Sinopsis Mr. Goodbye
Episode 9
"Bokja, hiduplah bersamaku." kata Hyun Suh.
Young In diam sejenak, kemudian turun dari mobil tanpa mengatakan apapun. Hyun Suh mengejarnya.
"Apakah aku harus menjawab 'ya' untuk pertanyaan seperti itu?" tanya Young In.
"Masih ingat rumah yang kita lihat kemarin?" tanya Hyun Suh. "Hiduplah bersamaku disana."
"Maksudmu, kita menikah?" tanya Young In.
"Tidak." jawab Hyun Suh. "Tapatnya, kita hanya tinggal bersama. Jika kita tidak pernah hidup bersama, bagaimana kita bisa menikah?"
"Bagaimana dengan kamar?" tanya Young In. "Apa kita tinggal di kamar yang sama?"
"Tidak. Disana ada banyak kamar, kenapa kita harus tinggal dalam satu kamar?"
Young In ngedumel. Untuk apa hidup bersama jika tidak tinggal dalam satu kamar?
"Karena kita tidak tinggal dalam satu kamar, maka kau tidak bersedia hidup bersamaku?" tanya Hyun Suh. "Begitu?"
Young In bertanya pada Hyun Suh kenapa Hyun Suh tidak ingin tinggal satu kamar. Tapi Hyun Suh hanya menjawab bahwa ia punya alasan pribadi.
"Kau hanya ingin seorang pembantu untuk memasak dan membersihkan rumah!" omel Young In.
"Kalau kau tidak mau, tidak apa-apa." ujar Hyun Suh. "Jangan ungkit masalah ini lagi. Anggaplah aku tidak pernah mengatakan apa-apa." Hyun Suh kelihatan ngambek. Ia masuk ke mobil dan mengemudikannya pulang.
Young In berpikir. Ia teringat ketika ia dan Hyun Suh minum bersama di pinggir jalan. Young In meminta Hyun Suh menemaninya makan malam setiap hari sampai hutangnya lunas.
"Itu artinya aku harus makan bersamamu sampai umurku 60." ujar Hyun Suh. "Apa kau sedang mencoba memintaku hidup bersamamu?"
Pagi itu, Yoon membangunkan Hyun Suh."Spiderman!" panggilnya. Ia bergaya seolah-olah bisa mengeluarkan jaring. Hyun Suh berpura-pura terkena jaring dan sengaja menjatuhkan diri ke lantai.
Hyun Suh, Goo Jin dan Yoon sarapan bersama.
Ketika Soo Jin sedang menyiapkan makanan, Yoon berbisik pada Hyun Suh dan mengatakan bahwa beberapa hari lagi ia berulang tahun. Karena itulah ia ingin mengingatkan Hyun Suh. "Semakin mahal hadiahnya semakin bagus." kata Yoon. "Aku sudah mengingatkanmu. Jangan buat aku kecewa."
Hyun Suh tersenyum. "Ya." jawabnya.
Soo Jin juga menjanjikan sebuah kejutan yang besar di hari ulang tahun Yoon. "Tunggu saja." katanya.
Soo Jin mengantar Hyun Suh ke hotel. "Jantungmu adalah milikku." katanya sebelum Hyun Suh turun. "Apapun yang terjadi, jangan cemas. Aku akan selalu berada disisimu. Kau percaya padaku?"
"Ya." jawab Hyun Suh.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sampai bertemu nanti malam di rumah."
Hyun Suh masuk ke hotel.
Young In tersenyum dan mengangkat tangan untuk menyapa, tapi Hyun Suh cuek.
Kyle tiba. Young In bertanya padanya kenapa Kyle memiliki pin emas di kerah jasnya sementara ia tidak punya. Kyle menjawab, jika Young In sudah berpengalaman dan bekerja sebagai pengawas dalam waktu yang lama, Young In pasti akan mendapatkan pin emas itu juga.
Hyun Suh melihat mereka dari jauh.
Kang Chul Goo memerintahkan sekretaris Oh untuk melepas alat penyadap dari ruangan Hyun Suh. Tanpa mereka sadari, pengawas cctv sedang mengawasi tidak jauh dari tempat mereka bicara.
Young In mengajak Hyun Suh minum kopi di supermarket. Hyun Suh menelepon sekretarisnya bahwa ia akan datang terlambat. Ia kelihatan masih ngambek pada Young In.
"Sepertinya kau marah." kata Young In. "Kuharap kau marah."
Hyun Suh memandangnya heran.
"Aku tidak ingin membuat ibuku marah." kata Young In. "Ibuku sangat miskin. Aku segalanya untuknya. Baginya, aku suami, putra, teman, tetangga dan kekasihnya."
Hyun Suh hanya diam, memandang lurus ke depan, tidak menoleh sedikitpun.
Hyun Suh keluar. Karena di luar hujan, ia meneduh sementara Young In membeli payung.
Hyun Suh mengambil payung Young In dan memakainya tanpa mengajak Young In.
"Beli lagi satu payung." perintah Hyun Suh.
"Ini hanya gerimis, kenapa aku harus membeli payung lagi?" tanya Young In. "Gunakan payung itu bersama!"
"Tidak." jawab Hyun Suh singkat seraya berjalan pergi.
Young In mengejar Hyun Suh dan berjalan disampingnya. Hyun Suh memandang Young In tajam.
"Jika kau terus melihatku seperti itu, aku akan berlari pada laki-laki yang ada di depan sana!" ancam Young In. "Orang yang memegang payung disana!"
Hyun Suh tetap memandang Young In dengan tajam.
"Aku akan pergi!" ancam Young In, tapi Hyun Suh tetap acuh.
Young In berlari dan menumpang berteduh di payung pria itu. Hyun Suh menariknya.
Sesampainya di depan pintu depan hotel, Hyun Suh memberikan kunci apartemennya pada Young In.
Karena Hyun Suh sedang pergi bersama Young In keluar hotel, sekretaris Oh masuk ke ruangan Hyun Suh untuk mencabut alat penyadap. Saat itu, Hyun Suh sedang berjalan masuk. Ia melihat sekretaris Oh ada di dalam ruangannya, dan hendak membuka pintu.
Tapi sebelum sempat membuka pintu, Kang Chul Goo datang. Ia sengaja datang untuk melindungi Sekretaris Oh.
Kyle bertanya pada Young In apakah Young In membaca lagi jurnal yang pernah diberikannya. "Kau seharusnya mencatat banyak hal dalam buku itu." katanya.
"Maksudmu, aku banyak melakukan kesalahan sehingga aku bisa menulis banyak hal dalam buku itu?" tanya Young In.
"Memangnya tidak?" Kyle bertanya balik.
Young In diam. "Kepala pengawas!" serunya kesal. "Kenapa kau begitu mudah berteriak pada pembantumu hanya karena kau tuannya?"
"Pembantu?"
"Ya!" kata Young In. "Orang yang bekerja dibawah orang lain dinamakan pembantu. Kenapa kau tidak bisa bersikap baik sedikit? Kau tidak pernah memuji orang lain dan masih saja memberikan raut wajah mengerikan. Apa jika tidur kau juga seperti itu? Hati-hati nanti otot wajahmu rusak."
"Apa sekarang kau melawanku?" tanya Kyle dengan nada datar dan ekspresi suram.
Young In menunudk diam.
"Pembantu." panggil Kyle. "Pembantu, ikut aku."
Kyle berbalik dan memimpin Young In berjalan. Saat Young In tidak melihat, Kyle tersenyum.
Setelah Sekretarisnya pulang, Hyun Suh memeriksa dibawah mejanya. Alat penyadap sudah tidak ada.
Di luar hotel, pengawas cctv mengawasi gerak-gerik Sekretaris Oh dan Kang Chul Goo. Dengan gerak cepat, Sekretaris Oh memberikan alat penyadap pada Kang Chul Goo.
Telepon di kantor Hyun Suh berdering. "Bagaimana kabarmu, mr. Goodbye?" tanya suara di seberang saluran. "Sudah lama sejak kau terakhir menggunakan nama panggilanmu. Kau tahu kenapa mereka memanggilmu dengan nama itu? Di setiap hotel dimana kau muncul, mereka selalu berpikir bahwa nasib hotel itu akan segera tamat. Mr. Goodbye, semua orang sudah bersiap-siap dengan hal terburuk." Orang di telepon tertawa. "Kembalilah. Kembali sebagai Presiden Nikko."
Hyun Suh mengatakan bahwa di Hotel Empire ada masalah yang tidak terduga datang dan Hyun Suh sedang menyelidikinya.
Hyun Suh tiba di rumah dengan gembira. Soo Jin menyambutnya.
Hyun Suh bercerita bahwa ia akan segera kembali ke Las Vegas, namun Soo Jin tidak terlihat senang.
"Kau bilang, kau ingin mengatakan sesuatu." kata Hyun Suh.
Soo Jin tersenyum. "Aku lupa." ujarnya berbohong. Soo Jin kelihatan sedih, namun berusaha menutupinya di depan Hyun Suh.
Young In datang ke apartemen Hyun Suh dan bersih-bersih. Saking keasikkannya bersih-bersih, Young In sampai tidak mendengar bahwa Hyun Suh menelepon.
Malam itu, setelah Young In selesai bersih-bersih, Kyle menelepon dan mengajaknya minum bersama.
"Kau ingin aku berhenti mengerutkan dahi?" tanya Kyle, tersenyum.
Young In mengangguk. "Apa kau minum-minum karena hal itu?" tanyanya.
"Tidak." jawab Kyle.
Young In diam, berpikir dalam hati. "Kelihatannya ia mabuk karena memikirkan hal itu, lalu meneleponku."
"Aku bilang tidak." kata Kyle, seperti tahu pikiran Young In. "Choi Young In, kau tidak percaya apapun yang kukatakan padamu, tapi tolong percaya apa yang akan kukatakan sekarang."
Young In setuju.
"Aku..." Kyle bicara satu kata, kemudian terdiam beberapa saat. "Choi Young In, aku menyukaimu." katanya. "Bolehkah aku mencintaimu?"
Young In terkejut. Mendadak ponselnya berbunyi. Young In mengangkatnya.
"Dimana kau Bokja?" tanya Hyun Suh dari seberang saluran. "Kau tidak mengangkat teleponmu. Apa yang kau lakukan dan dimana kau?"
Young In diam, menatap Kyle.
"Bolehkah aku mencintaimu?" tanya Kyle lagi. Hyun Suh mendengar.
"Aku akan meneleponmu lagi." kata Young In.
"Jangan ditutup." larang Hyun Suh. "Biarkan aku bicara dengan laki-laki di depanmu. Jika kau tidak mau, biarkan aku mendengar jawabanmu padanya. Dia menunggu."
Young In diam. Ia mencoba berbagai macam cara untuk memutus sambungan telepon. "Batere... batere habis..."
Hyun Suh tersenyum. "Bokja, aku mencintaimu."
Young In sangat shock dan terkejut mendengarnya. Ia seperti tidak menyadari lagi kalau Kyle ada disana.
Kyle membantunya berdiri dan mengajaknya pulang. "Kau bisa memberi jawaban pelan-pelan." katanya. "Aku akan menunggu."
Young In tersadar. "Apa? Apa katamu?" tanyanya. Ia diam, berpikir dan mencoba mengingat. Walaupun akhirnya ingat, Young In berpura-pura tidak pernah mendengar Kyle menyatakan cintanya.
Keesokkan paginya, Young In mencoba mengatakan bahwa ia ingin tinggal bersama Hyun Suh, tapi Young In tidak sanggup mengatakannya.
Hyun Suh mengajak Young In makan siang bersama.
"Bolehkah aku ikut juga?" tanya Kyle. Hyun Suh tidak punya pilihan lain kecuali membiarkan Kyle ikut serta.
Perbincangan terjadi dengan sangat kaku. Hyun Suh merasa tidak bebas bicara pada Young In.
Soo Jin mengajak Yoon membeli kue ulang tahun.
"Yoon, bagaimana menurutmu jika kita tinggal di New York?" tanya Soo Jin.
"Tinggal bersama ayah?" tanya Yoon. "Itukah hadiah ibu untukku?"
Soo Jin mengangguk dan tersenyum.
Kyle kembali ke hotel.
"Kau tiba tepat waktu." kata Chul Goo. "Direktur Utama Yoon sudah tahu, Ia tahu dengan persis. Kau akan segera dipecat."
Hyun Suh menanyakan pada pengawas cctv apakah ia mengenal tamu pria teman Kang Chul Goo yang penah tinggal di kamar hotel. Pengawas cctv mengatakan bahwa pria itu menggunakan nama palsu, nomor teleepon palsu dan nomor kartu kredit palsu.
Lagi-lagi, Hyun Suh datang ke seorang peramal. Ia bertanya pada peramal itu apakah Young In mau meninggalkan segalanya dan ikut dengannya ke Amerika. "Aku benar-benar ingin pergi dengannya." kata Hyun Suh.
"Kenapa ia harus meninggalkan segalanya?" tanya peramal. "Kau bilang, kau sangat menyukainya hingga membuat jantungmu merasa sakit dan aneh. Tidak bisakah kau meninggalkan segalanya?"
"Pekerjaan yang kuimpikan ada di Amerika." jawab Hyun Suh. "Aku memiliki segalanya yang kumiliki dan tidak memiliki yang tidak kumiliki. Aku tidak memiliki apapun kecuali uang."
"Jika kau punya banyak uang, apa yang kau takutkan?"
"Dia wanita yang tidak tergerak oleh uang." jawab Hyun Suh. "Dia sudah sangat senang jika aku makan kimchi seharga $6 dengannya. Apa yang harus kulakukan agar ia mau ikut denganku?"'
"Kau tidak punya siapapun yang bisa kau tanyai?" tanya peramal. "Berikan tanggal ulang tahunmu."
Hyun Suh keluar. Peramal menghitung hari ulang tahun Hyun Suh. "Punya seorang anak, anggota keluarga masih hidup." katanya. "Bagus tadi aku tidak mengatakannya."
Hyun Suh berjalan menuju apartemennya. Ketika ia sampai disana, Young In sedang keluar dari apartemen itu. "Kau tidak ingin tinggal bersama, huh?" gumam Hyun Suh.
Hyun Suh masuk ke apartemennya dan memeriksa. Tidak ada debu datau kotoran sedikitpun. Di meja, ia melihat satu vas bunga.
Hyun Suh pulang ke rumah Soo Jin.
Disana, ia merayakan ulang tahun Yoon bersama. Acara itu mengingatkan Hyun Suh pada ulang tahunnya ketika ia masih kecil bersama ibunya.
Setelah itu, Hyun Suh menemani Yoon tidur. Ia bertanya kenapa Yoon selalu mengangkat tangannya ketika tidur.
Yoon menjawab, "Aku seperti di hukum. Menyenangkan melakukannya ketika tidur."
"Jangan lakukan itu." kata Hyun Suh seraya menurunkan tangan Yoon. "Kau sangat baik pada ibumu, temanmu dan semua orang. Karena itu, jangan lakukan."
Setelah Yoon tidur, Hyun Suh meletakkan hadiah ulang tahun di lantai di bawah tempat tidur Yoon.
"Kapan kau akan kembali ke Las Vegas?" tanya Soo Jin pada Hyun Suh.
"Secepatnya." jawab Hyun Suh.
"Haruskah aku dan Yoon ikut denganmu?" tanya Soo Jin lagi.
Hyun Suh bingung. "Kenapa?" tanyanya.
"Karena kau." jawab Soo Jin. "Yoon adalah... putramu."
"Apa?" Hyun Suh tertawa. "Bagaimana mungkin Yoon adalah putraku?"
"Yoon adalah putramu." ulang Soo Jin.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar