Ciuman itu. In-woo dan Hye-ri hanyut dalam emosi masing2 jadi sulit menjelaskan apa yang dirasakan, apakah senang atau sedih. In-woo memegang Hye-ri kencang sekali dan berkata akan lebih mudah bila Hye-ri memilih untuk membencinya saja. Hye-ri menolak hal itu, sebab dia merasa nyaman setelah tahu kalau mereka saling mencintai, lalu berkata, “Aku merasa aku bisa bernafas dengan baik.” Hye-ri yang pertama kali melepaskan pelukan itu dan berkata, “Sudah cukup, sekarang.”
Mereka berdua pindah ke taman dan melanjutkan percakapannya disana. In-woo memberitahu Hye-ri tentang ayah angkatnya dan Hye-ri senang sebab ayah angkat In-woo sangat baik padanya. Akhirnya, Hye-ri mengingat In-woo sebagai anak laki2 yang dulu sekali datang ke rumahnya dan berdiri di luar.
Hye-ri muda membawakan muffin dan susu pada In-woo muda untuk dimakan agar dia tidak kelaparan sendirian. Akan tetapi, In-woo sedang tidak ingin bersikap baik jadi dia melempar susu yang dibawa Hye-ri. Hye-ri berkata kalau itu tidak apa2 sebab muffin-nya masih selamat. Tapi In-woo muda juga melempar kue itu ke tanah. In-woo dan Hye-ri (yang sudah dewasa) duduk dalam diam. Mereka bahkan duduk berjauhan dan akhirnya Hye-ri bangkit untuk pergi. In-woo tidak mengejar Hye-ri.
Di rumah keluarga Ma, Ae-ja melakukan pidato panjang kalau dia sama sekali tidak khawatir pada Hye-ri, sampai… Sang-tae mengatakan pemikirannya. Hye-ri punya pacar dan itu In-woo. Tidak apa2 sebenarnya soalnya In-woo punya silsilah keluarga yang baik. Di sisi lain, Hye-ri mengunjungi Shin Jung-nam dan pria ini sama sekali tidak senang melihat Jaksa Ma. Yang Hye-ri inginkan adalah untuk mendapatkan cerita yang utuh kalau sebenarnya Jung-nam tidak melihat Seo Dong-geun membunuh Yoo Myung-woo. Ternyata, Jung-nam berhenti dari pekerjaannya setelah pembunuhan itu dan membuka toko bunga. Hye-ri mengatakan kalau Jung-nam mungkin saja dibayar untuk berbohong.
Shin menjadi gugup dan dia bertanya kenapa Hye-ri terus mengganggunya seperti ini. Hye-ri mengulangi namanya dan mengungkapkan kalau dia adalah anak dari Ma Sang-tae. Di atas semua itu, pengacara putra Jung-nam (In-woo) adalah putra dari Seo Dong-geun. Jung-nam jatuh ke perangkap yang dibuat oleh generasi kedua korban dan pembunuh 15 tahun itu.
Setelah Hye-ri pergi, Shin Jung-nam kembali kena pukul dengan kedatangan In-woo. Dia datang untuk melihat tanaman dan bertanya kepada Jung-nam apakah Jung-nam pernah berpikir kenapa In-woo membeli freesia setiap minggu. Ayah In-woo suka freesia, meski pun biasanya wanita yang menyukai bunga itu. In-woo mengingatkan Shin kalau dia pernah berjanji akan menolongnya setelah kasus anaknya dibereskan. In-woo kembali untuk menagih janji itu.
Sementara itu, Sang-tae khawatir kalau In-woo mendekati Hye-ri dan membohongi perasaannya. Dia memanggil In-woo untuk datang ke kantornya dan bicara. Sang-tae hanya ingin tahu hubungan In-woo dengan anaknya. Apakah In-woo ingin balas dendam? Kalau memang begitu, kenapa In-woo harus melakukannya lewat Hye-ri? In-woo tidak peduli pada perhatian ayah pada anaknya ini. Dia hanya ingin Ma Sang-tae meminta maaf dan Sang-tae sama sekali tidak bisa membuka mulutnya tentang kasus itu. In-woo juga mengatakan pada Sang-tae untuk berusaha lebih keras untuk mempengaruhi Hye-ri agar mau menjauh dari In-woo. Sebab, dia tidak akan menghentikan kasus ini.
In-woo mengatakan pada Sang-tae untuk menghadapi masa lalunya dan mengakui kesalahannya – kalau tidak, dia akan memanfaatkan Hye-ri untuk dirinya sendiri. Dalam perjalanan pulang, In-woo bertemu dengan Hye-ri. Jaksa Ma menyapa In-woo dengan mengatakan ;halo’ saja. Tapi mereka berjalan saling melewati dan tangan mereka begitu dekat satu sama lain. Mereka sempat berbalik untuk saling bisa melihat tapi tiba2 berhenti dan malah meneruskan perjalanan.
Inilah cerita tentang Jung-sun dan Se-joon. Se-joon datang untuk menjemput Jung-sun dan bersikeras agar mereka naik mobil bersama lagi ke kantor. Jung-sun bahkan tidak pergi ke gym setelah mendaftar sebagai anggota (Se-joon mengecek hal ini ke gym-nya). Lagipula, hanya buang2 energi saja bila berangkat kerja dengan dua mobil. Jung-sun melawan balik dan mengatakan kalau mobilnya hemat energi. Se-joon tersenyum – inilah Jung-sun yang dia kenal. Se-joon menyeret Jung-sun untuk masuk mobilnya. Hore!
Hye-ri akhirnya kembali bekerja setelah beberapa hari absent. Dia menyapa rekan sesama jaksa. Semua teman Hye-ri benar2 merindukan kehadiran Hye-ri! Dia ikut rapat dimana Min-suk dan Jaksa Chae lebih memerhatikan Hye-ri ketimbang kasus yang mereka tangani. Jaksa Chae bahkan mengatakan pada Hye-ri kalau seharusnya Hye-ri tidak menghentikan liburannya karena dia adalah pegawai pemerintah jadi dia tidak akan dipecat.
Jung-sun dan Min-suk mengungkapkan kalau Pimpinan sangat khawatir pada Hye-ri dan mereka harus menghentikan Pimpinan meski hanya muncul di depan pintu ruangan Hye-ri tanpa pemberitahuan dahulu, meski dia seorang pimpinan. Pria ini melawan tapi Se-joon menjelaskan kalau apa yang dikatakan Jung-sun benar apalagi dia mengatakannya dalam bahasa resmi. Hal ini diperhatikan oleh Hye-ri yang sedikit kagum akhirnya Jung-sun dan Se-joon bisa dekat.
Kemudian, Shin menelpon Hye-ri dan dia pun pergi ke toko bunga Shin Jung-nam. Shin memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya karena dia telah berjanji pada In-woo yang waktu itu muncul setelah Hye-ri pergi. Shin mengeluarkan koper yang berisi uang yang telah dia simpan selama bertahun-tahun. 15 tahun yang lalu, putranya Dong-ha masuk rumah sakit karena gagal jantung dan dia tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit. Malam itu, Shin meninggalkan pos penjagaannya untuk bernegosiasi dengan pihak rumah sakit tapi tidak membantu sama sekali. Dia bergegas kembali ke lokasi pembangunan dan melihat sebuah mobil – Ma Sang-tae di dalamnya. Shin sangat sibuk saat itu jadi pada awalnya dia tidak berpikir kalau itu Ma Sang-tae.
Shin pergi berkeliling dan melihat Seo Dong-geun di ruangan dimana di sisinya ada Yoo yang berdarah. Shin pergi untuk menelpon polisi tapi saat dia kembali Seo sudah menghilang. Akan tetapi, semua uang yang mengelilingi Yoo tetap utuh. Tanpa berpikir, Shin bergegas dan mengambil semua uang itu. Dia tidak pernah menyadari kalau uang itu juga milik Ma Sang-tae. Sebagai gantinya, Shin harus tutup mulut dan Ma Sang-tae membiarkan uang itu untuknya sehingga bisa membayar biaya rumah sakit.
Hye-ri kaget mendengar berita ini dan langsung pergi ke tempat ayahnya. Dia ingin tahu apa yang terjadi hari itu dan sudah tidak ada gunanya lagi ayah berbohong sebab dia sudha tahu segalanya dari Shin. Sang-tae terkejut karena Hye-ri tahu begitu banyak tapi dia membela diri dan bertanya apakah Hye-ri bersikap seperti ini karena Seo In-woo. Hye-ri mengakui hal ini dan ayah sangat terkejut mengetahui kalau Hye-ri mau melakukan apa saja yang diperintahkan In-woo. Akan tetapi, Hye-ri berkata kalau dia hanya mencari kebenaran. In-woo tahu kalau pada akhirnya Hye-ri akan mengetahui yang sebenarnya. Hye-ri juga tidak bertemu dengan para saksi secara tidak sengaja. In-woo lah yang memastikan agar Hye-ri bertemu dengan para saksi ini.
Ma Sang-tae bertanya apakah Hye-ri akan mengadili ayahnya demi In-woo. Hye-ri lebih setia pada hal itu. Dia menolak dugaan ini – jika dia bersikap demi kepentingan In-woo, dia pasti akan melaporkan kasus itu ke kejaksaan. Tapi karena Hye-ri menyayangi ayahnya, dia menolak untuk percaya pada semua hal itu sampai bukti yang kuat ditemukan kalau ayahnya adalah sang pembunuh. Hye-ri akan mempertahankan ketidakterlibatan ayahnya tapi dia juga merasa bersedih pada In-woo sebab dia juga menderita.
Sang-tae mencoba meyakinkan anaknya kalau In-woo hanya memanfaatkannya. Tapi Hye-ri yang sudah dewasa berkata kalau dia juga akan melakukan hal yang sama. Hye-ri masih malu untuk berhadapan dengan In-woo dan tahu kalau dia tidak bisa meminta In-woo untuk memaafkan ayahnya karena kematian ayah In-woo adalah atas perbuatan ayah Hye-ri. Sang-tae memberikan sebuah situasi pada Hye-ri: bagaimana kalau ayah adalah pembunuhnya? Hye-ri tidak menjawab – jika dia berpihak pada yang satu maka dia akan kasihan pada yang lain. Hye-ri benar2 jadi gila!
Sang-tae menyaksikan dengan mata kepala sendiri jika Hye-ri telah menjadi wanita dewasa. Di sebuah jembatan, Sang-tae memikirkan kembali ucapan Hye-ri dan In-woo dan sadar bahwa dia harus membuat pilihan. Pilihan ini akan berimbas pada kehidupan putrinya entah itu positif atau negative. Ini hanya masalah apakah sang-tae mampu menyingkirkan harga diri dan mengabaikan reputasinya. Sang-tae pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan dia bertanya pada istrinya, “Menjadi sempurna dan hangat, apalagi yang kau bilang kau perlukan?” Ae-ja menjawab, “Memiliki kedamaian!”
Sang-tae menceritakan kembali masa lalu ketika mereka pertama kali menikah dulu. Mereka tinggal di rumah kecil lalu mengunjungi pimpinan sebuah perusahaan untuk membuat perusahaan sendiri. Sang-tae bertanya apaka Ae-ja senang hidup miskin. Ibu manjawab kalau itu bukan masalah menjadi miskin tapi mereka lebih bahagia karena mereka bekerja keras. Tapi sang-tae benci hidup miskin sebab dia berasal dari keluarga miskin dan ingin keluar dari lingkaran itu.
Sang-tae: Dimulai dengan anakku, akan yang dilahirkan mempercayaiku, Ma Sang-tae, dengan banyak lemak, dengan mata paling indah di dunia yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan permata apapun, dimulai dari Hye-ri dan anak2nya, anak2 dari anak2 Hye-ri, dengan berani dan dengan bangga, aku ingin mereka hidup seperti itu selamanya.
Ae-ja: Ada apa denganmu?
Sang-tae: Ada yang salah. Ini bukan yang aku inginkan. Aku akan menghancurkan putriku.
Keesokan harinya Sang-tae menunggu di depan rumah Hye-ri dan melihat anaknya itu berjuang untuk berangkat kerja. Hye-ri begitu lelah dan khawatir tapi Sang-tae tidak bisa keluar dari mobilnya untuk menolong putrinya. Melihat Hye-ri menderita seperti itu membuat Sang-tae merasa harus menelpon In-woo dan mengunjunginya di apartemennya.
Sang-tae: Kau tidak mirip ayahmu. Kau bukan putra Seo Dong-geun. Ayahmu adalah pria yang lembut. Pria baik dengan hati yang lembut. Selama pengembangan kembali Cheonji-dong, Seo Dong-geun menangani negosiasi. Sampai akhirnya, dia berpihak pada korban penghancuran. Jika dia orang yang cermat, berencana, dan perhitungan sepertimu, hal itu tidak akan terjadi padanya malam itu.
In-woo: Apa kau mencoba mengatakan kalau itu adalah salah ayahku?
Sang-tae: Yang aku maksud bahwa kepribadian menentukan nasibmu. Seperti Hye-ri – ayahmu seperti dia. Jika Hye-ri seperti aku kau tidak akan berani bermimpi untuk mendekatinya. Jika Seo Dong-geun sepertimu semasa hidupnya, dia tidak akan pernah dituduh sebagai pembunuh.
In-woo: Kedengarannya kau mengimplikasikan kalau dia dituduh atas kehendaknya sendiri.
Sang-tae: Tidak. Aku marah pada diriku sendiri karena tidak tahu kalau kau masuk ke kehidupan putriku. Aku akan menanyakanmu langsung. Jika kau menginginkan maaf, aku akan minta maaf. Dan jika kau ingin aku berlutut, aku akan berlutut. Aku tidak sengaja menjebak ayahmu.
In-woo: Jika kau ingin aku agar menutup kasus itu, aku tidak bisa melakukan itu.
Sang-tae: Aku tidak ingin menjadi palu yang menusuk hati putrinya dan menghancurkan hidupnya.
In-woo: Itulah yang ingin aku berikan pada ayahku. Bagaimana kau ingin dilihat oleh putrimu – ayahku pasti juga sama. Jadi, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu.
Sang-tae: Lalu, jika aku mengakuinya, apakah kau akan melepaskan Hye-ri-ku? Dari putriku, yang kau dekati karena aku, apakah kau akan menghilang selamanya?
Sang-tae: Kau bilang kau berada disini untuk membersihkan nama ayahmu. Apakah tidak cukup bagimu untuk memanfaatkan putriku yang tidak tahu apa2 untuk mengungkap kasus ayahnya sendiri?
In-woo: Aku tidak punya keinginan untuk melakukan itu, selain membersihkan nama ayahku, aku tidak punya keinginan lain.
Sang-tae: Kau berjanji padaku? Hye-ri tidak mirip denganku. Dia tidak kejam. Jika kau secara sengaja menyakitinya, aku tidak akan melepaskanmu.
In-woo: Aku berjanji padamu.
Sang-tae: Baiklah. Jika kau putra Seo Dong-geun, kau seharusnya menjaga janjimu dengan baik.
Ma Sang-tae hanya meminta agar In-woo tidak mengatakan apa2 pada Hye-ri sampai dia mendapatkan kesempatan untuk mengatakannya sendiri pada putrinya. Sementara itu, di kantor Jung-sun dan Hye-ri bicara dari hati ke hati. Jung-sun ingin tahu apa yang menganggu Hye-ri tapi Hye-ri terlalu kaget untuk berkata apapun. Jung-sun menganggap sikap diam ini berarti Hye-ri tidak ingin mengatakan apapun tapi kemudian Hye-ri mau bicara.
Hye-ri bertanya apakah Jung-sun pernah merasa terganggu karena kehadirannya. Dia juga bertanya apa yang harus dilakukan bila kenyataan lebih menakutkan dari yang dipikirkan. Haruskah kita terus mengejarnya meski hal itu akan membawa kehancuran pada orang lain atau bahkan keluarga sendiri? Jung-sun menjawab dengan sederhana saja – tidak ada jawabnya. Setiap jaksa membuat keputusan berdasarkan keyakinan dan latar belakang mereka masing2. Hye-ri ingin tahu apa yang dilakukan Jung-sun tapi Jung-sun berkata dia ingin tahu detail kasusnya. Hye-ri tidak bisa mengatakannya jadi Jung-sun lantas berpikir kalau itu pasti ada hubungannya dengan Pengacara Seo.
Hye-ri menjamin kalau itu tidak seperti yang Jung-sun pikirkan jadi Jung-sun lantas bertanya apakah mereka putus. Hye-ri sekali lagi mengatakan kalau dirinya dan In-woo tidak menjalin hubungan seperti itu. Jung-sun bertanya apakah In-woo bukan pria yang Hye-ri harapkan dari awal – kalau memang begitu, Hye-ri harus segera melupakannya.
Kemudian, Jung-sun pergi ke kantor Se-joon untuk mengambil berkas sebuah kasus. Tiba2 matanya tertuju pada desktop di komputer Se-joon dimana disana ada sebuah file dengan nama Jung-sun. Dia membuka file itu – isinya adalah foto2 Jung-sun di jalan cherry blossom itu (foto dengan baju fashionable itu lho!). Se-joon mendekati Jung-sun dan Jung-sun malah kabur bahkan tanpa mengambil file itu – dia terlalu malu! Se-joon sadar kalau Jung-sun melihat foto itu dan segera menemuinya di luar. Jung-sun bertanya kenapa Se-joon punya fotonya – apakah dia sudah bicara pada Bin? Ibu Jung-sun tidak bisa mengurusi foto seperti itu.
Jung-sun: Apa Bin mengatakan sesuatu?
Se-joon: Mengatakan apa? Bahwa kau menyukaiku?
Jung-sun: (Bengong)
Se-joon: Kenapa kau terkejut? Kau mengatakan itu sendiri?
Jung-sun: Aku?! Kapan aku mengatakannya? Aku hanya bilang Jaksa Ma…
Hye-ri pulang ke rumah dengan sedih. Dia melihat In-woo duduk di bangku taman juga bersedih setelah pertemuannya dengan Ma Sang-tae. Hye-ri bersembunyi di belakang sebuah pilar dan dengan handphonenya mengambil foto In-woo. Sayangnya, Hye-ri hanya bisa memotret bagian samping dan belakang In-woo sebab In-woo tidak menghadap ke arahnya. Yang Hye-ri tidak tahu adalah In-woo yang merasakan kehadiran Hye-ri jadi dia dengan sengaja berbalik agar Hye-ri tidak mendapatkan gambar yang bagus.
Tiba2 Hye-ri mendengar sebuah suara: “Bukankah itu Jaksa Ma disana?” Hye-ri menengadah tapi In-woo tidak ada dimana-mana. Ternyata, In-woo tepat berada di belakangnya. In-woo berkata kalau Hye-ri pasti sudah benar2 gila – apakah Hye-ri begitu tergila-gila padanya hingga mengambil fotonya secara sembunyi2? Kenapa Hye-ri meniru starteginya? Yah, karena Hye-ri tidak punya foto In-woo sementara In-woo punya banyak foto Hye-ri! Karena merasa malu, Hye-ri berbalik untuk pergi. Tapi In-woo kemudian berkata kalau khusus untuk sore ini mereka akan melanggar peraturan mereka dan gila2an. Mereka menuju ke taman dimana In-woo membuka kopernya yang menunjukkan semua alat penyamarannya – sept. kamera. In-woo mengeluarkan kameranya dan Hye-ri berusaha mengambil benda itu untuk mengetahui apakah In-woo mengambil foto dirinya dengan alat itu.
Ketika Hye-ri berusaha mengambil kamera itu, In-woo merentangkan tangannya sehingga benda itu jauh dari jangkauan Hye-ri. Di taman itu, In-woo mulai berpose, dan Hye-ri dengan enggan mengambil foto In-woo yang bergaya cool itu. In-woo sadar kalau dia harus melakukan pose yang lain. Misalnya, pose menembak, pose melompat, pose wajah lucu, atau yang lainnya. Dan In-woo tersenyum begitu ceria untuk Hye-ri tapi dia sadar kalau ini semua ini harus menemui akhirnya. Hye-ri melihat-lihat foto itu dan heran kenapa mereka tidak berfoto bersama. Hye-ri minta foto bersama tapi In-woo menolaknya.
In-woo: Aku tidak berfoto dengan sembarang gadis.
Hye-ri: Sembarang gadis?
In-woo: Kau bukan pacar bahkan di masa depan. Kau bukan teman. Kau bukan anggota keluarga. Kau bukan siapa2. Apakah kau setuju?
Hye-ri: Seorang seharusnya bicara sepantasnya seorang pengacara. Menjadi seseorang dan bukan siapa2, apakah itu sama? Kalau tidak, apa bedanya?
In-woo: Ini dia kebiasaanmu yang suka sekali banyak bertanya. Kau harus berhati-hati pada hal itu. Para pria benci hal yang seperti itu. Wanita membuatmu bosan dengan pertanyaan…
Hye-ri: Para wanita benci pria seperti dirimu. Tidak pernah kehabisan. Kata per kata. Ketika wanita bicara kau membalas. Dan kau bicara dengan sikap yang menghina. Dan… dan… Ada lagi.
In-woo: Ada lagi?
Hye-ri: Banyak! Ada lebih banyak lagi!
In-woo: Lalu, kenapa kau menyukai pria seperti itu? Mengambil gambar diam2… apa yang harus dilakukan dengan ketenaranku?
Hye-ri: Kau yang awalnya lebih dulu mengambil fotoku diam2. Apa kau benar2 tidak akan berfoto bersamaku?
In-woo: Ya!
Hye-ri: Lalu, berikan padaku semua fotoku yang kau ambil diam2. Berapa yang kau foto ketika kau mengikuti secara sembunyi2? Berikan semuanya padaku!
In-woo: Aku akan berikan semuanya padamu. Toh aku berencana untuk membuang semuanya. Kapan kau akan datang untuk mengambilnya?
In-woo tertawa dan berkata kalau foto2 adalah hal yang tidak berguna – mereka tidak bisa menunjukkan semua ekspresi dan kejadian dalam hidup mereka. In-woo pergi dan bergumam pada diri sendiri, “Di kepalaku, di mataku, di hatiku, ada semua ekspresimu…” Mereka tiba di rumah dan Hye-ri siap untuk berpisah. Tapi In-woo tidak dan mengusulkan agar mereka taruhan minum. Mereka pergi ke sebuah rseto dan In-woo membuatkan bom soju untuk Hye-ri. In-woo gagal membuat tornado dalam gelas setelah mencampur soju dan bir. Jadi Hye-ri dengan ahlinya membuatkan yang seperti itu untuk In-woo. Mereka bersulang dan In-woo menghabiskan minumnya sekalian. Hye-ri melihat dengan hati2 dan hanya meminum punyanya satu teguk. Ada yang terjadi dan Hye-ri tahu itu.
In-woo: Dari semua hal yang aku katakan terakhir kali, semua itu adalah kesalahan. Jadi aku ingin membenarkannya. ‘Karena akan menyenangkan bila memanfaatkanmu jadi Ma Sang-tae akan ditikam oleh putrinya sendiri.’ Bukan karena itu aku memilihmu, Ma Hye-ri. Ini mungkin kedengaran seperti alasan tapi aku perlu seorang jaksa. Meski aku menjadi jaksa, aku tidak akan mampu menangani kasus ayahku. Jika bukan aku, jaksa macam apa yang akan menyelidiki dengan penasaran kasus yang bahkan sudah diputuskan lebih dari 10 tahun yag lalu. Khususnya kasus itu tidak memiliki kecurigaan untuk dibuka lagi. Pada awalnya begitu mudah membersihkan nama ayahku. Tapi kau yang paling aman… Meski sudah terlambat, aku ingin minta maaf. Karena sudah memanfaatkanmu yang tidak tahu apa. Aku minta maaf.
Hye-ri: Permintaan maaf itu, sudah kau ucapkan tiga kali.
In-woo: Ketika sedang berhadapan denganmu, aku ingin mengatakannya secara resmi. Dan, meski merasa bersalah, aku tidak bisa melakukan apa2. Aku minta maaf.
Hye-ri menerimanya dengan tersenyum. Mereka pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan In-woo suka sekali fakta kalau ada orang yang menangkapnya ketika mabuk. Mereka masuk ke lift dimana mereka berpegangan pada besi bersebelahan agar tidak jatuh. Jari mereka bersentuhan tapi tidak menimbulkan efek apa2 dan tiap kali jari mereka bersentuhan mereka menjauhkannya. Mereka mencapai lantai empat dan Hye-ri keluar dari lift. In-woo hanya bisa menunduk. Hye-ri hampir ingin masuk kembali tapi pintu lift sudah tertutup. In-woo menangis di dalam sana.
Mereka tidak bisa tidur. In-woo ingin menelpon Hye-ri tapi tidak bisa. Sedangkan Hye-ri hanya memandang foto In-woo. Dan Ma Sang-tae mengambil foto Hye-ri yang lebih muda. Keesokan paginya, Jenny menelpon In-woo untuk memeriksa keadaannya. Tapi In-woo tidak ingin pergi ke kantor. Dia pergi ke apotek terdekat untuk membeli obat dan dalam perjalanan pulang, dia melihat ibu Hye-ri membawa buah2an yang banyak sekali. In-woo menyembunyikan obatnya dan membantu ibu untuk membawa buah2an itu ke apartemen Hye-ri. Ae-ja berkata akan sangat menyenangkan bila In-woo dan Hye-ri menjadi pasangan pengacara.
Ibu Hye-ri menawarkan untuk membuatkan In-woo teh atau makan siang. Tapi In-woo menolaknya. Ae-ja bertanya kenapa In-woo terlihat canggung di dekatnya dan In-woo menjawab, “Kami putus.” Ae-ja jelas kaget tapi dia tidak menyalahkan In-woo. Dia meninggalkan apartemen Hye-ri dan ibu melihat obat In-woo. Beberapa saat kemudian, ibu muncul di apartemen In-woo sambil membawa bubur. In-woo sama sekali tidak ingin menerima perlakukan seperti ini tapi Ae-ja mengatakan kalau ini adalah hal seharusnya dilakukan tetangga. Dia bahkan menunggu In-woo sampai selesai makan.
Ketika sedang makan, ibu bertanya kenapa mereka putus. Apa itu karena ayah Hye-ri? Atau apakah mereka bertengkar? In-woo terlihat tidak nyaman jadi ibu akhirnya tutup mulut. In-woo memperhatikan kalau ibu dan Hye-ri mirip. Mereka sangat menyenangkan. Ibu kemudian mengatakan kalau dia senang mendengar kata ‘ibu’ yang dikatakan In-woo padanya. Soalnya, ibu selalu ingin punya anak laki2. Dan karena In-woo tidak punya ibu maka Ae-ja selalu berharap kalau dia akan menjadi ibu bagi In-woo. Kalau saja ada hal yang bisa Ae-ja lakukan untuk In-woo…
Lalu Jenny datang dan berkata, “Sayang, aku membawakan bubur untukmu. Apakah ini pembantunya?” In-woo meminta Jenny untuk menjaga ucapannya dan meminta maaf pada Ae-ja dan sekali lagi memanggil ‘ibu’. Ae-ja segera keluar sebab dia kaget melihat pacar baru In-woo. Jenny sangat tidak senang dan berkata kalau ibu bisa tahu hal2 tentang In-woo.
Akan tetapi, In-woo meminta Jenny untuk tidak khawatir. Dia tidak naïf dengan terus bersikap baik pada Park Ae-ja dan dia tahu Ma Sang-tae akan segera mengatakan sesuatu pada Hye-ri. Karena itulah, dia mau menunggu sedikit lebih lama – meski deadline-nya sudah dekat – agar dia tahu apak yang akan dilakukan keluarga Ma. Jenny khawatir kalau Hye-ri akan menutupi kasus itu tapi In-woo punya keyakinan sendiri.
Hye-ri pergi ke kediaman orang tuanya untuk bicara pada ayahnya. Dia menelpon Hye-ri setelah dia menyuruh ibu keluar. Sebab, semakin sedikit ibu tahu, itu lebih baik.
Sang-tae: Aku akan memberitahu semua hal yang membuatmu penasaran dan sangat ingin kau ketahui. Yoo Myung-woo… Aku membunuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar