Rabu, 25 Juli 2012
Wild Romance (Episode 1)
Scene berawal dari sebuah lokasi, tempat, gelap, seperti gudang terlihat dua orang cewek dan cowok yang sedang berseteru, dan tiba saat mereka sama-sama maju untuk berduel. Si cewek menangkap tangan si cowok dengan tepat memanfaatkan momen tersebut dan membanting cowok tersebut sehingga cowok yang tidak beruntung itu jatuh tergeletak di tanah. Hmm, apa yang terjadi?
“Playball,. Panggilan wasit di awal permainan bisbol. Secara umum berarti telah dimulainya sesuatu.”
Oke, sekarang mari kita kenalan. Cowok tersebut adalah Park Muyeol, pemain bisbol terkenal, dan terlihat pula Kim Taehwan, Manajer Public Relation tim Bisbol Red Dreamers (kita sebut manajer Kim), menunjukkan sesuatu di IPADnya, menanyakan asal muasal munculnya video itu di internet.
Muyeol : “Darimana kau dapat video itu?”
Manajer Kim : “Internet.”
Muyeol : “Siapa yang berani merekam video itu?”
Manajer Kim : “Sebenarnya apa yang terjadi?”
Di tempat berbeda pada waktu yang bersamaan, si cewek, Yoo Eunjae, juga sedang ditanyai atasannya, Kevin Jang (kita sebut Direktur), pimpinan di kantor yang membuka jasa bodyguard dan tentu saja Eunjae adalah seorang bodyguard.
Direktur : “Katakan ada apa sebenarnya! Ini kau kan?”sembari menunjukkan video yang ditayangkan di layar monitornya.
Eunjae mengiyakan, “Sepertinya itu aku”.
Direktur mengatakan bahwa bagaimana mungkin seorang bodyguard menyerang seseorang dan video itu sudah beredar lama di internet. Dia menekankan bahwa reputasi adalah segalanya bagi seorang bodyguard sehingga Eunjae harus selalu berhati-hati dalam bertindak. Eunjae pernah berjanji dan belum 2 hari malah melakukan kejadian ini. Dia pun menginterogasi Eunjae, sementara di tempat lain Manajer Kim pun menanyakan hal yang sama, asal muasal kejadian tersebut.
Direktur : “Kau tahu dampak dari kejadian ini?”, Eunjae semakin tertunduk.
Manajer Kim : “Untuk pertama kalinya orang yang membenci Park Muyeol di internet meningkat 152%. Para orang tua telah memilihmu sebagai teladan yang buruk bagi anak-anak. ”
Muyeol : “Terus mau bagaimana? Kau mau aku bagaimana?”. Muyeol terlihat cuek dengan rumor yang beredar, dia lebih terlihat ‘ya sudahlah, yang penting sekarang mau bagaimana’.
(Hee, aku suka ngelihat lehernya Muyeol. Its ‘gyupta’. :))
Manajer Kim : “Kau telah bertengkar di bar lalu dikalahkan oleh seorang gadis?”. Muyeol menyangkal, bahwa kejadian itu ada di tempat karaoke. Manajer Kim lebih menekankan, “Para wartawan sedang menuju ke sini, apa yang akan kau katakan pada mereka? Siapa dia?”
Muyeol : “Sudah kubilang belum pernah bertemu dengannya. Bagaimana bisa kutahu?”
Direktur : “Siapa itu Park Muyeol? Siapa dia? Apa masalahnya?”
Eunjae : “Dia pemain Bisbol. Panggilannya “Preman Lapangan” tim The Dreamers.
Direktur pun memarahinya, “Bagaimana mungkin kau tetap melakukannya walaupun dia itu terkenal?” Dia pun mendesak Eunjae untuk jangan mengarang dan menceritakan apa adanya. “Ini di mana?”sembari menunjuk layar monitor.
Muyeol : “Itu tempat karaoke. Semalam, aku ke tempat karaoke.”
Manajer Kim : “Yang mana?”
Muyeol : “Sekitar Gong Moon Dong”.
Manajer Kim : “Kenapa ke sana?”
Muyeol : “Entahlah, aku tidak tahu.” Dan, manajer Kim pun terdiam.
Eunjae : “Itu hari ulang tahun ayahku. Kami akan makan malam bersama. Ayahku memaksa menyanyikan lagu itu.” Eunjae menceritakannya penuh emosi sedangkan Direktur tidak serius mendengarkan seolah tahu Eunjae banyak membesar-besarkan cerita. Eunjae ragu melanjutkan, “Dia kan tidak bisa nyanyi.”
Direktur : “Kau minum berapa banyak?” Awalnya, Eunjae menyangkalnya, namun akhirnya mengakui, “Aku minum tidak banyak. Hanya satu-dua..”, dan dengan pandangan Direktur, dia meralatnya, “..mungkin tiga atau empat.” (Hahaha, Eunjae lucu banget.)
Direktur melanjutkan, “Soju?” Eunjae menyangkalnya dan mengatakan hanya bir, namun kembali dia mengakui, “..dicampur soju.”
Okay, lets Flashback..
Scene terlihat Eunjae dengan ayahnya, Yoo Younggil, dan adiknya, Yoo Changho. Mereka sedang nyanyi di tempat karaoke. Kocak banget gaya ketiganya waktu menyanyi, lalu masuk pelayan yang membawakan botol bir, Eunjae langsung duduk dan begitu pelayan itu keluar, Eunjae mengangkat botol soju, membuka dan mencampurnya dengan bir. (Cara Eunjae buka botol dengan mengkaitkan dua tutup botol, unik. Aku pernah lihat ini sebelumnya. Praktis.)
Lalu, terlihat Muyeol datang ke tempat karaoke yang sama, dia datang menemui seorang wanita. (Siapa dia? Wajahnya sendu.)
Manajer Kim : “Siapa dia? Kau tidak mungkin ke karaoke sendirian.” (Setelah beberapa kali melihat, kayaknya manajer Kim ini tipe orang yang workaholic, yang introvert, muka datar, ngga bisa mengekspresikan apapun, mimik wajahnya akan begitu terus sampai akhir episode. Hee.)
Muyeol : “Tidak dengan siapa-siapa.” Muyeol bersikeras untuk tidak melibatkan tentang seseorang itu meski manajer Kim mengatakan bahwa mereka membutuhkan saksi.
Manajer Kim : “Lanjutkan.”
Scene kembali memperlihatkan Eunjae dan adiknya sedang ekspresif menyanyi. Sementara ayahnya baru kembali dan ternyata salah masuk ruangan, dia malah masuk ke ruang di mana ada Muyeol sedang berbicara dengan seorang wanita, wanita itu terlihat sedang menghapus air matanya. (Kayaknya dua orang ini sedang dalam masalah serius. Seperti, pertengkaran kekasih.)
Muyeol yang tidak ingin diganggu pun memintanya pergi, setelah minta maaf ayahnya pun keluar dari ruang itu kembali ke ruang karaoke yang ada Eunjae dan adiknya. Adiknya masih melanjutkan menyanyi, Eunjae keluar ruangan dan memberikan mic yang dipegangnya pada ayahnya. Saat ayahnya akan menyanyi, dia teringat sesuatu, wajah yang barusan ditemui dan langsung berteriak, “PARK MUYEOL!” (dengan plesetan F**k Muyeol.)
Direktur : “F**k Muyeol?” Dan, dengan ekspresif benci yang mendalam, Eunjae, mengatakan, “F**k Muyeol. Nama yang melambangkan sifatnya.”
Scene kembali memperlihatkan Muyeol dengan seorang wanita terlihat dalam pembicaraan serius. Kemudian datang ayah dan adik Eunjae mengintip mereka.
Ayah Eunjae : “Itu, itu dia.”
Adik Eunjae : “Benar, iya, itu dia.”
Mulai serius mendengarkan, Direktur menyela, “Tunggu sebentar, keluarganya mengenal Park Muyeol? Kalian punya hubungan?”
Muyeol : “Mereka antifans Park Muyeol.”
Scene kembali, Muyeol yang melihat keluarga itu mengintip, dia keluar menemui keduanya, “Kalian mau apa?”
Terlihat ayah Eunjae seperti menahan emosi, berteriak, “Kau, F**k Muyeol!” Muyeol enggan menanggapi keduanya dan meminta mereka kembali ke urusan masing-masing. Namun, keduanya menuduh Muyeol, “Dasar, kau pencuri!” dan siap menyerang.
Cerita kembali disela Direktur, “Tunggu, Tunggu sebentar. Sebenarnya, apa yang dia curi?”
Eunjae : “Argh. Dia mencuri kemenangan Seagulls.”
“Mereka antifans Park Muyeol dan fans berat Seagulls,”terang Muyeol.
Kembali ke scene, dengan berapi-api Ayah Eunjae mengatakan, “Kemenangan harusnya milik kami!”
Adik Eunjae menambahkan, “Milik Seagulls kita!”
Ayah Eunjae : “Benar.”
Adik Eunjae : “Itu kejuaraan dalam 12 tahun!”
Ayah Eunjae : “Argh. Karena tipuan kotormu, mimpi kami..”
Adik Eunjae menegaskan, “Mimpi 12 tahun kami..” dan mereka pun berpelukan menangis.
Manajer Kim : “Kenapa kau bertengkar dengan orang mabuk?”
“Aku tidak begitu,”kata Muyeol pada manajer Kim.
Tapi kenyataannya,
Muyeol : “Tutup mulutmu. Mereka sama sekali bukan tandingan kami. Kemi menang memang karena kami lebih baik. Seagulls-mu memang pantas kalah. Lalu kalian mau apa?”.Muyeol malah terlihat menantang mereka.
Mereka pun terpancing, ayah Eunjae mencengkeram kerah Muyeol dan mendorongnya ke tempat yang lebih luas, depan kasir. Sementara itu, wanita yang tadi ditemui Muyeol, diam-diam keluar dari tempat itu. Di pintu dia sempat bersenggolan dengan Eunjae dan segera berlalu. Sementara Muyeol dan kedua keluarga Eunjae masih berseteru, ada yang menyebarkan kabar ‘Ada perkelahian’ di handphone.
Muyeol melepaskan genggaman ayah Eunjae dari kerahnya, dan hal itu membuat ayah dan adik Eunjae terdorong hingga terjatuh di depan meja kasir.
Melihat ayah dan adiknya terduduk di lantai, Eunjae masih mengira mereka jatuh karena mabuk, namun setelah keduanya menjelaskan dan menunjuk ke arah Muyeol, seraya menunjuk ke arah Muyeol, dia berteriak, “Non Gae Park!” (Ngga tahu pasti artinya apa, tapi kayaknya nama ejekan Muyeol.)
Dan, terjadilah hal sebagaimana yang kita ketahui… hehee.
Terekamlah, Muyeol yang ngga tahu mau bagaimana, tergeletak pasrah, sedangkan Eunjae sekeluarga tertawa puas kegirangan menyanyikan nama tim Bisbol kebanggaan mereka, “Blue Seagulls..cacaracacca”.
“Itulah awal dan akhir kejadian itu. Kalau aku melakukan kesalahan, aku tidak mampu melakukan apapun di depan ayahku yang jatuh terdorong.” Eunjae melanjutkan argumentasinya dengan reaksi yang meyakinkan.
Seakan tidak terpengaruh, Direktur bertanya, “Siapa Non Gae Park?”
Eunjae menjelaskan bahwa itu si F**k Muyeol, Direkturnya masih belum mengerti kenapa nama bisa lebih dari satu, maka Eunjae pun menjelaskan asal muasalnya, berawal dari pertandingan Final Korean Series.
“Itu putaran ke-7 dengan skor 2 : 1. Seagulls sudah menang banyak.”kata Eunjae.
Pertandingan dimana Muyeol sebagai pemukul dan Son Dongyul dari tim Seagulls sebagai pelempar.
Eunjae : “Saat pertandingan, bola pun dilempar. Son Dongyul kami.” Dia bercerita menggebu-gebu.
Atas instruksi rekannya, Dongyul melempar bola dan nyaris mengenai Muyeol.
Hal itu terjadi dua kali hingga Muyeol terjatuh menghindari bola yang nyaris mengenai wajahnya.
Muyeol pun terpancing. Dan ketiga kalinya,
Eunjae : “Lalu, si F**k Muyeol itu..”
Tepat setelah bola dilempar dan lewat begitu saja, Muyeol melempar pemukulnya hingga nyaris mengenai Dongyul kalau dia ngga tiarap.
Hal ini memicu keduanya untuk berantem di tengah lapangan, baik Dongyul, Muyeol, rekan tim masing-masing, semuanya mengarah ke tengah lapangan, dan terjadilah kekacauan itu. Kedua suporter tim pun bereaksi akan hal itu, termasuk keluarga Yoo, Eunjae sekeluarga.
Keputusan wasit keluar, “Park Muyeol, kamu keluar.” Muyeol dan rekan timnya mempertanyakan keputusan wasit, sedangkan Eunjae sekeluarga pun merayakan keputusan itu.
Namun, tidak hanya sampai disitu karena ternyata wasit juga memutuskan, “Son Dongyul, keluar.”
Dan mendengar keputusan itu sontak Dongyul dan rekan satu timnya juga bereaksi, termasuk keluarga Yoo. Eunjae dan adiknya berguling, menangis dan saling memukul kesal, bahkan ayahnya, menendang televisi dengan cueknya berlalu.
Lenyaplah harapan kemenangan Seagulls.
Eunjae masih bercerita dengan ekspresif, mengelus dadanya karena hasil akhir pertandingan yang mengecewakan dan Direkturnya hanya menggelengkan kepala, “Ini semua terjadi hanya karena pertandingan Bisbol.” Eunjae membalas, “Hanya pertandingan?!”
(Hahaha, gak bisa menang deh dengan fanatik.)
Di lain tempat, Muyeol mengakui dia ada di pihak yang salah. Dia yang memulai perkelahian.
Tapi tetap saja Muyeol merasa kali ini dia adalah korbannya, dia bahkan memperlihatkan bekas memar dari lemparan judo itu. Dia heran dengan sikap manajer Kim yang sama sekali tidak bereaksi melihat bekas lukanya, dia bertanya, “Apa tidak kau foto, sebagai bukti? Kita memerlukannya, kita akan membuat tuntutan.”
Namun, masih dengan ekspresi datarnya, manajer Kim mangatakan, “Buat apa? Tidak perlu tahu siapa yang memulai dan siapa yang salah, begitu semua orang tahu kau dikalahkan seorang gadis, maka hancurlah hidupmu.” (Hahaha, aku suka manajer Kim.)
Di tempat lain, Direktur Jang pun menyarankan pada Eunjae, “Dengar baik-baik. Pemain Bisbol atau bukan, orang baik atau bukan, jika seorang bodyguard menyerang saat mabuk, maka habislah dia.” Dia pun menekankan, “Kau pemain Judo tingkat 5 kan?” (Wuahh, keren.) “Kau tahu, kemampuanmu akan sangat berbahaya bila sudah mendapatkan sabuk hitam?” egasnya.
Eunjae menunduk, “Aku tahu.”
Manajer Kim mengatakan pada Muyeol, “Kita harus segera menyelesaikan masalah ini.”
Sedangkan, Direktur berkata yang sebaliknya pada Eunjae, “Kita harus meredakan masalah ini.”
Manajer Kim : “Untuk itu..”
Direktur Jang : “Untuk itu..”
Manajer Kim : “Kita harus menemukan dia.”
Direktur Jang : “Mereka tidak boleh tahu kau siapa.”
Dan kedua orang yang diberi saran pun mengangguk.
Manajer Kim dan Muyeol keluar menuju parkiran. Manajer Kim, mengatakan, “Kau tidak boleh menjawab panggilan telepon apapun dan mematikan handphonenya. Tinggallah di rumah Jin Dongsu, aku akan menghubungimu di sana.”
Sementara, Eunjae segera menghubungi adiknya yang sedang bekerja di restoran mereka, agar adiknya dan ayahnya tidak memberitahu siapapun tentang keberadaannya.
Muyeol tiba di rumah rekannya, Jin Dongsu menyambutkan, “Wow, kau ngetop sekali di internet. Pertama, kau Park Muyeol. Kedua, lemparan judo. Dan ketiga, Park Muyeol dipermalukan.” Dia bahkan mengatakan, “Kudengar kau diserang istri gangster. Kata internet tangisanmu lebih keras daripada peluit kapal.” :)
Muyeol kesal, melempar bantal sofa ke arah Dongsu, “Kalaupun benar, kau tak seharusnya menertawakanku,” kemudian cuek saja berlalu, dia menanyakan keberadaan Noona, dan Dongsu mengatakan bahwa dia sedang keluar. Dengan santainya, Muyeol mengambil makanan, dan mengatakan, “Manajer Kim menelponku dari pagi sekali dan karena aku tidak mengangkatnya, dia datang ke tempatku.”
Dongsu : “Bersyukurlah. Kalau dia tidak menunjukkan ini, kau bahkan takkan tahu sampai sekarang.
Sementara Dongsu masih membaca pemberitaan di internet mengenai Muyeol, Muyeol pun melahap makanannya. Saat itu pun, Dongsu mendapatkan telpon dari wartawan Koh, dia mengatakan tentang pemberitaan Muyeol di internet dan menanyakan keberadaan Muyeol, Dongsu berpura-pura tidak tahu dan mendengarkan dengan baik. Muyeol dengan cuek menanggapi bahwa manajer Kim akan mengurus semuanya.
Kalo melihat wartawan Koh ini, namanya Koh Jaehyo, tipe orang yang gigih banget, paparazzi ulet yang paling dibenci artis ‘bermasalah’, tapi di sini aku ngga suka karakternya yang kuprediksi bakal jadi si sangat nyebelin.
Wartawan Koh dan wartawan-wartawan saat ini sedang menunggu di apartemen Muyeol. Begitu seorang wanita yang katanya hanya bekerja (kita sebut saja, ahjumma) di apartemen Muyeol, semua wartawan mengerumuninya ingin mendapatkan informasi mengenai Muyeol.
Dan, kalo melihat sosok ahjumma ini, entah kenapa aku tidak begitu suka.
Manajer Kim datang ke suatu tempat, dia mencoba membuka pintunya namun terkunci, dia pun melihat-lihat dokumen yang ada di lantai depan pintu, dan menemukan alamat di salah satu surat dan hendak menelponnya.
Ngga beruntung, Eunjae datang ke tempat yang sama, dan karena ngga tahu kondisinya, dia malah menemui manajer Kim.
Eunjae salah mengira dan mengatakan, “Apakah kau pemilik tempat ini?” Eunjae langsung mengoceh mengenai pelunasan pembayaran yang dilakukannya kemaren dengan kredit ingin dia batalkan dan sekarang dia akan membayar langsung tunai, dia pun memberikan amplop yang dimaksud.
Manajer Kim seolah ingin mencerna apa yang dikatakan Eunjae, dia menutupp telponnya. Dia tidak mempedulikan uang yang diberikan Eunjae, dia malah mengatakan, “Lemparan Judo.”
Eunjae terpaku, kaget, dia mengatakan, “Kau melihatnya?”
Manajer Kim pun memberikan kartu namanya, “Aku ingin bicara banyak denganmu, dimana sebaiknya kita bicara?”
Eunjae gelisah, di kantornya manajer Kim sedang berbicara dengan Direktur Jang.
Dengan berbagai upaya, dia ingin ikut mendengarkan apa yang dibicarakan manajer Kim dan Direkturnya.
Manajer Kim mengawali pembicaraan dengan menanyakan asal mula nama kantor jasa bodyguard mereka, Kevin Jang, Kabinnya Kevin. Manajer Kim mengatakan dia suka nama itu, Direktur senang karena biasanya orang-orang mengatakan nama itu lebih cocok untuk nama kafe atau hotel. (Kurasa itu cuma trik manajer Kim untuk mempermudah komunikasi sebelum pembicaraan lebih serius.)
Direktur beralasan bahwa kabin adalah suatu tempat yang hangat, jadi pemilihan nama itu dirasa sesuai. Manajer Kim mengatakan bahwa nama itu cukup unik dan mudah diingat.
Dia lalu menyinggung, “Beberapa waktu yang lalu, aku melihat di berita. Ada insiden di gedung konser, insiden pendorongan salah satu anak sekolah sehingga lengannya patah.” Eunjae kesal diungkit hal itu lagi.
Akhirnya, manajer Kim memutuskan untuk langsung membicarakan ke pokok permasalahan.
Sementara di tempat lain, Muyeol sedang melihat berita di internet dan Dongsu membersihkan sarung tangan bisbol dan bolanya, dia sedang berlatih. Muyeol kesal dan membantah setiap komentar yang ada di internet, simak ya..
Komentar : “Aku sudah tahu akan begini, aku sudah melihat tanda-tandanya..”
Muyeol mengangguk-angguk kesal, “Rupanya ada tukang ramal disini.”
Komentar : “Preman Bisbol sekarang tinggal preman ‘si tukang pukul’ saja..”
Muyeol : “Sini, kau yang akan kupukul duluan.”
Komentar : “Kau bahkan bertengkar dengan seorang gadis? Dasar, tidak tahu malu!”
Muyeol menggerutu, “Kau yang tidak tahu malu, jangan banyak omong kalau tidak tahu masalahnya.”
Komentar : “Aku melihatnya sendiri, dia memang pecundang.”
Muyeol mulai marah, “Mau bertarung satu lawan satu?”
Komentar : “Dia adalah mimpi buruk bagi Red Dreamers!”
Komentar : “Kenapa tidak pakai pakaian perempuan saja..”
Komentar : “Pahlawan karaoke, akan kubawakan kau pizza besar..”
Muyeol benar-benar kesal.
Dongsu berkomentar, “Kau masochist ya?”
(Masochist itu kelainan mental kan? Kalau ngga salah, kelainan yang menyebabkan kita semakin mendekati hal-hal yang sudah kita ketahui akan menyakiti diri sendiri. :)
Dongsu : “Kau tetap membacanya meski kau tahu akan membuatmu tersinggung? Ouwh, ya ampun..”
Ngga lama, Dongsu mendapat telpon dari manajer Kim yang ingin berbicara dengan Muyeol. Dongsu pun memberikan telpon itu pada Muyeol.
Muyeol : “Bagaimana itu?” Manajer Kim mengatakan sesuatu, dan tanggapan Muyeol, “Apa..”
Sementara setiap wartawan yang sedari tadi masih menunggu mendapat telpon dan mereka segera bergegas, begitu pula wartawan Koh.
Lain halnya Muyeol, dengan ogah-ogahan dia tetap menuruti usul manajer Kim dan mengenakan pakaian resmi.
Begitu pula dengan Eunjae, dia masih ingin Direktur mempertimbangkan rencana mereka. Namun karena Eunjaelah yang melakukan kesalahan dan ini merupakan kesempatan terakhir bagi mereka, Eunjae tidak dapat berkutik lagi. Dengan kesal dia terpaksa menurutinya.
Sepertinya akan ada konferensi pers, wartawan sudah berkumpul, termasuk wartawan Koh. (Dia orang yang humble, mudah beradaptasi dengan orang baru sehingga mudah diterima. Tapi dari tawanya, mencurigakan, kayak ada dendam trauma sehingga senyumnya kunilai kurang tulus. Hee, maaf ngga penting ya. :)
Sementara di luar, terlihat Direktur dan Eunjae sudah menunggu, lalu muncul manajer Kim bersama Muyeol keluar dari satu ruangan.
Baik Muyeol dan Eunjae sama-sama ogah-ogahan menjalani rencana ini, masih tersirat benci mendalam dari masing-masing mereka.
Direktur Jang dan manajer Kim berjalan lebih dulu di depan, Muyeol dan Eunjae berjalan menyusul di belakang. Mau tidak mau mereka berbincang.
Muyeol : “Kau seorang bodyguard? Seluruh keluargamu itu preman ya.”
Dengan malas Eunjae menanggapi, “Gak usah ngomong..”
Muyeol melanjutkan, “Sang ayah yang memulai pertengkaran, sang putri yang melempar.”
Eunjae : “Kau duluan yang mendorong ayahku..”
Muyeol : “Dia yang lebih dulu menarik kerah bajuku.”
Eunjae : “Kau yang duluan melempar pemukul pada Son Dongyul!” Mungkin maksudnya, karena kesalahan Muyeol sehingga Blue Seagulls kalah sehingga ayahnya kesal teramat dalam.
Muyeol : “Kau tidak ingat bagaimana ia melempar bola ke arahku?”
Eunjae : “Tidak kena kok. Cuma nyariiiis saja!”
Muyeol : “Jadi, menurutmu itu hanya ‘nyariiiis’..? Bola itu mengenai hidungku!”
Eunjae : “Kalau penakut tidak usah main Bisbol!”
Muyeol : “Kau tidak mengerti perasaan orang, ahjumma.” (Ahjumma, panggilan untuk wanita yang cukup tua, ibu-ibu. Siapa yang ngga kesal dipanggil begitu.)
Eunjae : “Siapa yang kau panggil ahjumma?”
Muyeol : “Di internet banyak yang mengatakan begitu. ‘Pahlawan Ahjumma’. Lihat saja rambutmu.” Sambil menunjuk ke arah rambut Eunjae. (Emang sih, style rambutnya ngga banget. :)
Eunjae kesal, “Hey, preman Bisbol!” Mendengar panggilan itu, Muyeol tersentak. Eunjae melanjutkan, “Semua orang menyebutmu begitu. Di internet.”
Muyeol melihat ke arahnya, “Minta maaf..minta maaf dulu sebelum Konferensi Pers dimulai!”
Eunjae : “Apa.. Ogah. Ngga mau!” Dia berteriak.
Muyeol juga kesal, “Baiklah.” Dia balas berteriak, “Aku juga TIDAK MAU.” Tepat saat manajer Kim membuka pintu ruang Konferensi, sontak dia terpaku, dan wartawan melihat ke arah pintu, dia pun kembali menutup pintu dan melihat ke arah Muyeol dan Eunjae. Hahaha.
Direktur Jang segera menghampiri Eunjae dan menariknya, manajer Kim pun datang menghampiri Muyeol.
Eunjae bahkan masih memberontak saat ditarik kerahnya oleh Direktur Jang. Dia bersikeras bahwa dia tidak mau minta maaf pada Muyeol. Dia merasa yakin Muyeol lah yang salah.
Begitu pula dengan Muyeol yang terpancing amarahnya, “Baiklah, terserah. Jangan kembali lagi!” Dia berlaku seolah ingin melempar Eunjae dengan sesuatu. Manajer Kim hanya diam menatap Muyeol bertingkah seperti itu.
Melihat reaksi manajer Kim yang biasa saja, Muyeol meyakinkan bahwa tindakannya benar. Manajer Kim menyebutkan sejumlah nama.
Manajer Kim : “Cho Sungwon, Kim Kilyim, Sung Intek, Shin Joonsuk..”
Muyeol melihat manajer Kim, manajer Kim melanjutkan, “Mereka berhenti dari Bisbol karena karakter buruknya mengalahkan bakatnya. Kau ingin aku meneruskan namamu?”
Muyeol menghela nafas, mencoba bersabar, mengontrol dirinya.
Eunjae bersikeras bahwa dia tidak salah, Muyeol lah yang salah.
Eunjae : “Kau melihatnya kan? Dia yang memulai duluan. Hhh, kau mengerti kenapa aku membencinya kan?
Direktur pun akhirnya mengalah, “Baiklah. Kita pulang saja.”
Melihat reaksi Direktur, Eunjae mengatakan, “Apakah aku dipecat.”
Direktur : “Lupakan saja. Bisnis kita sudah tamat. Sudah tidak ada gunanya lagi..”
Direktur Jang pun melangkah pergi, Eunjae yang tersentuh pun mengubah keputusannya.
Konferensi pers dimulai. Awalnya, manajer Kim mengarahkan wartawan untuk melihat dokumen yang sudah dibagikan pada masing-masing wartawan.
Setelah melihat dokumen, wartawan bereaksi seolah melihat hal yang mengerikan, bahkan ada yang berteriak ketakutan.
Ternyata dokumen tersebut berisikan surat-surat kaleng diantaranya foto Muyeol dengan coret dan goresan, dan berbagai ancaman dari orang yang membencinya.
Manajer Kim mengatakan bahwa Muyeol sering menerima surat kaleng, dan belakangan mereka sadar bahwa itu semua bukan sekedar bercanda. Hal ini semakin parah setelah kemenangan Red Dreamers di kejuaraan Korean Series baru-baru ini. Muyeol mengaku dia pernah di lempar mangkuk dan ditarik kerahnya saat di warung. Wartawan banyak yang menanyakan apa hal ini sudah diadukan ke pihak yang berwajib. Atau, apa yang dilakukan manajerial menanggapi masalah ini.
Wartawan Koh akhirnya ikut bertanya, “Hidup ini memang keras kan?”, dengan sikap yang meremehkan.
Hal itu mengalihkan pandangan dan perhatian Muyeol, tampangnya pun jadi bete.
Dia tersenyum sinis dan bersikap seolah ingin melempar botol, praktis wartawan Koh bereaksi mencoba menangkis.
Muyeol pun menekankan, “Biarpun kau tidak terluka, tapi menakutkan juga kan?”
Masih tetap dengan tanpa reaksi, manajer Kim mengalihkan pembicaraan, “Polisi tidak dapat melakukan penyelidikan apabila tidak ada bukti kekerasan.”
Wartawan Koh tidak mau kalah, “Bagaimana reaksimu ketika dilempar mangkuk mie? Kau bukan tipe orang yang cepat bereaksi.”kata-katanya memojokkan Muyeol.
Manajer Kim mencoba menengahi, “Harap tidak menyimpang dari permasalan.”
Muyeol : “Aku tidak terluka, karena aku..menghindar.” Dia memiringkan kepalanya menunjukkan bahwa reaksinya cukup cepat. Wartawan yang lain tertawa melihat tingkah Muyeol. Suasana pun mencair.
Seorang wartawan menanyakan apakah video yang beredar berkaitan dengan pembenci Muyeol, tapi yang tidak mereka mengerti mengapa bisa bertarung dengan seorang wanita.
Manajer Kim menyela, “Sebentar ya.” Dia menjelaskan, “Asosiasi Bisbol menyarankan untuk menghubungi polisi. Tapi kami telah menyewa agen bodyguard swasta untuk melindungi pemain kita.” Dan Direktur Jang masuk bersama Eunjae menyusul di belakangnya.
Awalnya, tidak ada yang memperhatikan. Namun akhirnya, ada yang melihat bahwa Eunjae, sang bodyguard lah wanita yang ada di video itu.
Seperti orang linglung, Eunjae hanya menunduk melihat ke arah wartawan yang mengambil gambarnya.
Pemberitaan itu langsung terupdate di internet, diiringi video ‘lemparan judo’ yang sudah gempar sebelumnya. Pemberitaan ini juga dilihat Dongsu. Pemberitaan menuliskan, “Itu video tentang pengajaran teknik Judo kepada Park Muyeol.”
Wartawan masih bertanya, “Kenapa kau pilih bodyguard wanita?” Meski manajer Kim menekankan bahwa pertanyaan itu mengarah pada dikriminasi gender, wartawan masih melanjutkan, “Maksudku wanita mempunyai keterbatasan dibandingkan pria, dan..”
Muyeol menyela, “Ketika aku berbelanja dengan pria, aku dibilang gay. Jadi aku harus melakukan ini.”
Akhirnya, pertanyaan beralih, “Bodyguard tapi pakaiannya berbeda di rekaman video.”
Baik Direktur Jang maupun Eunjae tidak tahu mau berkata apa, akhirnya manajer Kim mengatakan, “Dia orangnya rendah hati. dia lebih suka berpakaian santai bila sehari-hari.”
Muyeol dengan cueknya menambahkan, “Gaya berpakaiannya memang aneh. Dia masih harus banyak belajar memperbaiki penampilannya.” Mendengar hal itu, Eunjae pun tertawa menutupi rasa kesalnya.
Seorang wartawan ada yang menanyakan, “Bantingan di video begitu meyakinkan, apakah itu tidak berbahaya?”
Ketika semua tidak bermaksud berbicara, Eunjae menjawab, “Ohh, aku merasa itu tidak begitu kencang.” Dia melirik ke arah Muyeol dan melanjutkan, “Lagipula, dia kan seorang atlet.” Hahaha, semua kembali tertawa, Muyeol pun terpaksa tertawa.
Pemberitaan di Internet pun berubah, “Park Muyeol menerima ratusan surat kaleng setelah Korean Series.” Dan, komentar negatif pun perlahan menghilang.
Muyeol sedang treadmil di apartemennya saat mendapat telpon dari Dongsu, “Kau sudah melihat di internet? Komentar miringnya sudah banyak berkurang.” Dia pun menanyakan sampai berapa lama bodyguardnya. Muyeol hanya menanggapi dengan pasrah, “Sampai rumornya selesai.” Itu berarti akan sangaaaaaaaaaaaaat lama.
Di rumah Eunjae, suasana sangat mencekam. Ayah Eunjae menuangkan bir dan memulai pembicaraan, “Biarpun tubuhmu ada bersamanya, tapi jiwamu tetap biru.” Eunjae dan adiknya mengangguk menghayati. Dengan bersedih, ayahnya memulai theme song yang mengagung-agungkan tim Bisbol Blue Seagulls.
Adiknya bertanya, “Noona, kau benar-benar menjadi bodyguardnya?” Eunjae pun lemas mendengarnya.
Ayahnya lalu mendapat ide, dia mengusulkan bagaimana kalau Eunjae memplintir tangan Muyeol, tidak usah terlalu fatal, setidaknya dia tidak bisa main Bisbol lagi. Eunjae awalnya berpura-pura menyetujuinya, “Lalu aku akan di penjara.” Ayahnya mengatakan bahwa itu semua demi Seagulls. Eunjae pun menyimpulkan, “Ayah, kau jelmaan Shim Bongsa di masa lalunya yang rela mengorbankan putrinya.” Ayahnya kesal dan berlalu dengan menginjak keset yang bergambar Muyeol.
(Kok mau ya, Muyeol, gambarnya dibuat keset. :)
Dengan gelisah dan malas, Eunjae menunggu Muyeol di dekat apartemennya. Hal yang sama di ekspresi Muyeol, dia mengacuhkan keberadaan Eunjae. Setelah melihat Eunjae, dia tetap melangkah menuju lift.
Dalam bayangannya, Eunjae yang kesal ingin menghajar Muyeol. Namun kenyataannya, dia berjalan ke arah Muyeol, menunduk dan berdiri di sampingnya.
Muyeol mengendarai mobil dan Eunjae duduk di sampingnya, “Apa yang akan kau lakukan hari ini?”
Muyeol bertanya, “Memangnya kenapa?”
Menahan emosi, Eunjae mengatakan, “Sebagai bodyguard, aku harus tahu.”
Muyeol : “Bodyguard, lupakan saja. Kau lah orang yang paling berbahaya bagiku. Kendalikan dirimu jangan sampai kau memukulku dari belakang.”katanya mengejek.
Eunjae menutup bukunya, mengangguk kesal dan menurunkan kursinya sehingga dia dapat membaringkan punggungnya.
Melihat hal itu, Muyeol kesal, “Apa aku supirmu?”
Eunjae : “Kau menyuruhku untuk tidak menjagamu.”
Muyeol : “Bukan berarti kau bisa berbaring.”
Eunjae : “Aku tidak berbaring, aku hanya duduk agak ke belakang.” Eunjae mengumpat. Melihat Muyeol yang kesal dan mencoba melirik ke arahnya, Eunjae mengingatkan, “Di depan ada lampu merah.”
Dan, dengan sorot mata mencurigakan, Muyeol mempunyai rencana, saat akan tiba di garis lampu merah, dia mengerem mobilnya dengan mendadak sehingga Eunjae pun terperosok ke bawah.
Muyeol puas, “Lihat, kau sekarang berbaring kan?”
Tidak mau kalah dan lihat saja tingkah Eunjae. Hee. Dia menginjak dashboard di depannya dan membenarkan posisinya. Muyeol semakin kesal karena itu.
Sebelum turun, dengan pandangan marah yang dipendam, Muyeol meminta Eunjae membersihkan kotoran yang ditinggalkan Eunjae di dashboard, Eunjae yang kesal nggak mau kalah. Dia tetap membersihkan, namun dengan ‘cara’nya.
Dia mengangkat kakinya, melepaskan sepatunya, dan membersihkannya dengan kaos yang masih melekat di kakinya. Hee.
Mau tak mau, Muyeol menanggapinya dengan tertawa terpaksa.
Saat akan keluar, ide baru pun muncul, Muyeol meminta Eunjae keluar lebih dahulu, “Bukankah tugas bodyguard, keluar dan melihat bahaya di sekeliling, lalu membukakan pintu.”
Dengan ogah-ogahan Eunjae menuruti, dia keluar dan membukakan pintu.
Lalu, Muyeol mengambil barang-barangnya dari mobil dan memberikan Eunjae untuk membawakannya. Dia mengatakan, “Bukankah itu tugas seorang bodyguard?”
(Wuah, Muyeol benar-benar nyebelin nih.)
Nggak mau kalah, tiba-tiba Eunjae menjatuhkan barang yang dibawanya dan mendorong Muyeol hingga merunduk di kap mobilnya. Mungkin terlihat seolah bodyguard yang sedang melindungi klien, namun ada maksud tersembunyi dari yang dilakukan Eunjae. :)
Bahkan saat teman tim Muyeol dan wartawan Koh lewat di depan, Eunjae menganggapnya sebagai ancaman. Mereka pun berlalu, melewati Eunjae dan Muyeol.
Muyeol terlihat teramat sangat kesal karena dipermalukan sedemikian rupa.
Saat latihan, Muyeol terlihat sempurna karena pukulan-pukulannya, namun yang sebenarnya, dia menganggap bola yang dipukulnya menampilkan wajah Eunjae. Hahaha.
Mobil yang dikendarai Muyeol melewati tol dan berjalan jauh, sebentar-sebentar Eunjae melirik ke arah Muyeol dan akhirnya menanyakan kemana mereka menuju sekarang. Muyeol mengatakan akan menemui seseorang dan dia melihat kesal ke arah Eunjae.
Mobil mereka pun tiba di suatu lokasi villa di puncak.
Setelah menelpon seseorang, Muyeol menyuruh Eunjae pulang. Eunjae berkeras untuk menunggu Muyeol, namun dengan senyum ejekan Muyeol mengusir Eunjae. Dia tertawa kegirangan. Eunjae yang kesal, menendang mobil Muyeol sebelum dia pergi.
Eunjae pun lari tunggang langgang meninggalkan, Muyeol yang marah karena hal itu.
Kasihan Eunjae berjalan kaki dengan cuaca dingin dari villa di puncak karena memang jarang ada kendaraan yang melewati jalur itu, bahkan dapat dikatakan tidak ada kendaraan yang lewat sama sekali. Dia hanya mampu tertawa mewakili rasa kesalnya.
Beruntung, tiba-tiba ada kendaraan yang lewat, dia pun menghentikannya. Namun, si wanita yang dimintai tolong menolak mengantarnya ke jalan utama.
Eunjae pun teringat wajah si wanita, “Perempuan itu ada di mana-mana.”
(Yup, wanita yang di karaoke bersama Muyeol.)
Wanita itu pun berlalu dengan mobilnya.
Eunjae menyimpulkan, tentu saja di villa Muyeol tidak mungkin sendirian melainkan bertemu dengan seorang wanita. Ngga lupa dia menyumpahi karir Bisbol Muyeol segera berakhir di sepanjang perjalanan.
Eunjae pun pulang berjalan kaki kedinginan.
Setibanya di rumah, dia langsung menulis komentar buruk mengenai Muyeol, “Kudengar dia tidak bisa tidur kalau tidak ditemani perempuan.”
Temannya, Kim Dongah, datang membawakannya obat, kasihan si Eunjae pilek dan batuk karena kedinginan dalam perjalanan tadi. Di sela bersin-bersin, dia masih menyumpahi Muyeol dengan semua hal buruk, “Tuhan pun pasti mengutuknya. Kalau kau mengenalnya, dia pecundang nomor satu di seluruh dunia.”
Keesokan harinya, ada temu penggemar yang diadakan Red Dreamers. Eunjae pun ada di sana mendampingi Muyeol.
Eunjae berdiri di belakang Muyeol, masih kurang enak badan, dia mencoba menahan bersin, Muyeol berkomentar dan mengejek, “Kau sakit? Awas kalau kau sampai menulariku.”
Semua pihak berjaga, bersiaga di sana, termasuk Direktur Jang.
Banyak fans Muyeol dan datang mengantri tanda tangan di sana. Setiap komentar pujian untuk Muyeol dibalas ejekan Eunjae dalam hati.
Fans : “Oppa, kau sangat keren!” Muyeol tersenyum.
(Panggilan untuk cowok yang lebih tua atau disukai, kalo di kita ‘mas’ atau ‘abang’.)
Eunjae : “Kau salah lihat ya?”
Fans : “Kau ganteng sekali.”
Eunjae : “Ganteng dari Hongkong.”
Fans : “Aku cinta padamu, Oppa.”
Eunjae : “Urgh.”
Ada fans yang histeris bertemu Muyeol.
Eunjae : “Jangan berisik..”
Ada seorang pemuda yang mengelu-elukan Muyeol dengan pujian.
Eunjae : “Sebaiknya kau pulang belajar, Nak.”
Seorang Bapak memberi Muyeol semangat, berharap Muyeol menang lagi tahun ini.
Eunjae : “Tidak mungkin.”
Tiga siswa menyanyikan mars lagu Red Dreamers.
Eunjae pun memfokuskan pikirannya menyanyikan mars Blue Seagulls.
Direktur Jang mengintruksinya, mengatakan bahwa ada orang yang mencurigakan, dia menyimpulkan ada dua orang yang terlihat mencurigakan, “Dia membawa tas biru. Berhati-hatilah.” Eunjae pun melihat sekeliling dan dia pun melangkah ke depan.
Dua siswi memuji Muyeol dan menjelek-jelekkan Blue Seagulls.
Siswi : “Aku jatuh cinta padamu sejak Korean Series. Ketika kau melempar pemukul itu. Aku tahu Sun Dongyul yang memulainya. Tapi kau yang dikeluarkan!”
Eunjae mau tak mau mendengarkan, dia menjadi kesal. Sementara Muyeol tertawa senang mendengar hal itu.
Siswi : “Wasitnya sudah gila!” Muyeol mengangguk-angguk.
Siswi : “Dia (Dongyul) bahkan menangis.”
Muyeol : “Tidak apa-apa, hidup memang kadang begitu.”
Eunjae : “B1 (Direktur Jang), periksa si rambut keriting itu.”
Direktur Jang pun bergerak.
Kedua siswi tersebut terus memancing Eunjae, “Sun Dongyul itu pecundang, kan?”
Eunjae bereaksi dan melihat kesal ke arah mereka. Muyeol pun menambahkan, “Ya, sedikit.” Muyeol pun mengejek ke arah Eunjae.
Karena senang, Muyeol mengajak foto bersama kedua siswi tersebut, Jung Jiyun dan Youngmin.
Direktur sedang menuju ke arah orang yang mencurigakan, namun dihalangi oleh seorang yang awalnya juga dicurigai, dia menginstruksi Eunjae, “S1 (Eunjae), cek si rambut keriting, arah jam 7.” Dan akhirnya pria yang menghalanginya diseret keluar.
Muyeol foto bersama dua fans spesialnya.
Mereka masih menjelek-jelekkan tim Bisbol Blue Seagulls.
Nayun : “Memangnya Seagulls tahu cara bermain Bisbol?”
Youngmin : “Benar. Aku membenci mereka!”
Muyeol tertawa senang menanggapi keduanya, “Kau sangat membencinya?”
Sementara Eunjae yang terpaksa mendengarnya semakin mencoba menahan kesal.
Nayun : “Tentu saja. Mereka aib bagi tim Bisbol.”
Muyeol yang teramat sangat senang, tertawa mengejek, “Aib? Hahaha.”
Nayun : “Iya, dan mereka menganggap kita mencuri kemenangan mereka. Mereka itu pecundang. Ihh.”
Muyeol tertawa terbahak, puas mendengarnya, sementara Eunjae teramat sangat kesal mendengarkan mereka.
Dan, pria yang dicurigai itu pun datang semakin mendekat. Eunjae semakin waspada.
Pria itu pun melempar sesuatu ke arah Muyeol. Telur!
Eunjae antara kebimbangan untuk melindungi Muyeol atau tidak, sementara Muyeol masih terbahak mentertawakan Dongyul dan tim Bisbol kesayangannya, Bule Seagulls.
Akhirnya, secara refleks Eunjae memiringkan kepalanya menghindari telur itu sehingga telur itu pun pecah tepat di dahi Muyeol yang masih tertawa.
Semua kaget melihat hal itu.
Setelah kejadian itu, Muyeol seolah tidak bereaksi terdiam. Setelah beberapa saat, rekan dan manajerialnya mendekatinya, melindunginya, dia mulai berontak marah dan kesal. Dia pun berlalu dibawa manajer Kim dan teman timnya.
Internet cepat sekali mengupdate pemberitaan tentang Muyeol.
Manajer Kim melihat pemberitaan itu di laptopnya, sementara dari kamar mandi terdengar teriakan Muyeol, “Brengsek!” Dia teramat sangat kesal dan marah.
Sementara, setibanya di rumah, Eunjae disambut gembira oleh ayahnya, adiknya dan Dongah. Ayahnya bahkan sudah membeli sashimi, makanan yang tak seharusnya mereka beli. Eunjae memarahi ayahnya yang boros. Ayahnya mengatakan bahwa hal itu tidak berarti apapun dibandingkan apa yang telah dilakukan Eunjae.
Adiknya mengatakan bahwa ayahnya malahan sebenarnya ingin membeli kepiting jumbo namun dia menghalanginya. Eunjae mengejek Dongah yang tidak tahu ada perayaan karena apa, dia hanya ikut berpesta.
(Dongah ini memang tipe yang super duper cuek dan ngga peduli apapun.)
Ayah : “Dia melempar telur tepat ke arah musuh.” Dia tertawa senang, “Bagaimana dengan si pemberani itu?”
Eunjae : “Sudah dibebaskan.”
Ayah : “Kenapa tidak kita beri hadiah?”
Adik : “Apa sebaiknya dia kukirimkan potongan sashimi?”
Ayah : “Ohh.” Pertanda setuju. Dan mereka pun berpesta.
Eunjae terbawa suasana dan dengan kocaknya dia merekaulang kejadian insiden pelemparan telur itu dan mereka pun merayakannya.
Scene memperlihatkan sebuah ruangan yang gelap. Dindingnya dipenuhi gambar Muyeol dalam berbagai pose.
Pemberitaan radio mengabarkan, reporter mengatakan, “Banyak insiden terjadi pada Park Muyeol belakangan ini.” Suara lain membenarkan, “Dia telah menyewa seorang bodyguard karena masalah surat kaleng.” Reporter itu mengatakan, “Masalahnya serius.”
Sebuah tangan muncul memukul-mukul foto wajah Muyeol dengan penuh kebencian. Hmm, mencurigakan.
Keesokan paginya, di kantor, Eunjae mengatakan bahwa dia harus segera pergi. Dengan gelisah Direktur menanyakan apakah kemarin Eunjae sengaja menghindari telur itu. Eunjae bersikeras bahwa dia tidak mungkin melakukan itu. Aktingnya sangat sempurna sampai dia berpura-pura menangis. Namun Direkturnya tidak bisa dikibuli, dia mengatakan, “Baik, kau harus mengatakan itu bila ada yang bertanya. Tapi kalau kenyataannya berbeda, kau akan kubunuh dengan tanganku sendiri.”
Eunjae menunggu Muyeol yang datang tidak lama kemudian. Muyeol meregangkan otot kakinya, seolah bersiap untuk sesuatu. Eunjae bertanya, “Apa yang sedang kau lakukan?” Muyeol hanya melihatnya dengan pandangan sinis.
Ternyata Muyeol mengajaknya jogging dan dia meminta Eunjae ikut berlari tidak jauh darinya, “Kau tahu tugas bodyguard, jangan jauh-jauh. Ingat kejadian kemaren. Dilindungi oleh bodyguard.”
Eunjae tahu kata-kata Muyeol itu bermaksud menyinggungnya. Dia pun ikut berlari di dekat Muyeol.
Muyeol membahas kejadian kemarin, “Kau sengaja kan?” Eunjae pura-pura tidak mengerti. Lanjut Muyeol, “Kau sengaja menghindari telur itu kan?” Eunjae bersikeras mengatakan dia tidak melakukan itu, “Aku seorang bodyguard.” Meskipun Muyeol membujuknya mengatakan yang sebenarnya karena dia pandai menjaga rahasia. Muyeol juga berjanji memaafkannya bila dia mengakunya. Eunjae berkeras bahwa dia tidak melakukannya.
Lalu, Muyeol mengatakan, “Baiklah. Kalau kau ternyata sengaja melakukannya, Seagulls akan kalah 20 poin di kejuaraan mendatang. Bersumpahlah.” Mendengar hal itu, Eunjae lari melambat. Muyeol melanjutkan, “Kau melakukannya dengan sengaja kan?”
Dia akhirnya mengakui, “Aku tak sengaja menghindarinya.”
Mendengar pengakuan Eunjae, Muyeol spontan marah, “Sudah kuduga. Aku tahu itu yang terjadi.”
Eunjae mengatakan, “Kau tadi bilang akan memaafkanku.”
Eunjae menanyakan, “Kau marah?” Muyeol menanggapi hal lain, “Sebenarnya apa yang akan kau gunakan? Bicara formal atau nonformal, pilih salah satu!”
Eunjae : “Bolehkah? (dia menggunakan bicara nonformal)”
Muyeol : “Awas saja.”
Masih dengan amarahnya dia mempercepat larinya, membiarkan Eunjae bingung dengan ucapan Muyeol.
Setelah berjalan cukup jauh, Eunjae bertanya, “Sebenarnya kita mau lari kemana?”
Muyeol : “Kau sudah capek?”
Eunjae mengatakan, “Tidak.” Lalu, Muyeol mempercepat larinya. Tidak mau kalah Eunjae pun melaju lebih kencang ke depan Muyeol.
Saling tidak mau kalah, mereka berlari sekuatnya berlomba berada lebih depan dari yang lain.
Bahkan melewati Distrik Banpo setelah 7 km dengan kecepatan penuh.
Berlari lebih kencang diantara barisan orang yang sedang pemanasan berlari.
Setelah melewati Distrik Janwon berlari sejauh 9 km dengan kecepatan yang melambat.
Mereka masih berupaya melangkahkan kakinya berlari di Distrik Jamshil sejauh 16 km. mereka saling bersikeras mengatakan belum capek dan masih mampu berlari hingga stadion. Mau tak mau keduanya berlari menahan rasa capek teramat sangat.
Malam pun tiba, mereka masih berusaha melaju di Distrik Misari sejauh 32 km.
Tubuh Eunjae akhirnya tidak bisa diajak berbohong, dia pun muntah, masuk angin. Muyeol mengejeknya, “Kau kalah kan? Kau kalah. Seharusnya kau mengakui sudah capek sedari tadi.” Tapi kemudian dia pun nyaris muntah. Eunjae hanya mampu menangis.
Keduanya sudah merasa teramat sangat lelah karena ini.
Muyeol berdiri menatap di kejauhan, dia baru tersadar mereka sudah berlari teramat sangat jauh dan bingung bagaimana akan pulang, selain itu angin sore teramat sangat dingin berhembus. Hahaha.
Eunjae mencoba menghentikan mobil yang dikendarai sepasang muda-mudi, namun karena ketakutan mobil itu justru memperkencang lajunya di hadapan Eunjae.
Muyeol justru memarahi Eunjae, Eunjae membalas kenapa tidak Muyeol yang berusaha membantunya menyetop mobil yang lewat. Muyeol berkilah bahwa itu sudah tugas seorang bodyguard. Eunjae kesal dan mengatakan apa bodyguard itu pembantu dan menyalahkan Muyeol yang tidak membawa Muyeol kesal, “Dasar keras kepala.”
Dia menyarankan mereka untuk berjalan saja.
Dengan kesal, Eunjae masih tetap menunggu dan benar saja lewat sebuah mobil yang dikendarai seorang pria akan berhenti setelah Eunjae mencoba menghentikannya.
Melihat hal itu, Muyeol pun mendekat ke arah Eunjae, dan dengan seketika mobil itu kembali melajukan mobilnya meninggalkan mereka berdua.
Eunjae marah, “Karena kau datang, dia jadi pergi.”
Muyeol : “Nggak mungkin, dia pergi setelah melihat tampangmu.”
Eunjae menantang, “Memangnya kenapa dengan tampangku?”
Muyeol : “Kau tidak tahu? Wajah sepertimu sering terpampang di daftar pencarian kepolisian.”
Mereka saling mengejek.
Eunjae tertawa, “tapi yang jelas bukan aku yang ditangkap. Yang berantem di karaoke. Yang menyerang wartawan. Kau lebih cocok jadi tukang pukul profesional!”
Muyeol : “Kenapa? Karena tanpa aku, Seagulls akan menang?”
Eunjae membalas, “Jangan terlalu bangga. Kau melempar pemukulmu karena kau tidak mampu!”
Muyeol berhenti melangkah, mulai marah, “Apa?”
Eunjae : “Apa.. Apa..”. Eunjae menantang Muyeol.
Muyeol mengatakan, “Son Dongyul yang melempar bolanya lebih dulu, brengsek!”
Eunjae juga membalasnya dengan teriakan, “Sudah tugasnya melempar bola, tolol!”
Muyeol maju memelototi Eunjae. Eunjae tidak mau kalah, melepaskan tudung jaketnya dan balas memelototi Muyeol, “Kau mau memukulku?”
Eunjae pun berlalu lebih dahulu. Muyeol terlihat menahan emosinya dan dengan itu Eunjae semakin menantangnya. Mereka berjalan kaki pulang.
Setiba di rumah, Eunjae kembali menuliskan komentar menjelekkan Muyeol, “Tuhan menciptakan dia menjadi seorang pemalas.” Dia seolah menyentil tulisan komentar itu.
Dan, langsung diterima Muyeol.
Muyeol pun langsung balas menuliskan, “Siapa yang peduli, dia pemain Bisbol yang hebat.”
Menerima komentar itu, Eunjae langsung seolah menghapusnya.
Eunjae menuliskan, “Sebentar lagi tim nya akan terpuruk.” Dan tulisan pesan kali ini disundulnya. (Haha, kocak banget.)
Muyeol menerima pesan ini dengan tersenyum, dia menepisnya dan menuliskan, “Kudengar dia bisa menjaga dirinya sendiri.”
Eunjae yang menerima tulisan Muyeol, meniup menghapusnya. Dia menuliskan, “Kau pasti fansnya. Sana menyingkir sebelum celaka!” Mulai emosi, Eunjae terlihat seolah memukul tulisan itu.
Muyeol menerima tulisan itu dengan senyuman dan kembali menangkisnya, dia balas menuliskan, “Kau hanya menuliskan sembarangan, kau tidak melihat kenyataan dia hebat.”
Eunjae tertawa mengejek menerima tulisan yang diterima, dia menghapusnya dengan kakinya, dia mempertanyakan maksud kata ‘hebat’?
Dia pun membalas, “Aku lebih mengenal dia dari pada kau. Jauh lebih mengenalnya. Aku sangat mengenalnya dibanding kau!” Tulisan kali ini seolah dikirimkannya dengan menghembuskan tisu dari hidungnya.
Muyeol seolah menghindar lemparan tulisan itu dan terpaku melihat komentar yang diterimanya. Dia penasaran, menuliskan, “Kau, siapa?”
Eunjae terpancing, “Siapa?” Dia menyundul tulisan itu, dan menuliskan, “Aku AYAHMU.” Tulisan kali ini dia meniupkan tulisan itu dengan penuh emosi.
Muyeol kesal menerima tulisan itu dan meninjunya, dia mengatakan, “Brengsek.” Dia balas menuliskan, “Akan kucekik kau.” Eunjae membaca tulisan itu dan tertawa senang. Dia meniupkan tulisan itu untuk menyingkirkannya.
Eunjae menuliskan, “Jangan ngamuk dong, tolol.” Tulisan itu dikirimnya dengan kakinya.
Muyeol semakin emosi dan sebutan ‘tolol’ (I Nyangban) ditangkap dengan tangannya.
Kata itu sangat familiar di telinganya. Dia langsung mengirimkan tulisan, “Kau si brengsek, kan?” (Brengsek, ‘Kikochong’)
Eunjae kaget terpaku menerima tulisan itu.
Muyeol melanjutkan, “Hey Brengsek, ini kau kan!”
Eunjae terdiam dan mematikan komputernya. Dan, nickname itu pun log off. Muyeol terlihat sangat kesal.
Eunjae terdiam takut. Muyeol kesal teramat sangat.
=Bersambung=
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar