Seperti hari-hari biasanya Mama Hwang memberi makan bebek-bebek peliharaannya walaupun ia belum tahu, akan dijual kemana bebek-bebek itu setelah cukup umur. Ladang Ojakgyo ini sudah 10 tahun mereka garap dan walaupun hasilnya belum spektakuler, tapi mencukupi kehidupan keluarga Hwang.
Namun pada suatu hari, seorang yang bernama Baek In Ho mendatangi rumahnya dan menyatakan kalau ladang itu adalah miliknya dan ia ingin menjual perkebunan tersebut.
Seluruh anggota keluarga Hwang kaget dan tak percaya mendengarnya. Kecuali Papa Hwang dan Nenek. Mereka tahu mengenai hal itu. Mereka juga mengenal Baek In Ho. Bahkan sebenarnya Baek In Ho adalah teman semasa kecil Papa Hwang.
Sepuluh tahun yang lalu Ayah Baek In Ho meminjamkan ladang itu pada Papa Hwang agar tak dijual/digadaikan oleh anaknya. Papa Hwang pun saat itu menyanggupinya. Namun saat itu ia tak memberitahu istrinya tentang pinjaman ladang tersebut.
Sepuluh tahun yang lalu, untuk memberi kesan yang baik pada istrinya (karena ia sering membuat masalah), ia dan nenek mengatakan kalau ia mendapat warisan perkebunan dari sepupunya yang telah meninggal. Ia berencana untuk menghentikan kebohongan itu dan menceritakan kisah yang sebenarnya 2 atau 3 tahun setelahnya, tapi selalu tak kesampaian.
Sampai saat ini.
Baek In Ho berencana untuk menjual perkebunan itu untuk menutupi kerugian dan melakukan investasi yang akan ia lakukan. Ia berhutang sangat banyak dan harus ia selesaikan secepatnya.
Namun sayang, sebelum penjualan kebun itu terjadi, Baek In Ho malah hilang saat melakukan perjalanan ke Cina. Dan kebetulan Baek In Ho adalah saksi kunci dari kasus yang sedang ditangani oleh Tae Hee.
Hilangnya Baek In Ho ini membuat keluarga Hwang sedikit lega. Namun kelegaan ini tak berlangsung lama karena putri Baek In Ho, Baek Ja Eun datang dan menagih tanah tersebut.
Baek Ja Eun adalah “Nation Fairy”, begitu ia menyebutnya. Walaupun kelihatan sombong, tapi ternyata Baek Ja Eun adalah bunga kampus. Dunianya seperti gadis-gadis kaya kebanyakan. Belanja dan penampilan adalah dunianya, hal yang terpenting baginya. Namun begitu ayahnya menghilang, dunianya runtuh dan hal yang terpenting baginya menjadi rumah dan biaya kuliah semester akhirnya.
Saat ayahnya dikabarkan hilang, ia sedang berada di kantor polisi karena Tae Hee salah tangkap. Bukannya menangkap gadis yang penjual barang KW, Tae Hee malah menangkap Ja Eun, pengunjung yang sedang mencari tas bajakan. Berkali-kali ia mengatakan kalau ia hanyalah pembeli di toko, tapi Tae Hee tak mau percaya. Baru setelah temannya melihat wajah Ja Eun dan mengatakan kalau Tae Hee salah tangkap, Tae Hee baru percaya.
Sekembalinya Ja Eun ke rumah, ia mengetahui kalau ibu tirinya tak terpengaruh atas hilangnya ayahnya. Dan esoknya, ibu tirinya itu sudah kabur meninggalkannya dan setumpuk utang ayahnya. Ja Eun sangat bingung dan terpuruk. Namun secara kebetulan ia menemukan surat tanah perkebunan dari balik pigura fotonya. Ia teringat kalau ayahnya pernah mengatakan tentang mereka yang pernah mengunjungi perkebunan itu waktu ia kecil.
Mengetahui kalau ayahnya memiliki warisan kebun, dan dengan memegang surat tanah tersebut, ia mendatangi ladang Ojakgyo dan berniat untuk menjual tanah itu. Uang itu rencananya akan ia gunakan untuk membayar kuliah dan membeli apartemen kecil untuknya.
Lagi-lagi ia bertemu dengan Tae Hee lagi, yang menangkapnya karena mengira Ja Eun adalah pencuri yang masuk ke lahan mereka. Berulang kali Ja Eun mengatakan kalau ia pemilik kebun ini, namun Tae Hee tak percaya sampai Ja Eun mengatakan namanya.
Papa Hwang mengerti kondisi Ja Eun. Namun Papa Hwang, yang tak ingin istrinya lebih sedih dan kecewa karena Mama Hwang sangat bekerja keras dan mencintai ladang Ojakgyo, menawari Ja Eun hal yang lain. Sebagai pengganti uang ladang yang dibutuhkan Ja Eun, ia menawari Ja Eun untuk tinggal di rumah mereka, dan mereka akan mengumpulkan uang untuk membayar uang kuliah Ja Eun.
Ja Eun akhirnya setuju. Ia akan membayar uang yang dikeluarkan oleh keluarga Hwang jika ladang Ojakgyo akhirnya terjual. Namun ia juga meminta uang saku, seperti yang ayahnya berikan padanya. Papa Hwang pun setuju.
Namun ternyata arti uang saku dan belanja bagi keluarga Hwang dan Ja Eun memiliki arti yang berbeda. Ja Eun dengan mudahnya membelanjakan 400 ribu won yang katanya hanya seharga sepatu. Mama Hwang kesal dan meminta penjelasan lebih lanjut.
Ja Eun yang pulang dengan kesal, tak mau menjelaskan lebih panjang lagi, karena ia lebih peduli pada apa yang dilihatnya saat belanja tadi. Yaitu ibu tiriya, istri ketiga ayahnya. Saat mengetahui kalau ayah hilang di laut, ibu tirinya langsung angkat kaki dan tak mau dibebani oleh anak tiri. Dan yang menyakitkan lagi, ternyata selama ini ibu tirinya berselingkuh dengan anak buah ayahnya.
Malang nasib Ja Eun. Setelah seluruh harta ayahnya lenyap karena banyaknya hutang yang ditinggalkan ayahnya, kemudian ia memergoki ibu tirinya berselingkuh. Surat tanah yang ia miliki, hilang. Setelah itu ada cobaan lagi yang datang menghampirinya.
Hal ini berkaitan dengan kasus yang sedang ditangani oleh Tae Hee. Kasus tersebut adalah kasus penyelundupan perhiasan dan jam tangan mahal yang menghubungkan antara Profesor Seo dan Baek In Ho.
Profesor Seo bekerja di universitas tempat Ja Eun menuntut ilmu. Tae Hee menemukan kalau Baek In Ho memberikan jam tangan mahal pada Prof. Seo. Mengapa ayah Ja Eun memberikan jam tangan pada Prof. Seo? Apakah mungkin Prof. Seo juga terlibat pada penerimaan mahasiswa yang tak seharusnya dilakukan alias mahasiswa itu masuk lewat pintu belakang?
Dugaan Tae Hee itu diketahui oleh Tae Bum yang kadang kala, saat kepepet kekurangan berita, mengulik informasi dari Tae Hee dengan cara apapun. Karena jika ia ketahuan tak mendapat berita, pasti teguran bin sindiran keluar dari mulut bosnya, Cha Soo Young. Namun bukan berarti ia tak dapat membalas sindiran itu ..
Soo Young, wanita yang lebih muda namun sudah bisa menjadi bosnya. Selama bekerja di kantor berita, Tae Bum selalu bertengkar dengan Soo Young berkaitan dengan liputan berita. Walaupun pernah pada suatu saat di malam penuh alcohol, mereka melakukan one night stand.
Tapi Soo Young tetaplah bos Tae Bum. Dan saat Tae Bum mengetahui kalau Prof. Seo (yang 9 tahun yang lalu juga diduga pernah menerima suap untuk penerimaan illegal, yang tak ada bukti) menerima suap lagi, ia langsung membuat berita itu sebagai headline agar Soo Young puas.
Berita itu memang langsung menjadi headline. Dan Ja Eun sebagai korbannya. Ia diduga sebagai mahasiswa yang masuk dengan jalur belakang, dengan jam tangan mahal sebagai suapan yang diberikan oleh ayah Ja Eun kepada Prof. Seo.
Seketika itu juga image Ja Eun sebagai putri kampus, Nation Fairy, langsung hancur. Hinaan dan cercaan ia terima baik secara online maupun offline. Bahkan saat ia datang ke kantor polisi untuk interogasi, para wartawan mengeroyoknya sampai ia harus buru-buru diselamatkan oleh Tae Hee dan teman-temannya. Ia pun kemudian diinterogasi oleh atasan Tae Hee langsung, Lee Ki Chul.
Dan setelah interogasi dan penyelidikan lebih mendalam, ternyata Baek Ja Eun bukan mahasiswa yang masuk dengan suap. Ja Eun adalah mahasiswa pintar yang tanpa suap pun dapat diterima.
Walaupun sebenarnya atasan Tae Hee tak perlu menginterogasi Ja Eun, karena ia memang tahu ada mahasiswi yang memang masuk lewat pintu belakang. Ia bukanlah Ja Eun, melainkan Lee Seung Ri, mahasiswi saingan Ja Eun dalam hal popularitas, yang juga anaknya sendiri.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Image Ja Eun sudah keburu hancur. Ia dipecat di tempatnya bekerja. Di restoran, ia dikenali banyak orang dan mendapat hinaan yang bertubi-tubi.
Ingin melupakan hal itu, ia minum soju hingga mabuk. Ia menumpahkan kekesalan dengan berteriak-teriak mengatakan kalau ia tak membutuhkan ayahnya, ia tak membutuhkan siapapun. Ia adalah Baek Ja Eun, national fairy.
Dalam kondisi mabuk, ia teringat akan pandangan tak suka Mama Hwang padanya. Hal ini semakin membulatkan tekadnya untuk pergi ke perkebunan.
Keesokan harinya, Mama Hwang histeris karena tak menemukan bebek peliharaannya. Pir di kebun juga jatuh dan rusak. Truk mereka dicoret-coret dengan tulisan Maling dan kata-kata sejenisnya.
Siapa biang keroknya? Mama Hwang benar-benar amat sangat marah.
Biang keroknya sedang tertidur terlentang dengan sepatu bot kotor yang masih menempel di kaki. Jelas Ja Eun masih mabuk. Saat dibangunkan, ibu mengancam akan memanggil polisi. Ja Eun pun tak takut karena ia juga akan melaporkan keluarga Hwang yang mencuri harta miliknya, perkebunan Ojakkyo. Ia berteriak-teriak tak hanya di hadapan keluarga Hwang, tapi juga di depan para tetangga, membuat Mama Hwang merasa malu dan terhina.
Hasilnya, Ja Eun ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Ia tak mempedulikan kedatangan Papa Hwang yang sejak beberapa hari yang lalu mencarinya karena khawatir. Ja Eun lebih memilih ditahan di kantor polisi daripada pulang ke rumah keluarga Hwang.
Hanya saja Tae Hee menyadarkannya. Tae Hee membangunkan Ja Eun yang bersikeras tidur di kantor polisi. Tae Hee mengakui kalau ia salah telah membiarkan berkas kasus dugaan penyuapan di universitas terkuak.
Tapi Ja Eun juga bersikap seperti bayi, yang tak mau berusaha apalagi saat surat tanahnya hilang. Apakah ia akan berusaha mendapatkannya perkebunan itu? Daripada marah-marah tak karuan, lebih baik Ja Eun memikirkan caranya agar kebun itu dapat kembali ke tangannya. Jika tidak, lebih baik Ja Eun mencari pria kaya dan menikahinya.
Sepanjang hari Ja Eun memikirkan kata-kata Tae Hee. Dan keesokan harinya ia menemui Tae Hee (yang sedang dihukum dengan melakukan pekerjaan administrative karena kesalahan atas kasus suap Baek Ja Eun) di kantor polisi. Ia meminta saran pada Tae Hee, apa yang harus ia lakukan?
Tae Hee menceritakan bagaimana perjuangan keluarganya, terutama ibunya, menjadikan tanah keras menjadi subur selama 10 tahun terakhir ini. Bagi ibu, perkebunan ini adalah anaknya. Jadi Ja Eun harus menunjukkan kepada Mama Hwang, kalau Ja Eun bukanlah orang yang salah untuk memiliki perkebunan ini.
Dan Ja Eun keluar dari kantor polisi dengan pencerahan dan tekat yang baru.
Hal ini dibuktikan pada keesokan harinya. Mama Hwang yang masih marah dan kesal karena rusaknya kebun mereka, terkejut saat membuka pintu.
Di hadapannya, Ja Eun berdiri di samping sebuah tenda dan tersenyum lebar. Dengan ceria ia menyapa,
“Halo, Bibi..!” |
Cerita lainnya:
Tae Shik, sebagai putra tertua yang selalu menjalani matseon akhirnya menemukan pasangan yang sesuai dengan kriterianya, Ye Jin. Tapi ia tak menyadari kalau selama ini ada wanita yang menyukainya, Kim Mi Seok. Mi Seok adalah teman SD-nya, tapi ia tak menyadari hal itu. Karena Mi Seok tampak lebih tua darinya.
Mi Seok memiliki anak, Ha Na, yang sebenarnya bukan anak kandungnya melainkan keponakannya. Namun ia memilih dipanggil sebagai ibu, karena tak ingin menimbulkan banyak pertanyaan dari lingkungannya. Mi SEok dan Ha Na menyewa rumah di perkebunan Hwang dan bekerja di restoran bebek.
Pada akhirnya Tae Shik mengetahui kalau Mi Seok adalah teman sekolahnya, tapi ia tetap tak tertarik pada Mi Seok karena ada Ye Jin yang selalu menghubunginya dan penampilan Mi Seok sendiri yang tidak keren.
Cerita lainnya lagi :
Masih ingat akan one night stand antara Tae Bum dan Soo Young? Beberapa saat kemudian Soo Young mengetahui kalau dirinya hamil. Tae Bum yang diberitahu oleh teman sekerja atas dugaan Soo Young yang hamil, menghubungkan dirinya dan kejadian malam itu. Ia mencoba menghindari Soo Young. Selama ini usahanya menghindar selalu berhasil, sampai suatu saat Soo Young langsung mendatangi apartemennya dan mengeluarkan bom itu.
Bukan tentang berita kehamilannya, karena Tae Bum (berpura-pura) nampak cool mendengarnya. Tapi tentang keinginan.. bukan permintaan.. err.. perintah Soo Young untuk menikahinya.
Sumber:
http://www.kutudrama.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar