Sinopsis Mr. Goodbye
Episode 10
"Yoon adalah putramu." kata Soo Jin. "Dengan donormu, aku melahirkan bayimu."
"Do... donor?" tanya Hyun Suh, bingung, mencoba mencerna semuanya."
"Saat kuliah, untuk penghasilan tambahan, kau mendonasikan spermamu di Rumah Sakit YiDae." kata Soo Jin. "Bukan kebetulan, bukan sembarang orang, tapi kau... aku memilihmu."
"Tanpa sepengetahuanku?"
"Ya, tanpa sepengetahuan semua orang." jawab Soo Jin. "Aku memberinya nama Yoon, sesuai dengan nama keluargamu. Sangat sulit untuk memahamiku, bukan?"
Hyun Suh bangkit dari duduknya dengan emosi. "Apakah aku harus memahamimu?" tanyanya marah. "Kau berharap aku memahamimu? Kau ingin aku memahamimu? Aku tidak bisa memahamimu. Aku tidak ingin memahamimu."
Hyun Suh pergi dan kembali ke kamar. Soo Jin mengejarnya.
"Bisakah... kau menerima Yoon sebagai anugerah dalam hidupmu?" tanya Soo Jin hati-hati. "Kau dan Yoon adalah ayah dan anak, tidak peduli siapa yang melihat kalian. Kau menyukai Yoon dan Yoon menyukai ayahnya juga."
Hyun Suh menoleh dengan marah. "Apa kau Tuhan?" tanyanya. "Karena keputusanmu, kenapa aku harus menjadi ayah Yoon? Kenapa Yoon harus menjadi putraku?"
"Aku tahu nomor teleponmu di Amerika. Tapi aku tidak menghubungimu karena takut mengganggumu. Aku berencana menyimpan semua ini sampai aku mati." kata Soo Jin. "Tapi... tapi kau muncul dihadapanku, kau muncul dihadapan kami berdua. Ini semua seperti takdir."
"Takdir?" tanya Hyun Suh sinis. "Mungkin takdir bagimu. Bukan, ini bukan takdir, tapi keegoisanmu. Kau ingin menjadi ibu, karena itulah bersikap egois!"
Soo Jin diam.
"Kau.. apakah kau mencintaiku?" tanya Hyun Suh. "Apakah kita saling mencintai? Tidak. Kita tidak saling mencintai. Kita teman. Kita bersandar satu sama lain, kita menguatkan satu sama lain, kita saling percaya, hanya teman. Tapi, teman 7 tahun itu menusukku dari belakang! Ini sama saja menginginkan aku menyerahkan nyawaku! Ini sama saja menginginkan aku mati!!" teriak Hyun Suh.
"Tidak mudah mengatakan ini padamu." kata Soo Jin, mencoba menjelaskan. "Ketika melihatmu bersama Yoon, melihat Yoon begitu menyukaimu... perasaanku menjadi tidak terkendali."
"Yoon... bukan putraku." kata Hyun Suh tajam. "Keluar."
Semalaman, Hyun Suh tidak tidur. Menjelang pagi, ia mengeluarkan seluruh pakaiannya dan memasukkannya dalam koper.
Hyun Suh keluar dari rumah. Saat itu, Yoon sedang berjongkok di depan makam ayamnya.
"Mau kemana?" tanya Yoon sedih. "Kau akan pergi jauh?"
Hyun Suh hanya diam.
"Kapan kau akan kembali?" tanya Yoon. "Kau tidak akan kembali?"
Soo Jin melihat mereka dari jendela lantai 2.
"Ya." jawab Hyun Suh.
"Kenapa?" tanya Yoon kaget, seperti mau menangis. "Paman.. apa ini mimpi? Jika aku masih tidur, maukah kau membangunkan aku dengan berteriak 'Kokokeeeoo'?"
"Masuk dan tidur lagi." kata Hyun Suh.
Yoon menuruti dan berjalan masuk ke dalam rumah. Tapi, melihat Hyun Suh masuk ke mobil, Yoon mengejar dan menangis.
Hyun Suh tidak tega dan hampir saja membuka jendela mobilnya. Tapi ia mengurungkan niatnya dan membuang muka. Dengan kejam, Hyun Suh menjalankan mobilnya meninggalkan Yoon yang menangis keras.
Pagi itu, Hyun Suh tiba di hotel. Seperti biasanya, Young In tersenyum senang melihatnya datang. Dan seperti biasa pula, Hyun Suh berjalan tanpa menoleh ke arahnya.
Kedua resepsionis mengatakan pada Young In bahwa jika Young In berakhir bersama Hyun Suh, maka ia seperti Cinderella.
Young In menjawab dengan tenang bahwa Hyun Suh bukan tipe seperti pangeran. Jika mereka bertemu, mereka hanya makan seharga $6. Hyun Suh bahkan tidak punya uang untuk bayar bus. Dan jika Young In tinggal bersama Hyun Suh, Hyun Suh mungkin saja akan memperlakukan Young In seperti pembantu. "Tidak mungkin dia akan memperlakukan aku seperti putri." katanya.
Kedua resepsionis hanya melongo mendengarnya.
"Lalu untuk apa kau berkencan dengannya?"
Yoon terbangun dari tidurnya. Ia melihat sebuah kotak hadiah dari Hyun Suh di bawah tempat tidur dan membukanya. Isinya adalah boneka spiderman. Yoon tertawa senang.
"Halo spiderman." sapanya.
Hyun Suh meminta sekretarisnya agar memanggilkan Young In ke ruangannya.
Young In masuk. "Ada apa dengan ekspresi wajahmu?" tanyanya.
Hyun Suh memandang Young In tanpa mengatakan apa-apa selama beberapa saat. Ia kemudian bangkit dan duduk di depan Young In. "Aku mendapat kesempatan untuk bekerja di Nikko Hotel. Aku akan segera pergi." katanya. "Aku harus pergi. Kau juga."
Young In terkejut mendengarnya.
"Bokja, kau akan ikut denganku, bukan?" tanya Hyun Suh.
"Kau... kau meminta atau memberi perintah?"
"Tolong, ikutlah bersamaku." ulang Hyun Suh, memperbaiki ucapannya.
"Jika kau meminta, aku akan memikirkannya." jawab Young In. "Tapi jika kau memberi perintah, maka kurasa aku akan ikut."
"Kalau begitu, ini perintah. Aku akan mengangkatmu menjadi pengawas pribadi presiden. Jadi ikutlah bersamaku."
Selesai bicara, Hyun Suh kembali ke meja kerjanya. Young In mendekatinya perlahan-lahan. "Kau sudah sarapan?" tananya.
"Aku tidak sarapan." jawab Hyun Suh. "Kau?"
"Teman macam apa yang tidak membuatkan sarapan?" gumam Young In. "Kau ingin aku membeli sesuatu untukmu?"
Sekretaris melihat mereka dari jendela.
Dengan polos, Young In bertanya pada Kyle seperti apa pekerjaan pengawas pribadi presiden.
"Tugas pengawas adalah membuat para tamu hotel merasa nyaman." kata Kyle, emosi. "Mana ada yang namanya pengawas pribadi presiden?"
"Kenapa kau marah?" tanya Young In kesal.
"Kau menanyakan pertanyaan dasar, tentu saja aku marah." jawab Kyle.
"Dia bilang ada, di Nikko Hotel di Las Vegas." kata Young In.
"Dimana?" tanya Kyle, terkejut.
"Nikko Hotel."
Lagi-lagi, Yoon datang ke Empire Hotel. Ia mengatakan pada Young In bahwa ia ingin bertemu dengan Hyun Suh.
Young In teringat ketika resepsionis mengatakan bahwa ada seorang anak yang mirip Hyun Suh. Young In tertawa.
"Sebentar ya." kata Young In seraya menelepon. Tapi sekretaris mengatakan bahwa Hyun Suh sedang rapat. "Kau harus menunggu sebentar." katanya pada Yoon.
"Aku bisa menunggu lama." kata Yoon.
Young In tertawa.
Young In mengajak Yoon jalan-jalan dan membeli es krim.
Yoon bercerita bahwa ia ingin ibunya menikah lagi dengan Hyun Suh. "Jadi, ia bisa menjadi ayah Yoon." katanya.
"Kau pasti sangat ingin punya ayah." kata Young In, iba.
"Paman dan ibuku saling menyukai, tapi karena ada aku, mereka menjadi berhati-hati." kata Yoon.
Hyun Suh keluar dari ruang rapat bersama para petinggi yang lain. Yoon langsung berlari menghampiri.
"Kenapa kau meninggalkan rumah?" tanya Yoon dengan suara keras. "Apa kau bertengkar dengan ibu?"
Semua orang disana terkejut.
"Ayo kita pulang." ajak Yoon.
Hyun Suh menarik napas. Ia memandang pada Young In. Semua orang memandang pada Young In.
"Itu... itu..." Young In mencoba menjelaskan. "Seorang anak dari rumahmu datang untuk menjemputmu."
"Ayo keluar." ajak Hyun Suh, menggandeng tangan Yoon. Ia berjalan beberapa langkah, kemudian berbalik dan menggandeng tangan Young In, mengajaknya pergi.
Hyun Suh meminta Young In menggandeng Yoon sementara ia mengambil mobil.
"Apa kalian dekat?" tanya Yoon.
"Ya." jawab Young In. Yoon kelihatan tidak senang.
Tanpa sengaja, Soo Jin mengendarai mobilnya dan melihat Yoon dan Young In di pinggir jalan. Ia turun dan menghampiri mereka. Belum sempat ia mendekat, Hyun Suh tiba dengan mobilnya.
"Itu ibu!" teriak Yoon, menunjuk ke arah Soo Jin.
Soo Jin mendekati mereka. Young In bersikap ramah dan memperkenalkan diri, tapi Hyun Suh kelihatan marah.
Hyun Suh memerintahkan Yoon masuk ke mobil Soo Jin. Yoon menurut dengan terpaksa.
"Aku adalah pengawas hotel, Choi Young In..." Young In memperkenalkan diri, tapi Hyun Suh memotong ucapannya.
"Choi Young In adalah gadis yang kucintai." kata Hyun Suh, memperkenalkan Young In pada Soo Jin. "Dan ini adalah teman baikku, Kang Soo Jin." katanya memperkenalkan Soo Jin.
Soo Jin mencoba tersenyum dan menyapa Young In.
Soo Jin kembali ke mobil dengan sedih, namun berusaha tidak memperlihatkannya.
"Ibu." panggil Yoon. "Aku menyayangimu. Aku menyayangimu, Ibu."
"Ibu juga." kata Soo Jin.
Young In menyadari kalau Soo Jin dan Hyun Suh sedang bertengkar. Ia menyuruh Hyun Suh meminta maaf duluan, tapi Hyun Suh menolak.
Young In terus ngedumel. Hyun Suh kesal dan menurunkannya di pinggir jalan.
Kyle makan dan minum bersama Kang Chul Goo dan si pria pemiliki mini kaset. Kalau ga salah, namanya Gom Sung Ho.
Pria itu mengatakan pada Kyle bahwa ia ingin membuat sebuah hotel yang menduduki 2% terbaik. Ia ingin membuat para tamu merasa sangat terhormat karena tinggal di hotel itu.
Setelah perbincangan mereka selesai, Kyle berterima kasih pada Chul Goo karena telah mempertemukannya dengan tamu suite room.
Young In sibuk mencari peralatan dapur yang bisa dibawanya ke apartemen Hyun Suh. Mi Hee dan Jae Dong tidak setuju jika Young In memberikan peralatan dapur murahan. Karena itu, mereka mencari peralatan dapur bagus yang memang sengaja disiapkan Mi Hee jika Young In sudah menikah.
Soo Jin menengok Yoon di kamarnya, tapi Yoon tidak ada disana. Ia kemudian pergi ke kamar Hyun Suh dan menemukan Yoon sedang tertidur nyenyak disana bersama spidermannya.
Soo Jin membangunkan Yoon."Yoon, kenapa kau tidak tidur di kamarmu sendiri?" tanyanya.
"Aku hanya merindukan paman."
"Kalau begitu, kau mau tidur di punggungku?"
Soo Jin menggendong Yoon di punggungnya. Yoon sangat sedih karena ayamnya mati dan Hyun Suh telah pergi. Ia tidak suka hanya tinggal berdua di rumah itu bersama ibunya.
"Maafkan aku, Yoon." ujar Soo Jin sedih.
Pagi itu, Young In datang ke kamar apartemen Hyun Suh. Hyun Suh sedang tidur di lantai, karena disana memang belum ada barang apa-apa.
Young In tersenyum dan melihat Hyun Suh tidur. Ia kemudian berbaring di samping Hyun Suh sambil terus melihatnya. Lama-kelamaan, Young In mengantuk dan ikut tidur.
Tidak lama kemudian, Hyun Suh bangun. Ia kaget melihat Young In tidur disampingnya.
Di tempat lain, Kyle duduk di depan komputernya. Ia meraih foto ayahnya, Nitoshi Sato di atas meja, dan memandangnya sebentar.
Hyun Suh memasak di dapur. Setelah selesai, ia membangunkan Young In. Hyun Suh menyuruh Young In menggosok gigi dulu sebelum makan.
Young In menurut sambil ngedumel.
"Kenapa kau ingin tinggal di rumah yang sangat besar seperti ini?" tanya Young In.
"Aku ingin menjual rumah ini." kata Hyun Suh. "Aku akan pergi. Kau ikut denganku, bukan?"
"Kepala pengawas bilang, tidak ada yang namanya pengawas pribadi presiden."
"Kau lebih percaya padanya daripada aku?" omel Hyun Suh.
Young In berbincang dengan Kyle di kafe. Kyle bertanya padanya, jika Young In menjadi pemilik sebuah hotel, apa yang akan ia lakukan.
"Aku ingin para tamu nyaman di hotel itu." jawab Young In. "Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental. Hotel bukan tempat untuk menjual barang, tapi pelayanan."
Di kafe lain, Hyun Suh dan Soo Jin bertemu.
"Aku sangat marah sehingga sulit menatap wajahmu." kata Hyun Suh. "Aku hanya ingin memukulmu."
"Yoon juga?"
"Jangan katakan apapun tentang Yoon. Ini masalah antara kau dan aku."
"Tidakkah kau ingin bertemu Yoon?" tanya Soo Jin, tidak mengindahkan ucapan Hyun Suh. "Yoon sangat ingin bertemu denganmu."
"Kau tahu bagaimana aku tumbuh." kata Hyun Suh. "Kenapa kau membiarkan Yoon tumbuh seperti aku? Tidak mengetahui siapa ayahnya? Aku berharap dia bukan putraku, agar aku bisa menjadi figur ayah yang baik. Tapi sekarang aku sudah tidak bisa melakukannya. Bagaimana bisa aku... pada Yoon..."
Soo Jin menjelaskan pada Hyun Suh bahwa 7 tahun lalu, setelah bercerai, ia sama sekali tidak terpikir untuk menikah lagi. Ia mengakui bahwa kesalahan pertamanya adalah memilih Hyun Suh. Kesalahan kedua adalah bahwa ia tidak bisa menyimpan rahasia. Dan kali ini, ia tidak boleh melakukan kesalahan lagi dengan membiarkan Hyun Suh pergi.
"Aku tidak akan melepaskanmu." katanya. "Kita bertiga akan hidup sebagai keluarga, Tidak ada yang lebih baik dari itu."
Setelah melihat Hyun Suh datang, Kyle mengambil sebuah amplop cokelat dari dalam laci dan mengikuti dibelakangnya untuk menaiki elevator. Di dalam elevator itu sudah ada Young In. Young In tersenyum.
Hyun Suh meminta sekretarisnya memeriksa jadwalnya, kemudian meminta pengawas cctv memeriksa kamera di lantai 5 dan mengatakan pada Kyle agar menemuinya di ruangan dalam waktu 30 menit.
Akhirnya, hanya tinggal Hyun Suh dan Young In di dalam elevator.
"Kau akan pergi ke lantai berapa?" tanya Hyun Suh.
"Kau akan pergi ke lantai berapa, Direktur?" Young In bertanya balik.
"Apapun yang terjadi, walaupun terasa sakit, aku akan pergi sejauh yang kubisa." jawab Hyun Suh.
"Sejauh yang kau bisa? Dimana itu?" tanya Young In polos. "Aku akan pergi ke atap gedung ini, ke puncak, sampai akhir."
"Aku juga akan pergi sampai akhir denganmu." kata Hyun Suh. "Melenyapkan siapa saja yang menghalangi jalan kita."
"Apa yang ingin kau lakukan disana?" tanya Young In.
"Apa yang akan kau lakukan disana?" Hyun Suh malah bertanya balik.
"Pundakku pegal, jadi aku ingin sedikit bergerak." jawab Young In. Hyun Suh meminta Young In mencontohkan gerakan yang akan dilakukannya.
Young In mengangkat kedua tangannya dan berseru, "Hidup!"
"Aku... memiliki anak." kata Hyun Suh. "Aku memiliki seorang putra."
"Apa?"
"Aku memiliki seorang putra." ulang Hyun Suh.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar