itu di jemari Shin Mi.

Tae Hee masih merayu ayahnya untuk meneruskan rencana pertunangannya dengan Woon Suk. Tapi Boo Kwi Ho sudah tak mau menerimanya lagi menjadi menantunya. Ia malah menasehati Tae Hee untuk mencari pria lain. Tae Hee jelas menolaknya mentah-mentah.

Di kantor polisi Woon Suk tengah diinterogasi perihal pencurian data dari Smart yang dilakukan oleh Ketua Yoo. Ia dicurigai sebagai otak dari pencurian itu. Kepala Kang antek setianya tampak membela Woon Suk dan mengatakan Woon Suk tak ada hubungannya dengan kasus ini. Ketua Yoo juga mengamini. Woon Suk yang sudah cuci tangan segera pergi dari sana. Mereka mengakui pencurian itu murni kerjaan mereka berdua.

Di luar kamar Jeong Tae, Shin Mi masih ragu dan merasa tak berhak menerima cincin itu. Ia hendak melepaskan cincin itu. Suk Bong meraih tangannya dan memasukkan lagi cincin yang hendak dilepas oleh Shin Mi. Suk Bong meyakinkannya cincin itu memang layak untuknya karena Jeong Tae sendiri yang memberikan cincin itu.
"Paman sudah memaafkan Presdir," ucapnya. "Terlihat dari matanya saat memandang foto itu,"
Shin Mi mengomentari memangnya Suk Bong seorang dokter yang bisa tahu hanya dari melihat mata seseorang. Suk Bong menggodanya dengan memandangi wajahnya.
Shin Mi grogi dan memalingkan kepala Suk Bong.
"Choi Suk Bong, kau memaafkan ayahku?" tanyanya.
"Memaafkan?" guman Suk Bong. "Aku berpikir bahwa ini bukan tugasku melakukan hal itu. Semuanya tergantung pada ayahku."
Lalu Suk Bong memeluk Shin Mi. "Jika aku sampai kehilangan Soon Mi-ku. Itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku.

Di kantor barunya Byung Do tengah menerima telepon dari klien orang Jepang. Pengurus rumah yang sedang mengepel lantai terperangah melihat Byung Do mahir berbahasa Jepang. Ia tampak kagum padanya.

Suk Bong datang sambil menggandeng Shin Mi yang tampak malu-malu. Apalagi Byung Do juga sempat menggodanya. Shin Mi sungkan dan segera melepasakan tangannya, tapi Suk Bong malah mengenggamnya lebih erat dan tak mau melepaskan tangannya. Pengurus rumah bersyukur akhirnya Shin Mi punya seorang pacar.

Tae Hee menemui Woon Suk yang tengah minum-minum di rumahnya. Ia mengatakan akan membujuk ayahnya untuk meneruskan pertunangan mereka yang sudah dibatalkan. Tae Hee bilang kalau perlu mereka langsung menikah saja.
"Tae Hee, aku tak akan menikah denganmu," ucap Woon Suk.
"Kenapa? Apa karena Suk Bong galak?" duga Tae Hee.
Lalu Tae Hee bilang bahwa ia sudah membuang Suk Bong dari dalam hatinya dan menganggapnya orang brengsek.
"Bukan itu alasanku."
"Jadi karena apa?" tanya Tae Hee putus asa. "Apa karena keinginanku yang berlebihan? Kau benci padaku?"
"Kau benar. Aku tidak mencintaimu. Jadi pulanglah!" ucap Woon Suk dingin.
"Oppa..." Mata Tae Hee berkaca-kaca.
"Aku menyuruhmu pulang."
Tae Hee pulang sambil menangis.

Shin Mi melihat berkas di atas meja. Berkas mengenai logam mulia. Tiba-tiba ia ingat pernah melihat berkas yang sama saat ia berkunjung ke rumah Woon Suk.
"Jadi karena ini kau berhenti dari Oh Sung?" tanya Shin Mi pada Suk Bong.
"Awalnya hanya karena penasaran pada kalungku. Tapi setelah tahu makin banyak, aku semakin tertarik dan juga bisa mengerti mengapa ayahku terjun ke dalam bisnis logam mulia," ungkap Suk Bong.
Shin Mi sebenarnya masih mengharapkan Suk Bong kembali bekerja di Smart. Maka dari itu, Suk Bong mengajak Shin Mi ke kantor barunya agar Shin Mi mengerti keputusannya dan mendukungnya. Lalu ia meminta Shin Mi memberinya semangat. Suk Bong memonyongkan bibirnya, minta dicium oleh Shin Mi. Shin Mi malu. Ia malah minta pulang.
"Aku mau pulang."
"Baiklah. Kalau begitu pergilah!" Suk Bong malah menyuruh Shin Mi cepat-cepat pergi. Shin Mi kesal. Ia keluar meninggalkan Suk Bong.
Di dalam Suk Bong cuma senyum-senyum saja tanpa berniat mengejar Shin Mi. Ia mulai berhitung mundur.
3...
2...
1...
Benar saja pada hitungan kesatu, Shin Mi masuk lagi ke dalam. Suk Bong tersenyum menang.
"Hey, Choi Suk Bong..." panggil Shin Mi yang masih kesal.
Suk Bong mendekat. Ia menutup matanya dan mendekatkan wajahnya, siap dicium oleh Shin Mi. Shin Mi sedikit salah tingkah, tapi perlahan ia mendekat dan mencium bibir Suk Bong.
Tiba-tiba pintu dibuka. Pengurus rumah masuk. Ia terperanjat melihat Suk Bong dan Shin Mi yang tengah berciuman (ganggu aja neh...). Yang terlihat salah tingkah disini malah pengurus rumah. Ia meminta mereka berdua menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Karena terburu-buru ia sampai menabrak pintu.

Setelah Tae Hee pergi Woon Suk masih mabuk-mabukan. Woon Suk terlihat sangat tertekan. Mungkin juga ia merasa bersalah pada Tae Hee. Choo Young Dal datang. Ia mengajak putranya bicara.
Choo Young Dal menyerahkan sebuah amplop putih pada Woon Suk. Woon Suk mengambilnya.
"Ini apa?" tanya Woon Suk setelah membuka amplop surat itu dan melihat isinya.
Choo Young Dal memberitahunya bahwa itu adalah salinan surat kepemilikan pertambangan logam mulia milik Jeong Tae. Ia memalsukan surat yang asli.
"Setelah kecelakaan yang menimpa Chul Min, dia pergi ke Kyrgystan untuk mengurus pertambangan ini. Untungnya dia menyimpan surat itu di kamar rumah sakit. Aku berhasil mendapatkannya. Pergunakan itu untuk menyelesaikan masalah keuangan perusahaan kita." ucap Choo Young Dal.
"Bagaimana jika seseorang mengetahui bahwa ini palsu?" Woon Suk khawatir.
"Selama Jeong Tae tidak berbicara, semua itu tak akan terjadi. Setelah mengalami kecelakaan di Kyrgystan dia menjadi seperti ini. Tak ada orang lain yang tahu bahwa Ha Jeong Tae pemilik pertambangan itu. Sekarang mentalnya terganggu. Ini keuntungan untuk kita," tandas Choo Young Dal. Kemudian menambahkan bahwa ia sudah membebaskan Kepala Kang dan Ketua Yoo dari penjara. Ia menyuruh Woon Suk segera bertindak.


"Kau bilang Jeong Tae sendiri yang memakaikan cincin ini di jarimu?" tanya Presdir pada Shin Mi ketika Shin Mi memperlihatkan cincin di tangannya. Shin Mi mengangguk. Presdir senang mendengar hal itu.
"Cincin ini terbuat dari logam yang disebut Molybdenum." ucap Shin Mi.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Presdir.
Shin Mi menjawab bahwa Suk Bong yang memberitahunya. Ia juga bilang bahwa Suk Bong tak akan bekerja lagi di Oh Sung. Ia tengah merintis usaha logam mulia dan sudah pergi ke Jepang untuk memulai bisnis itu. Presdir Lee bertanya apa hal itu benar. Pengurus rumah yang datang membawakan minuman ikut nimbrung. Ia juga mengatakan sudah berinvestasi saham disana. Presdir Lee sepertinya tertarik.

Shin Mi dan Suk Bong pergi kencan. Baru kali ini mereka terlihat sedang pacaran. Mereka bersepeda bersama di sebuah taman bunga. Lalu Suk Bong menggandeng tangan Shin Mi sambil mengobrol.
Suk Bong memberitahu Shin Mi ia pernah bertemu Tae Hee. Tae Hee marah dan menuduhnya menjadi penyebab Woon Suk berubah jahat.
"Kau sedang mengkhawatirkannya?" tanya Shin Mi agak cemburu.
"Sejujurnya, sedikit." ucap Suk Bong jujur. "Rasanya aneh, aku merasa tak tega melihat Boo Tae Hee seperti itu. Dari luar ia terlihat begitu baik, begitu mengagumkan tapi di dalam jiwanya kosong. Tampaknya ia sangat kesepian."

Presdir Lee Jong Heon memanggil Woo Byung Do datang ke rumahnya.
"Go Bong Sang Sa?" ucap Presdir Lee menanyakan nama perusahaan baru milik Byung Do dan Suk Bong.
"Benar," jawab Byung Do.
Presdir Lee tertarik pada bisnis pertambangan mereka. Ia mengungkapakan niatnya untuk kerjasama dan menginvestasikan modal pada Go Bong Sang Sa. Byung Do terkejut dan tanpa sengaja menyemburkan air yang tengah diminumnya pada Lee Jong Heon.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Boo Kwi Ho dingin pada Choo Young Dal yang datang menemuinya.
Choo Young Dal datang untuk memperlihatkan kalung milik Chul Min.
"Apa itu?" tanya Boo Kwi Ho. "Apa itu kalung Choi Suk Bong?"
"Bukan. Choi Suk Bong memakai kalungnya sendiri." ucap Choo Young Dal. Boo Kwi Ho terkejut mendengar hal itu.
"Apa kalung ini sebenarnya ada dua? Aku rasa kau tahu mengapa ada dua kalung yang sama?"

Kepala Kang dan Ketua Yoo sudah dibebaskan dari penjara. Mereka mulai menyusun strategi lagi bersama Woon Suk. Mereka berencana menjegal rencana Suk Bong yang akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan Jepang.
"Hotel Baekje?" tanya Woon Suk setelah diberitahu dimana Suk Bong akan mengadakan pertemuan.
"Kontrak itu akan ditandatangani sore ini," beritahu Kepala Kang.

Suk Bong dan Byung Do sudah sampai di hotel tempat ia membuat janji dengan klien dari Jepang. Mereka masih menunggu klien itu yang belum datang. Tak lama kemudian klien dari Jepang itu datang diantar oleh pelayan hotel.
Byung Do yang mahir berbahasa Jepang menyambut kedatangannya. Pria itu bernama Nakamura.
"Saya Nakamura dari RMJ." Pria itu memperkenalkan dirinya.
Kemudian mereka bertiga mulai membicarakan kontrak kerjasama mereka. Pertama-tama Suk Bong berterimakasih pada Tuan Nakamura yang mau menjadi partner kerjanya. Ia optimis perusahaan mereka akan menjadi nomor satu dalam bidang pertambangan logam mulia langka. Byung Do bertugas menerjemahkan semua ucapan Suk Bong pada Tuan Nakamura.
Suk Bong menyerahkan surat kontrak kerjasama pada Tuan Nakamura untuk ditandatangani. Tuan Nakamura malah terlihat kebingungan. Akhirnya ia mengaku bahwa ia tak bisa kerjasama dengan mereka. Ia membatalkan rencana kerjasama itu. Byung Do yang mengerti ucapannya langsung protes. Suk Bong hanya mengernyit bingung mendengar pembicaraan mereka berdua. Tuan Nakamura mengatakan bahwa ia mendapat tawaran yang lebih bagus dari perusahaan Korea lainnya.
"Perusahaan lain?" Suk Bong terkejut saat mulai paham. "Tapi anda tak boleh melanggar kesepakatan kita?"
Mendadak Woon Suk muncul. Kedatangannya menjelaskan semuanya. Dialah yang merusak perjanjian kontrak Suk Bong dengan klien dari Jepang itu. Sudah jelas Woon Suk yang menawarkan kerjasama pada Tuan Nakamura. Ia memberikan tawaran kerjasama yang lebih menggiurkan agar Tuan Nakamura tertarik sehingga memutuskan kerjasama dengan Suk Bong. Tujuan Woon Suk memang untuk itu.
Suk Bong sangat kesal mengetahui kecurangan ini.
"Kau sengaja melakukan ini?" tanya Suk Bong.
"Tidak terlalu sulit buatku. Jadi kau tak perlu khawatir. Orang seperti Choi Suk Bong, aku dapat dengan mudah menang." ucap Woon Suk tajam meremehkan Suk Bong.
Lalu Woon Suk mengajak Tuan Nakamura pergi. Suk Bong bangkit dan menahan lengannya. Woon Suk menoleh dan memandangnya tajam.
"Ambisimu...Apa hanya bisa dicapai dengan memanfaatkan orang. Lee Shin Mi, Boo Tae Hee. Dan sekarang aku. Hidupmu seperti lintah. Setelah kau berhasil mencapai ambisi kotormu, kau akan pergi meninggalkannya?" ejek Suk Bong.
Woon Suk marah dan langsung melayangkan tinjunya pada Suk Bong. Ia tak terima mendengar hinaannya. Suk Bong jatuh tersungkur. Lalu ia bangun dengan bibir berdarah.
"Bagimu mungkin ambisiku ini kotor dan menganggapku seperti lintah. Tapi bagiku, ini adalah kesempatan terakhir dalam hidupku." teriak Woon Suk marah lalu pergi dari sana.
Tuan Nakamura juga hendak pergi. Byung Bo menarik lengan jasnya. Ia marah padanya. Tiba-tiba Tuan Nakamura berbicara dengan bahasa Korea. Ia meminta pengertian dari Byung Do. Ini merupakan kesempatan emas untuknya. Frontier Group mempunyai pertambangan logam mulia sendiri. Dan perusahaannya mendapat akses untuk menambang disana. Kemudian ia cepat-cepat pergi menyusul Woon Suk. Byung Do mengumpat kesal karena ternyata Tuan Nakamura fasih berbicara bahasa Korea.

Di kantor, Suk Bong dan Byung Do sedang membahas Fontier yang ternyata mempunyai pertambangan logam mulia di Kyrgystan. Byung Do merasa ada suatu kejanggalan.

Byung Do meminta bertemu dengan Tuan Nakamura di Kafe Ainas. Ia marah padanya karena membatalkan kontrak kerja secara sepihak.
Tiba-tiba Sekretaris Yoon datang kesana. Tuan Nakamura langsung jatuh cinta saat melihatnya.

Suk Bong menelepn Shin Mi. Ia memberitahu bahwa kontrak kerjanya dengan perusahaan Jepang gagal. Untuk merubah moodnya yang sedang buruk ia meminta Shin Mi membuatkan kimbab untuknya.
"Apa, kimbab?" tanya Shin Mi.
"Iya. Mood-ku sedang buruk. Jadi ingin memakan kimbab agar aku kembali kuat," pinta Suk Bong. "Bawa kimbab ke rumah sakit dan kita makan bersama dengan paman."
"Aku tak bisa memasak," keluh Shin Mi. "Beli saja. Bukannya lebih praktis?"

Di dapur Shin Mi tengah sibuk membuat kimbab (semacam sushi). Ia tampak kerepotan saat membungkus kimbab itu. Pengurus rumah gregetan melihat cara Shin Mi menyusun kimbab. Ia ingin membantunya. Tapi Shin Mi tak mau dibantu. Ia ingin membuat kimbab itu dengan tangannya sendiri.
Shin Mi memotong kimbab yang sudah berhasil ia gulung, tapi kimbab itu langsung hancur. Pengurus rumah sudah tak sabar dan merebut pisau yang dipegang Shin Mi. Shin Mi kesal dan menyerahkan semua pekerjaannya padanya. Tapi tiba-tiba ia teringat perkataan Suk Bong yang ingin dibuatkan kimbab olehnya untuk menambah semangat kerjanya. Shin Mi segera meminta pengurus rumah jangan membantunya lagi.

Shin Mi dan Suk Bong menjenguk Jeong Tae. Shin Mi membawa kimbab yang di buatnya. Suk Bong hendak membuka kotak bekal itu, tapi Shin Mi buru-buru mencegahnya. Ia malu karena kimbab bikinannya bentuknya hancur. Suk Bong mengatakan tak apa-apa. Shin Mi kembali menegaskan bahwa itu bukan kimbab sisa, hanya bentuknya saja yang nggak karuan.
Suk Bong membuka kotak bekal itu. Benar saja kimbab bikinan Shin Mi bentuknya amburadul. Suk Bong menggodanya dengan mengatakan apa kimbab itu bisa dimakan. Shin Mi malu. Ia juga kesal pada Suk Bong yang tak menghargai usahanya. Ia menarik kotak bekalnya dan menyuruh Suk Bong jangan makan. Mereka rebutan.
Jeong Tae menengahi. Ia meminta kotak bekal itu. Suk Bong menaruh kimbab itu di kasur. Jeong Tae mengambil kimbab itu dan memakannya tanpa keraguan sedikitpun. Shin Mi menunggu rekasi Jeong Tae dengan cemas. Kemudian Jeong Tae mengacungkan ibu jarinya, menandakan kimbab buatan Shin Mi enak. Shin Mi senang. Suk Bong penasaran dan ikut mencomot kimbab itu. Shin Mi yang masih kesal padanya langsung memukul tangan Suk Bong melarangnya makan. Suk Bong tertawa. Ia mencubit pipi Shin Mi. Lalu mengambil kimbab itu dan memakannya. Setelah merasakan kimbab buatan Shin Mi, ia memberi penilaian dengan mengacungkan ibu jarinya. Shin Mi senang Suk Bong juga memuji masakannya.
Shin Mi melihat jempol Suk Bong. Ia merasa jempolnya sama seperti jempol Jeong Tae. Kemudian membandingkan jempol mereka berdua.
"Jempol kalian sangat mirip," komentarnya. "Paman, jempol kalian terlihat mirip?"
Lalu Jeong Tae menggandeng tangan Suk Bong. Ia mengajak Suk Bong mendekat ke lemarinya. Ia mengacak-acak isi lemarinya mencari sesuatu.
"Apa yang kau cari?" tanya Suk Bong.
Kemudian mata Suk Bong tertuju pada sebuah map kuning. Map itu berjudul Kontrak Kerja Pertambangan Kyrgystan. Suk Bong penasaran. Ia mengambil map itu dan membukanya. Di dalamnya ia menemukan tabel analisis jenis-jenis logam mulia. Ia juga membaca bahwa Jeong Tae pemilik kontrak pertambangan itu.
Jeong Tae tak menemukan apa yang dicarinya. Ia langsung lemas. Ia hampir ambruk. Suk Bong dan Shin Mi buru-buru membantunya bangun.

Woon Suk melihat kalung yang dibawa ayahnya. Kalung itu sama persis seperti milik Suk Bong. Kalung itu yang Choo Young Dal curi dari kamar Jeong Tae. Kalung milik Chul Min.
"Kalung ini sudah menyelamatkan kita. Aku akan membuat Boo Kwi Ho mempertimbangkan lagi rencana pernikahanmu dengan Tae Hee." ucap Choo Young Dal.
"Tidak usah, ayah. Aku tak ingin melibatkan Tae Hee lagi."
"Apa yang kau bicarakan?" Choo Young Dal tak mengerti jalan pikiran putranya.

Suk Bong membawa surat kontrak itu pada Byung Do. Byung Do meneliti surat itu dan menyamakannya dengan surat kontrak milik Frontier yang ternyata sama persis.
"Ini sebabnya Frontier mau cepat turun tangan. Ini bukti bahwa Frontier memalsukan surat milik Ha Jeong Tae. Memanfaatkan Ha Joeng Tae yang jiwanya tidak stabil." ucap Byung Do. "Mereka ingin mengontrol harga saham dengan ini."
"Jika ingin menangkap mereka. Maka harus membuktikan bahwa ini palsu?" tanya Suk Bong.
"Benar."
"Dengan mencari surat yang asli? Seharusnya ada orang yang menyimpannya." gumam Suk Bong.


Suk Bong datang ke kantor Boo Kwi Hoo. Ia memperlihatkan surat kontrak pertambangan pada Boo Kwi Ho. Ia memberitahu kemungkinan Frontier telah memalsukan surat yang asli.
Tiba-tiba Woon Suk datang. Boo Kwi Ho menyuruh Suk Bong menunggu di luar. Woon Suk duduk. Ia melihat surat kontrak pertambangan di atas meja.
"Mencuri barang saja tidak cukup. Ternyata masih membuat surat palsu!" sembur Boo Kwi Ho marah dan melemparkan surat itu pada Woon Suk.
Woon Suk terlihat santai menghadapai kemarahan Boo Kwi Hoo. "Seharusnya waktu itu kau tak mengusirku." ucapnya.
"Kau bilang apa?" seru Boo Kwi Ho keras.
"Ayah, kau seharusnya tidak berbicara seperti ini."
"Ayah...? Siapa ayahmu?" hardiknya
"Sepertinya kau masih tak mengerti. Biar aku ajari kau baik-baik. Aku ingin memberitahukan kesalahan kalian berdua; ayah dan anak pada dunia. Ayahku mengatakan kau tahu mengapa kalung ini bisa ada dua?" tanya Woon Suk. "Kalung ini ditemukan dalam barang Kang Chul Min, berarti kalung itu pasti milik Chul Min. Tapi Chul Min malah tak pernah memberi wanita manapun barang seperti ini. Jadi kalung yang dipakai Choi Suk Bong itu milik siapa?"
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?"
Woon Suk merogoh kantong jasnya dan mengeluarkan bungkusan plastik. "Ini adalah rambut Joeng Tae. Didapat oleh ayahku saat mengunjunginya. Jika kau sampai menggangguku kami, aku akan menggunakan ini." ancam Woon Suk.

Woon Suk keluar dari ruangan Boo Kwi Ho. Ia berpapasan dengan Tae Hee di luar. Tae Hee senang melihatnya, tapi Woon Suk malah bersikap dingin padanya.

Suk Bong kembali ke ruangan Boo Kwi Ho. Boo Kwi Ho masih terbawa emosi setelah berbicara dengan Woon Suk. Apalagi ia baru saja mendapat ancaman dari Woon Suk. Ia menyuruh Suk Bong segera pergi dari kantornya.
"Direktur masalah ini sangat penting." ucap Suk Bong.
"Aku minta kau pergi" teriak Boo Kwi Ho.
Suk Bong mengerti. Lalu ia bangun dan berpamitan pergi. Tapi bukan Suk Bong kalau ia menyerah. "Besok pagi aku akan datang kesini." ucapnya.
"Tak perlu." sahut Boo Kwi Ho. "Kau jangan datang lagi mencariku!"

Kepala Kang dan Ketua Yoo menemui Byung Do dengan maksud ingin menyuapnya dan mengajaknya bergabung di pihak Woon Suk.
"Berapa banyak yang bisa kalian berikan?" tantang Byung Do. "Jika aku mengkhianati Suk Bong dan berpihak pada kalian, berapa banyak yang kalian berikan?"
Lalu Byung Do menegaskan bahwa ia bukan orang yang gampang dirayu.
Byung Do mendekati mereka berdua lalu menyapukan jarinya yang bekas mengupil ke jas mereka berdua.
"Ini hukuman kalian karena salah melihat orang." ucapnya lalu pergi.

Woon Suk dan Tae Hee berbicara di bawah jembatan sungai Han. Ia meminta Tae Hee jangan membuang-buang tenaga untuk meyakinkan ayahnya mengenai pertunangan mereka.
"Apapun usahamu, aku tetap tidak akan menikah denganmu," tandas Woon Suk. "Aku tahu kau sangat menyukaiku. Demi memenuhi ambisiku, aku pernah merasa tak keberatan jika harus menikah denganmu."
"Benar. Kau sudah mengatakan tak apa-apa, kan?" Tae Hee masih keras kepala.
"Tapi sekarang itu menjadi masalah untukku kerena kau adalah wanita yang sampai ambisiku pun juga kau cintai. Aku tak bisa. Jadi kau jangan datang mencariku lagi." ucap Woon Suk kejam.
"Oppa..." Tae Hee hanya bisa meratap.

Woon Suk pulang ke rumah. Suk Bong sudah menunggunya di luar rumah.
"Apa yang kau katakan pada Direktur Boo. Sebetulnya bagaimana caramu mengancamnya?" tanya Suk Bong tajam.
"Semua kerena kau. Jika tidak ada kau Choi Suk Bong, ancamanku tak ada gunanya." jawab Woon Suk membuat tanda tanya.
"Apa maksudmu?"
"Jika aku menjawabnya, maka aku akan melewatkan kesempatan terakhir yang sangat sulit kudapatkan. Akan lebih baik jika kau dan aku tak bertemu lagi." ucapnya lalu masuk ke dalam rumah.

Suk Bong kembali menemui Boo Kwi Ho. Kali ini ia mendatangi rumahnya. Boo Kwi Ho kesal melihat Suk Bong. Ia masih enggan berbicara padanya. Suk Bong menanyakan mengapa sikapnya seperti itu padanya. Sebenarnya apa yang membuatnya ia takut pada ancaman Woon Suk.
"Ini semua karena kau." seru Boo Kwi Ho kesal.
"Apa...apa maksud anda?" Suk Bong tak mengerti karena sepertinya dirinya yang selalu dipersalahkan.
Boo Kwi Ho merasa kelepasan bicara. "Sudahlah aku tak ingin mengatakan lebih banyak lagi. Lebih baik kau pergi saja." usirnya.

Shin Mi sedang membeli roti dengan ditemani So Jung. Ia memilih roti sambil menerima telepon dari Suk Bong. Ketika berada di kasir, So Jung tak sengaja melihat Tae Hee sedang duduk di pojok sambil melahap kue tart.
"Direktur, bukankah itu Boo Tae Hee?" beritahu So Jung. Shin Mi hanya menoleh sebentar. Ia tak peduli dan mengacuhkannya. So Jung khawatir.
"Apa kita tak perlu menghentikannya?" tanyanya. Shin Mi kembali menoleh dan beberapa saat tampak berpikir. Kemudian ia menghampiri Tae Hee. Ia langsung merebut kue tart yang sedang dimakan Tae Hee. Mulut Tae Hee belepotan. Ia kaget saat melihat Shin Mi. Ia berusaha meminta kuenya kembali. Shin Mi mengacuhkannya. Tae Hee terisak dan menyebut nama Woon Suk.

Shin Mi mengajak Tae Hee minum di sebuah kedai. Ia mempertunjukan kebolehannya meracik minuman. Tae Hee melihatnya dengan kagum. Ia menanyai Shin Mi bagaimana ia bisa melakukan itu. Shin Mi bilang ia sering melakukan itu bersama para karyawannya. Tae Hee heran mengapa Shin Mi bisa pergi makan bersama bawahannya. Selama ini Tae Hee tak pernah makan bersama para pegawainya.
Shin Mi memberikan minuman yang sudah diraciknya pada Tae Hee. Tae Hee meminum bir itu dan terlihat menyukainya. Ia meneguk bir itu sampai habis.
Tae Hee ingin mencoba meracik minuman itu seperti Shin Mi. Ia ingin mempraktekkannya nanti di depan pegawainya. Ia mengikuti cara Shin Mi. Menaruh gelas kecil berisi soju ke dalam gelas yang lebih besar berisi bir. Lalu menutupnya dengan tisu dan mengocoknya. Setelah itu ia melempar tisu ke atap. Ia senang saat kertas tisu itu berhasil menempel di atap dan bilang bahwa ini sangat mudah. Tapi tiba-tiba kertas tisu-nya jatuh mengenai wajahnya (wkwkwk).

Di rumah Boo Kwi Ho terlihat sangat pusing. Ia tak tenang dan berjalan mondar-mandir. Lalu ia menyuruh Tae Kyung yang sedang belajar mengambilkan air dingin untuknya. Ia duduk di kursi dan menarik buku Tae Kyung. Boo Kwi Ho menemukan sepucuk surat di lembaran buku Tae Kyung dan membacanya. Surat itu ditujukan untuk Na Young. Tae Kyung menulis bahwa ayahnya tak sepintar yang dikatakan Na Young. Tae Kyung merasa tidak bangga memiliki ayah sepertinya yang menurutnya hanya menyukai uang. Boo Kwi Ho merasa malu membaca curhatan putranya.

Shin Mi dan Tae Hee sudah mabuk. Obrolan mereka sudah ngelantur. Tae Hee bilang bahwa selama ini ia selalu iri pada Shin Mi. Ia selalu ingin bersaing dengannya karena Shin Mi pintar, sedangkan dirinya tidak. Tae Hee selama ini berpenampilan se-perfect mungkin untuk menutupi kekurangannya. Ia menjalani diet ketat dan bahkan melakukan operasi plastik. Lalu Tae Hee mulai curhat mengenai Woon Suk yang menjauhinya.
"Katanya karena aku mencintainya, jadi dia tak bisa menikahiku," curhat Tae Hee. "Bukannya kau sangat pintar. Lalu apa maksudnya? Kenapa Woon Suk memperlakukanku seperti itu?"
"Kelihatannya Woon Suk sudah jatuh cinta padamu," ucap Shin Mi.
"Kalau ia mencintaiku, mengapa iatak mau menikahiku?" tanya Tae Hee sedih.
Shin Mi mengatakan karena Woon Suk mencintai Tae Hee, makanya ia tak mau memanfaatkan Tae Hee lagi. Woon Suk memilih meninggalkan Tae Hee agar tak menyakitinya. Lalu HP Shin Mi berbunyi. Suk Bong meneleponnya. Tae Hee yang tahu itu telepon dari Suk Bong, merampas HP Shin Mi dan mematikan teleponnya. Shin Mi kesal pada Tae Hee karena tak sopan memutuskan telepon orang sembarangan.

Shin Mi dan Tae Hee sudah mabuk berat. Pengurus rumah tampak kepayahan menyeret mereka berdua masuk ke dalam rumah. Shin Mi mengomentari Tae Hee yang malah ikut pulang ke rumahnya. Ia menyuruh Tae Hee pulang. Tae Hee yang sedang marah pada ayahnya tak mau pulang.
Presdir Lee keluar. Shin Mi senang melihat ayahnya dan berlari menghampirinya. Lalu ia memeluk ayahnya. Tae Hee iri. Ia bilang bahwa ia juga punya ayah. Ia segera menelepon ayahnya.

Pagi hari. Shin Mi dan Tae Hee masih tertidur. Mereka tidur satu ranjang dengan posisi tidur yang nggak jelas (akur banget, hehe...). Presdir Lee membawa Boo Kwi Ho masuk ke kamar mereka. Boo Kwi Hoo kesal melihat kelakuan putrinya. Ia membangunkan Tae Hee. Tapi Tae Hee tak mau bangun. Presdir Lee menyuruh Boo Kwi Hoo membiarkan mereka beristirahat sebentar lagi dan mengajaknya sarapan bersama.

Mereka sarapan berempat. Tae Hee mengomentari sup di rumah Shin Mi sangat enak. Boo Kwi Ho malu dan meminta putrinya agar tak bersikap berlebihan. Tae Hee memang masih kesal pada ayahnya. Ia menyinggung ayahnya yang hanya mementingkan uang. Di mata dan pikirannya cuma ada uang. Boo Kwi Ho marah dipermalukan anaknya sendiri bahkan di depan rivalnya. Ia menampar wajah Tae Hee.
Tae Hee histeris dan menangis.
"Kenapa memukul di tempat yang sudah pernah dipukul?" ratap Tae Hee. Shin Mi merasa tak enak. Tae Hee bilang pipinya yang sudah pernah dipukul pasti terasa lebih sakit jika kena pukulan lagi. Lalu ia berlari pergi.
"Walau kau marah, kau tak boleh memukuli anakmu." Lee Jong Heon menasehati Boo Kwi Ho (nasehat yang bagus. kekerasan dengan alasan apapun nggak bisa dibenarkan).
"Aku memukulnya di tempat yang sudah pernah dipukul. Ini pertama kalinya aku menampar wajahnya," gumam Boo Kwi Ho menyesali perbuatannya. "Dimana dia pernah ditampar? Kapan dia pernah ditampar?" tanyanya pada Shin Mi. Shin Mi jadi salah tingkah (Boo Kwi Hoo nggak tahu kalo Shin Mi yang pernah nampar Tae Hee)

Choo Young Dal mendatangi Jeong Tae.
"Kudengar kau mencariku. Kudengar kau terkadang bisa bersikap normal. Kelihatannya kau tahu sesuatu yang kulakukan?" tanya Choo Young Dal.
Jeong Tae marah pada Choo Young Dal. Ia tahu bahwa dirinya yang telah mengacak-acak kamarnya dan mencuri barang-barangnya. Ia bangun dari kursi rodanya dan menarik kerah jas Choo Young Dal.
"Apa yang bisa kau lakukan? Kau masih hidup tapi hidup atau mati sama saja!" ucap Choo Young Dal kejam.
Jeong Tae ambruk. Choo Young Dal malah mengacuhkannya.
Jeong Tae mengalami serangan jantung. Ia pingsan dan masuk ruang ICU. Suk Bong datang menjenguknya. Ia sedih melihat keadaan Jeong Tae dan mengkhawatirkannya (kayaknya ada kontak batin neh.)

Boo Kwi juga datang. Ia menyuruh Suk Bong menemui dokter untuk menanyakan keadaan Jeong Tae. Suk Bong terkejut sebab yang berhak menemui dokter hanya keluarga. Boo Kwi tetap memaksanya.
Sepeninggal Suk Bong, Direktur Boo duduk. Ia melihat sketsa gambar Suk Bong di meja.
"Aku juga sangat sedih. Kau tahu bagaimana aku bertahan di posisiku sekarang ini. Demi melindungi kedudukanku kau menjadi seperti ini. Tiba-tiba muncul orang itu. Aku khawatir ia merebut semuanya. Aku seharusnya tidak ikut campur menyuruhmu membuat sebuah kalung." ucap Boo Kwi Ho penuh penyesalan.
Lalu Choo Young Dal meneleponnya. Boo Kwi Ho berteriak marah padanya.

Boo Kwi Ho mengajak Choo Young Dal bertemu. Ia sangat marah padanya.
"Kau ini bajingan. Kau yang membuat Jeong Tae seperti ini!" teriak Boo Kwi Ho marah. Bagaimana jika Jeong Tae sampai meninggal?"
"Tentu akan kukembalikan semuanya padamu. Bukankah kau yang seharusnya senang? Karena kau menyimpan rahasia mengenai anaknya Choi Suk Bong." seru Choo Young Dal.
"Apa yang kau katakan bajingan? Kau sangat kejam. Sejahat-jahatnya aku, tak pernah ada pikiran seperti itu!!"
"Lalu apa sekarang kau akan memberitahu Choi Suk Bong?" ucapan Choo Young Dal mengandung ancaman.
"Apa???"

Suk Bong menelepon Shin Mi sambil mengelap kaki Jeong Tae. Ia mengatakan pada Shin Mi akan menginap di rumah sakit untuk menjaga Jeong Tae. Suk Bong meminta Shin Mi memimpikannya. Sebelum menutup telepon, ia memberikan sebuah ciuman untuk Shin Mi.
Lalu ia mencari kaos kaki di lemari Jeong Tae. Ia mengambil sebuah kotak disana dan hendak mengambil kaos kaki yang tersimpan disana. Namun tiba-tiba ia tertarik pada secarik kertas yang terselip di tumpukan buku. Ia mengambilnya dan sangat terkejut saat melihat kertas itu berupa sketsa seorang wanita. Ia mengenai sketsa itu sebagai ibunya. Suk Bong merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan foto ibunya yang selalu ia bawa-bawa. Kemudian membandingkan kedua gambar itu. Ia benar-benar terkejut saat yakin bahwa itu memang benar gambar ibunya. Ia memandangi Jeong Tae yang terbaring di sampingnya dan bertanya-tanya mengapa Jeong Tae bisa meyimpan gambar ibunya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...